Say Good Bye to Cebong-Kampret

Anjuran Kapolri Pasca Pilpres 2019

Tito Karnavian

eQuator.co.id – JAKARTA—RK. Pascapolarisasi akibat Pilpres 2019, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengingatkan akan pentingnya persatuan bangsa. Istilah yang muncul seperti cebong dan kampret dinilai potensial memecah belah. Karena itu, Tito menganjurkan semua untuk tidak lagi memakai istilah tersebut.

Mantan Kapolda Papua tersebut menjelaskan, berita hoax saat pilpres begitu banyak. Kondisi tersebut tentunya tidak boleh terus terjadi.

”Saya berharap hoax tidak lagi ada di masyarakat,” paparnya.

Hoax bernuansa pemilu juga lekat dengan istilah cebong dan kampret. Menurutnya, istilah tersebut tidak membangun persatuan. Pasca pilpres kedua istilah itu tidak lagi ada.

”Tak ada lagi istilah pendukung 01 dan 02, hanya ada pendukung 03, persatuan Indonesia,” terangnya dalam acara jalan sehat TNI dan Polri di Monumen Nasional (Monas) kemarin.

Tito juga menyinggung soal soliditas Polri dan TNI yang sempat terpengaruh berbagai intrik dalam pilpres. Menurutnya, Polri dan TNI merupakan ujung tombak keamanan di Indonesia. ”Maka, seharusnya makin solid,” terangnya.

Setahun terakhir, Polri dan TNI telah bekerja keras untuk Indonesia. Berbagai event besar telah diamankan bersama, seperti pilkada serentak 2018, evakuasi berbagai musibah, hingga pilpres 2019. ”Penting menjaga soliditas dua pilar utama bangsa ini,” urainya.

Profesionalitas Polri juga tak perlu dipertanyakan. Hari Bhayangkara pada 1 Juli sebenarnya akan ada agenda HUT Bhayangkara. Namun, Polri memutuskan untuk menunda acara tersebut.

”Karena dinamika keamanan jadinya diundur 10 Juli,” tuturnya.

Dia menjelaskan, masih ada sidang Mahkamah Konstitusi pada 27 Juni dan 28 Juni, suasana masih memanas. Sekarang sudah tidak lagi dan kegiatan bisa digelar.

”Salah satu rangkaiannya jalan sehat di Monas ini,” paparnya.

Sementara itu, Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menuturkan, memang terkait hoax yang memecah belah bangsa terjadi peningkatan pada semester pertama 2019. ”Tahun lalu setahun baru 52 kasus,” terangnya.

Untuk saat ini diprediksi hoax akan menurun. Namun, pemantauan akan terus dilakukan dengan patrol siber. Sehingga, bila ada hoax muncul bisa terdeteksi dan dilakukan penanganan dengan cepat. ”Sebelum muncul dampak yang lebih besar dari hoax itu,” jelas jenderal berbintang satu tersebut. (Jawa Pos/JPG)