eQuator.co.id – Sambas-RK. Kiprah ‘bidan’ kampung (dukun beranak) sungguh mulia dalam menyelamatkan ibu dan bayinya. Selain disinergikan dengan tenaga kesehatan, mereka layak mendapat apresiasi. Pemkab Sambas mewujudnya dengan menyerahkan santuan kepada 100 dukun beranak di Aula Utama Kantor Bupati Sambas, Senin (8/1).
Santunan diserahkan langsung oleh Bupati Sambas, H Atbah Romin Suhaili Lc didampingi Kepala Dinas Kesehatan Sambas, dr I Ketut Sukarja. Bupati menegaskan, sebanyak 100 perempuan yang didominasi usia paruh baya menerima santunan sebagai bagian dari merealisasikan janji kampanye. “Pengabdian mereka mulia, menyelamatkan si ibu dan bayi. Kita patut berterimakasih. Saya saja lahir dari bantuan seorang ‘bidan’ kampung,” terang Atbah seperti dikutip dari rilis Bagian Humas, PDE dan Protokol Setda Sambas.
Bupati mengungkapkan, ibu kandungnya juga merupakan ‘bidan’ kampung. “Saya sangat mengetahui benar kondisi para ‘bidan’ kampung, karena saya anak ‘bidan’ kampung,” jelasnya.
Santunan yang diserahkan merupakan salah satu apresiasi dan rasa terima kasih dari Pemkab. Meski santunan yang diberikan tidak sebanding dengan pengorbanan yang telah diberikan para ‘bidan’ kampung. “Jangan dilihat dari besarannya, karena jumlah itu tidaklah sebanding dengan jasa-jasa anda,” ucapnya dihadapan para ‘bidan’ kampung.
Bupati meminta, para ‘bidan’ kampung turut mendorong seluruh warga agar rutin memeriksakan kesehatan kandungan, ibu dan anak ke pelayanan medis terdekat. Sehingga tidak terjadi peningkatan angka kematian ibu melahirkan dan bayi. “Bila perlu tahun ini kita harapkan tidak terjadi kasus kematian. Bagaimana caranya, kita perbanyak berdoa, mohon kepada Allah SWT, rajin periksakan kesehatan kandungan ke pihak medis terdekat mulai sejak dini,” ajaknya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Sambas, dr I Ketut Sukarja mengemukakan, masih tingginya angka kematian ibu melahirkan dan kelahiran bayi, karena masih tingginya persalinan di rumah. Tidak hanya itu, terdapat masalah budaya perilaku di masyarakat, dan tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali. “Memang keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam menolong persalinan adalah sosok yang dihormati dan dianggap berpengalaman di masyarakat. Itu penting dan punya andil yang besar dalam mendapatkan kepercayaan masyarakat,” tuturnya.
Berbeda dengan keberadaan bidan kesehatan yang rata-rata masih muda, dan belum seluruhnya mendapatkan kepercayaan masyarakat. Ketut menerangkan, diperlukan upaya yang dapat membuat kerjasama yang saling menguntungkan antara bidan dengan dukun bayi dalam pertolongan persalinan. “Pola kemitraan bidan dan dukun bayi diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan mengurangi resiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang tidak kompeten,” terangnya.
Pola tersaebut lebih kepada memindahkan persalinan dari dukun bayi ke bidan, dan mengalihfungsikan dukun bayi menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas.
Kepala Dinas Kesehatan mengimbau, setiap warga dapat memeriksakan diri tidak hanya pada saat usia kehamilan menginjak usia 7 atau 8 bulan keatas. “Sebaiknya, dari awal kehamilan sudah diperiksakan ke medis terdekat. Biar jika terdapat resiko, dapat kita analisis sejak dini,” imbaunya.
Reporter: Sairi
Editor: Yuni Kurniyanto