![kabid-kebersihan-blhkpk-sanggau](https://equator.co.id/wp-content/uploads/2016/09/Kabid-Kebersihan-BLHKPK-Sanggau-696x757.jpg)
eQuator.co.id – Sanggau-RK. Meski dari sisi kebersihan dinilai mumpuni, namun Kabupaten Sanggau dipastikan tak bisa raih penghargaan Adipura tahun ini. Demikian diungkapkan Kabid Kebersihan BLHKPK Sanggau, Lukman, S. AP.
“Sebenarnya ketika Pak Ontot menjabat Kepala BLHKPK pada 2012 kita pernah dapat. Cuma sekarang hasil rapat kami dengan Kementerian Lingkungan Hidup di Kapuas Palace, dengan tim penilai Adipura, tampaknya Kalbar tahun ini tak bisa dapat Adipura. Karena ada kriteria baru,” ungkapnya kepada wartawan, Rabu (14/9).
Satu di antaranya adalah adanya controlled landfill atau tempat pengolahan sampah. Saat ini, kata dia baru tiga daerah di Kalbar yang telah memiliki controlled landfill itu: Pontianak, Sambas dan Singkawang. “Tapi masih tidak berhasil, karena Pontianak itu kan tanahnya gambut. Karena Adipura ini kan ada regionalnya, tingkat provinsi baru kemudian tingkat nasional. Tapi kalau untuk mendapatkan sertifikatnya saja, kita masih bisa,” ungkapnya.
Lebih rinci, Lukman mengungkapkan beberapa kriteria penilaian Adipura. Pertama, kota harus bersih. Kedua, drainase tak banyak yang sumbat. Ketiga penghijauan. Artinya pohon-pohon besar di pinggir jalan itu lebat.
“Malahan diharuskan kalau bisa pohon yang di sisi jalan itu di bagian atasnya bertemu. Jadi Adipura ini bukan hanya kebersihan saja. Kebersihan, drainase, kebersihan, kesejukan. Dan tak kalah pentingnya harus ada controlled landfill itu,” ungkapnya.
Kalau sekedar kebersihan lingkunga, Lukam mengaku Kabupaten Sanggau masih bisa unjuk gigi dengan daerah lain di Kalbar. Bahkan ia menyebut Sanggau masuk empat besar, setelah Pontianak, Singkawang dan Sambas. “Tapi waktu kemarin otonomi award, kalau soal kebersihan lingkungan Kabupaten Sanggau juara satu. Kalau untuk kebersihan kota, Sanggau masih unggul,” akunya.
Tapi begitu bicara drainase dan penghijauan, Lukman mengaku masih sangat kurang. Termasuk taman yang tengah-tangah badan jalan. “Tempat lain bisa lima meter lebarnya. Di Batam itu taman di tengah jalan itu sama lebarnya dengan jalan. Sementara kita hanya lebar 20 sentimeter. Ibarat pohonnya itu hidup segan mati tak mau,” pungkasnya.
Laporan: Kiram Akbar