eQuator.co.id – Sekadau-RK. Suryoto nekat mau menjual salah satu ginjalnya. Pria 36 tahun ini sudah putus asa tidak memiliki dana untuk perawatan dan kesembuhan anak kembarnya yang lahir prematur pada Rabu (15/11) lalu.
“Sebagai orangtua, tentu sayang dengan anak. Dan demi anak, saya siap jual organ tubuh saya. Saya siap jual ginjal saya kalau memang ada yang membutuhkan,” kata Suryoto kepada Rakyat Kalbar di ruang tunggu keluarga Intensif Care Unit (ICU) RSUD Sekadau, Senin (20/11) siang.
Sembari terisak, Suryoto mengakui menyadari jika menjual organ tubuh adalah perbuatan yang tidak baik dan melanggar hukum. “Tapi saya harus gimana lagi. Saya binggung. Saya pasrah. Saya tak punya uang untuk pengobatan anak saya,” lirihnya.
Kisah pilu yang menimpa Suryoto itu bermula saat dirinya bersama sang istri, Nining, 37, merantau ke Kalbar sekitar empat bulan lalu. Keduanya yang berangkat dari Kabupaten Siak Kepulauan Riau itu berniat mencari penghidupan lebih layak di Sekadau. Pasutri ini memboyong kedua anaknya Tina, 13, dan Tomi, 9, tinggal di SP 2 Dusun Tapang Muntik, Desa Selalong Dua, Kecamatan Sekadau Hilir. Waktu itu, istrinya sudah hamil sekitar 3 bulan lebih.
Namun selama sekitar 1,5 bulan terakhir, mereka pindah ke Jalan BBI, RT 20/RW 04, Desa Mungguk, Sekadau Hilir. Mereka menempati pondok milik warga keturunan Tionghoa sembari menggarap lahan milik warga tersebut untuk bertani.
Selasa malam (14/11) sekitar pukul 07.00 WIB, sang istri mengalami mulas. Suryoto pun membawa sang istri ke Puskesmas Selalong untuk pemeriksaan kesehatan menggunakan sepeda motor. Karena istrinya sejak awal tercatat sebagai pasien di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
“Di Puskesmas itu, istri saya diperiksa oleh Bidan Dewi. Ia bilang sudah pembukaan empat dan harus dirujuk ke RSUD Sekadau malam itu juga,” kenang Suryoto.
Menggunakan ambulance, Nining dibawa ke RSUD Sekadau. Keesokan harinya, Rabu (15/11), sang istri pun melahirkan anak kembar berjenis kelamin laki-laki dadlam proses persalinan normal. Hanya saja, saat itu usia kandungan Nining masih berusia 7 bulan.
“Anak pertama saya lahir pukul 14.00 WIB dengan berat 1,6 kg. Sedangkan anak kedua saya lahir pukul 15.46 dengan berat 1,2 kg,” beber Suryoto.
Karena lahir prematur, anak Suryoto yang lahir pertama memiliki tinggi 40,5 cm. Sementara yang kedua tingginya 40 cm. Keduanya kini harus menjalani perawatan intensif. Dokter RSUD Sekadau menyarankan agar dirujuk ke Pontianak. Namun ditolak Suryoto karena tidak ada biaya.
“Waktu itu saya hanya pegang uang Rp50 ribu. Bahkan ada resep obat yang tidak saya tebus, karena uang tidak ada,” tuturnya.
Atas dasar itu, pihak medis RSUD Sekadau pun memutuskan merawat istri dan kedua anak kembar Suryoto di RSUD Sekadau. Hari kedua sejak dirawat, istrinya pulang untuk penghematan biaya. Sementara dua anak kembarnya, masih harus dirawat di ICU dengan dimasukkan dalam dua inkubator dan harus dibantu dengan alat pernafasan ventilator. “Untuk perawatan istri saya, habis Rp3.734.000. Biaya itu diberikan bos yang tempat saya menggarap lahan,” ceritanya.
Menurut Suryoto, dirinya tidak memiliki BPJS karena baru pindah. Suryoto semakin bingung, sebab informasi yang didapatnya dari petugas medis, hingga dua hari lalu, biaya pengobatan anaknya sudah mencapai Rp10 juta lebih.
“Saya binggung harus cari biaya dari mana. Waktu saya pindah, saya sudah lapor RT dan kemarin juga sudah konsultasi,” ucapnya.
Karena Suryoto awalnya pindah ke Selalong Dua, maka dirinya disarankan menghubungi kepala Desa Selalong.
“Tadi saya sudah ke Selalong dan besok (hari ini, red), saya diminta datang ke kantor Desa untuk dibuatkan surat miskin,” sambung Suryoto.
Suryoto berharap pihak terkait bisa membantu. Warga yang berminat membantu bisa langsung menghubungi ponsel Suryoto di nomor 082283372573.
Sementara Ike, salah seorang perawat di ruang ICU RSUD Sekadau mengatakan, karena kedua anak Suryoto lahir prematur sehingga membutuhkan perawatan intensif. Kedua anak kembas itu membutuhkan bantuan pernapasan. “Karena itu dipasangi alat bantu,” pungkas Ike.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos, PP dan PA) Sekadau, Syahdiman mengatakan, pihaknya akan berupaya membantu Suryoto. “Besok (hari ini, red), saya akan meninjau langsung kondisi mereka ke RSUD Sekadau,” janjinya.
Syahdiman menegaskan, akan mencari cara terbaik untuk membantu Suryoto. “Nanti kita akan koordinasi dengan pihak rumah sakit, BPJS, dan pihak terkait lainnya,” tukas Syahdiman.
Laporan: Abdu Syukri
Editor: Arman Hairiadi