eQuator.co.id – Karanganyar-RK. Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan pendeta dan komunitas nasrani yang ada di Kabupaten Karanganyar, Senin (28/1). Dalam dialog yang berlangsung di Gedung PGRI di Jalan Kapten Mulyadi itu, Sandi menceritakan mengenai posisinya yang sempat menjadi kaum minoritas.
Sandi mengungkapkan bahwa dirinya sempat mengenyam pendidikan di sekolah Kristen selama tujuh tahun. “Saya pernah menjadi minoritas, saya selama tujuh tahun sekolah di PSKD sekolah Kristen dan tiga tahun di sekolah Katolik dan diberikan rasa aman, adil dan kebersamaan,” urainya, Senin (28/1).
Menurutnya, selama ada perlakuan adil maka tidak terasa ada minoritas dan mayoritas. Dan inilah yang akan dilakukan olehnya bersama Prabowo jika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.
Sandi juga menyampaikan, sebenarnya perbedaan keyakinan di Indonesia justru menjadi aset yang berharga. Ini menjadi wujud Bhinneka Tunggal Ika. Aset itulah yang akan mewujudkan Indonesia adil dan makmur.
“Saya tadi mendapatkan aspirasi dari komunitas pendeta dan nasrani serta masukan dari masyarakat. Bagaimana Indonesia adil dan makmur itu bisa berpihak pada lapangan kerja, keadilan untuk guru honorer, penyandang disabilitas,” ucapnya.
Tentunya, lanjut Sandi, paling penting adalah perlindungan terhadap minoritas yang akan menjadi prioritasnya saat memimpin negeri. Dengan tekad tersebut, Sandi optimistis visi Indonesia menang. Yakni, aman untuk semua, adil untuk semua dan makmur untuk semua. “Dan kami, Prabowo-Sandi ingin menyelesaikan permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat yang berkaitan dengan ekonomi dan rasa keadilan,” tuturnya. (Ridho Hidayat)