eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Berbagai langkah dan upaya akan dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pontianak dalam mengatasi persoalan sampah. Hal ini lah yang menjadi prioritas Tinorma Butar-Butar sejak dilantik sebagai pejabat baru di DLH Kota Pontianak.
“Misalnya lewat rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional yang agendanya dilakukan selama tiga bulan. Mulai dari 21 Januari sampai 21 April 2018 kita gebcar melakukan sosialisasi dan aksi,” ujarnya, Kamis (19/4).
Tinorma yang sebelumnya sebagai Sekretaris DLH Kota Pontianak ini menyatakan, pihaknya berupaya meningkatkan kinerja dengan menggandeng banyak stakeholder yang peduli akan lingkungan, seperti sampah. Pasalnya, sejauh ini sampah masih persoalan serius Kota Pontianak. Tidak hanya di darat, tapi juga sungai dan parit.
“Jadi sebelumnya kami juga sudah melaksanakan sosialisasi dan pembersihan bersama komunitas. Di sungai juga, itu sudah sering dilakukan,” katanya.
Untuk mendukung pembersihan sungai, DLH memiliki satu unit speedboat bantuan pemerintah pusat. Sementara untuk sosialisasi warga tepian sungai Kapuas, pihaknya berkerja sama dengan camat dan lurah serta tokoh masyarakat. Mereka sudah membentuk kelompok peduli lingkungan tepian sungai. “Koordinasi dengan dinas kabupaten lain kita lakukan, agak sulit karena sampah yang ada dari hulu ke hilir,” paparnya.
Sampah-sampah yang sampai ke hilir sungai Kapuas di Kota Pontianak, sebagian memang dibawa arus dari hulu. Maka dari itu penting adanya koordinasi dengan pemerintah daerah lain dan Pemprov Kalbar.
“Sayangi sungai agar masyarakat kita tidak membuang sampah di sungai. Karena air kita sekarang sudah kelas empat. Sudah tidak layak lagi dikonsumsi oleh manusia, itu dari hulu ke hilir terutama di bagian kota ini,” pungkasnya.
Tinorma menjelaskan, pemulihan kualitas air tidak mudah. Dalam hal ini, DLH tetap berupaya melakukan penanganan limbah padat dan cair. “Masih banyak PR (pekerjaan rumah), yang sudah diajukan kepala dinas sebelumnya harus saya lanjutkan ke depan termasuk TPS terapung, hal lain TPA,” tuturnya.
Ia menambahkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saat ini sedang dalam penataan tahap ketiga. Penataan dilakukan agar masalah lindi atau air sampah teratasi. Masalah lain adalah ketaatan Pekerja Harian Lepas. Selain itu, ada pula tuntutan dari masyarakat sekitar TPA yang ingin ada akses air bersih mulai dari pemasangan hingga penggunaan.
“Tapi tadi saya komunikasi dengan PDAM untuk penggunaan sulit, karena berapa yang mereka pakai masa kita yang bayar. Tapi itu perlu dikaji ulang sama dengan drainase yang lain juga sudah kami tangani,” katanya.
Penyelesaian TPA tahap ketiga dilakukan tahun ini agar lahan di bagian belakang dapat dimanfaatkan. Saat ini masih ada lahan seluas 16 hektare di area tersebut yang belum dimanfaatkan.
“Untuk tahap ketiga untuk jalan, di TPA itukan gambut terlalu dalam, sehingga harus dibangun ulang,” demikian Tinorma.
Laporan: Gusnadi
Editor: Arman Hairiadi