’’Saya sangat bahagia bisa berkunjung ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah yang menyebarkan ilmu keislaman yang Agung dan menjadi pusat syiar Islam di Asia Tenggara”—
Tulisan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulazis Al Saud, untuk Masjid Istiqlal
eQuator.co.id – Jakarta-RK. Kalimat Tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir bergema di ruang utama masjid Istiqlal kemarin (2/3). Kalimat itu dikumandangkan oleh para jamaah masjid saat melihat Raja Salman bin Abdulazis Al Saud dan Presiden Joko Widodo memasuki ruang utama pukul 14.15. Meski singkat, kehadiran Raja Salman di masjid terbesar di Indonesia itu mendapatkan apresiasi.
Sebuah kursi beludru berwana biru dengan kayunya yang berwarna kuning gading disiapkan di belakang sajadah raja yang juga berwarna dominan biru. Begitu tiba, Raja Salman, Presiden Jokowi, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan delegasi lainnya melaksanakan salat sunah tahiyatul masjid dua rakaat.
Rupanya, kursi itu berfungsi untuk menunjang aktivitas salat Raja Salman. Raja memang salat dengan berdiri. Namun, ketika sujud dan duduk tahiyat, dia duduk di kursi tersebut. Usai salat, rombongan menemui pengurus masjid dan menyerahkan kenang-kenangan berupa potongan kain penutup Kakbah atau yang lazim disebut Kiswah.
Kunjungan Raja Salman ke Masjid Istiqlal memang hanya terjadi cukup singkat. Rombongan mobil tersebut masuk pada pukul 14.12 WIB dari pintu selatan. Namun, 18 menit kemudian konvoi yang mengiringi mobil berplat Saudi Arabia itu sudah keluar. Orang-orang yang sudah menunggu lama pun pasrah hanya bisa melihat punggung rombongan dari kejauhan.
’’Saya padahal ada di barisan depan. Tapi, saya juga tidak tahu yang mana yang raja. Soalnya, jaraknya sekitar 30 meter dan dia hanya sholat tahiyatul masjid setelah itu pulang,’’ ujar Ari Suryadi, 42, yang sengaja meluangkan waktu istirahat kerjanya di sana.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sabrina, 20, mahasiswi yang sengaja yang datang dari wilayah Jakarta Timur sejak mendengar kedatangan Raja Salman malam sebelumnya. meski tak bisa melihat dari dekat, dia mengaku tak terlalu sedih. ’’Toh, ini sebagai salah satu upaya masyarakat juga untuk menyambut raja dari Arab Saudi. Supaya dia merasa diterima di negara ini,’’ ujarnya.
Menurut Kepala Bagian Protokol dan Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah, kunjungan singkat tersebut memang standar bagi kepala negara dan tamu VVIP lainnya. Namun, dia merasa kunjungan kali ini cukup istimewa karena rombongan melakukan ibadah saat berkunjung.
’’Selain itu, dia juga memberikan kami kenang-kenangan berupa potongan kain kiswah (kain yang digunakan untuk menutupi Kakbah, Red). Rencananya, kami akan taruh di bingkai dan dipajang di masjid,’’ ungkapnya.
Selain itu, Raja Salman juga menuliskan kesan dalam sebuah kertas untuk Masjid Istiqlal. Dalam pesan tersebut, dia mengaku gembira bisa mengunjungi dan mendoakan pengurus masjid mendapatkan pahala setimpal.
’’Saya sangat bahagia bisa berkunjung ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah yang menyebarkan ilmu keislaman yang Agung dan menjadi pusat syiar Islam di Asia Tenggara. Semoga Allah memberikan balasan sebaik-baiknya kepada para penjaga masjid ini,’’ tulisnya dalam secarik kertas yang ditulis dalam bahasa Arab.
Dari Masjid Istiqlal, Presien Jokowi dan Raja Salman bergeser ke Istana Merdeka. Di istana, Raja sudah ditunggu oleh 36 tokoh Islam Indonesia untuk dialog. Namun, sebelum pertemuan, Raja Salman terlebih dahulu bertemu anak dan cucu Presiden Soekarno di Istana Merdeka. Yakni, Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Menko PMK Puan Maharani. Sehari sebelumnya, Puan sudah bertemu Raja di Istana Bogor.
Dalam pertemuan sekitar 15 menit itu, Raja Salman mengapresiasi penyambutannya di Indonesia. ’’Saya merasa sambutan Presiden Joko Widodo, apalagi bisa bertemu anak dan cucu Presiden Soekarno ini merupakan satu bentuk sejarah yang semakin erat dengan Arab Saudi,’’ ujar Raja Salman sebagaiman ditirukan Puan.
Sementara, pertemuan dengan tokoh Islam juga berlangsung singkat, tidak sampai setengah jam. Dari 36 orang, ada tiga tokoh yang berkesempatan menyampaikan pendapat kepada Raja Salman. Yakni, Ketua MUI KH MA’ruf Amin, Ketua PP Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas, dan Habib Luthfi bin Yahya.
Yunahar yang juga Waketum MUI menceritakan jalannya pertemuan tertutup antara Presiden Jokowi, Raja Salman, serta pimpinan ormas Islam kemarin (2/3). “Pertama Pak Jokowi menyampaikan pengantar singkat,” jelasnya.
Untuk memudahkan komunikasi, setiap peserta disiapkan alat penerjemah. Setelah Jokowi menyampaikan arahannya, giliran Raja Salman mengutarakan sambutan singkat. Isinya tentang sambutan hangat masyarakat Indonesia serta agenda kerjasama di berbagai bidang.
Baru setelah itu Jokowi mempersilahkan tiga orang perwakilan ormas menyampaikan masukan atau gagasan. Karena waktunya terbatas, tidak seluruh pimpinan ormas berkesempatan menyampaikan masukan untuk Raja Salman. “Pertama kiai Ma’ruf Amin mewakili MUI. Beliau berbicara bahasa Arab,” jelasnya.
Kiai Ma’ruf diantaranya menyampaikan harapan supaya Saudi bisa membangun rumah sakit Islam di Indonesia. Kemudian juga mendirikan kampus khusus bahasa Arab serta lembaga kajian Islam. Khususnya Islam moderat.
Yunahar mendapatkan kesempatan kedua. “Saya mewakili ormas-ormas. Saya gunakan bahasa Arab,” tuturnya. Dia menyampaikan masukan supaya ada penguatan dakwah islamiyah antara Indonesia dengan Saudi. Seperti dakwah yang menyerukan Islam rahmatan lil alamin dan pembaruan-pembaruannya. Posisi Saudi sangat strategis karena banyak lembaga dakwah di sana.
Selain itu di Saudi juga ada pusat fatwa. Turunan dari gagasan Yunahar adalah adanya akses pendiikan dan pelatihan pendakwah dari Indonesia ke Arab Saudi maupun sebaliknya. Masukannya yang kedua adalah penguatan kerjasama ekonomi dan pengingkatan kerjasama ilmu pengetahuan serta teknologi.
“Yang terakhir menyampaikan gagasan atau masukan adalah Habib Luthfi,” jelasnya. Intinya seluruh ormas mendukung peningkatan hubungan diplomatik kedua negara. Yunahar berharap investasi Saudi ke Indonesia bisa terus meningkat menyusul investasi dari Tiongkok.
Usai pertemuan, Raja beranjak ke halaman dalam kompleks Istana Kepresidenan untuk menanam pohon secara simbolis. Acara penanaman pohon itu seharusnya dilakukan di Istana Bogor sehari sebelumnya, namun batal karena hujan. Sebelum masuk lokasi penanaman pohon, Presiden mengajak Raja Salman berkeliling kompleks Istana menggunakan boogie car. Seperti biasa, Presiden Jokowi yang mengemudikan.
Pohon yang ditanam raja adalah pohon kayu ulin, yang merupakan tanaman khas Pulau Kalimantan. Pohon yang juga dijuluki kayu besi itu ditanam di sisi tenggara halaman dalam istana, dekat dengan bangunan Istana Merdeka. Raja Salman menyekop tanah sekali lalu melemparkannya ke dalam lubang yang telah terisi bibit setinggi 1,5 meter. kemudian, disusul Presiden Jokowi menyekopkan tanah.
Usai seremoni penanaman pohon, Raja langsung kembali ke hotel Raffles tempatnya menginap. Setelah melepas raja, Presiden kembali ke pohon dan mulai menyiraminya. ’’Kayu Ulin itu kayu yang paling kuat. Supaya hubungan kita (Indonesia-Saudi) menjadi kuat sekali, sekuat kayu ini,’’ujar Jokowi sembari menyrakan air menggunakan gayung.
EMPAT KESEPAHAMAN BARU
Di sisi lain, Indonesia dan Arab Saudi menandatangani empat perjanjian baru terkait peningkatan kerjasama kedua negara. Kemarin (2/3), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama The Council of Saudi Arabia Chambers of Commerce and Industry bertemu dalam acara business forum di Ballroom Grand Hyatt, Jakarta.
Keempat nota MoU (Memorandum of Understanding) ditandatangani langsung oleh Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani dengan Vice Chairman The Council of Saudi Arabia Chambers of Commerce and Industry Showimy A Aldossari. Penandatangan itu turut disaksikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Senior Minister Saudi Arabia Dr Ibrahim Al Assaf dan Kepala BKPM Thomas Lembong.
Kesepakatan yang tertuang didalam empat MoU tersebut antara lain peningkatan kerjasama di sektor properti, energi, kesehatan, serta haji dan umroh. ”Total nilai MoU kurang lebih USD 2,4 Miliar. Di antaranya adalah kerjasama antara PT Wijaya Karya dengan salah satu perusahaan di Arab Saudi untuk membangun sebanyak 8000 rumah di Arab Saudi. Tahun ini akan mulai diproses, mudah-mudahan tahun depan sudah mulai realisasi,” ujar Rosan kemarin (2/3).
Selain pembangunan 8000 rumah, dalam MoU juga tertuang kerja sama Indonesia dan Arab Saudi untuk membangun biomass powerplant, fasilitas health care, serta penambahan fasilitas dan kuota untuk haji dan umroh. Mengenai detail dari kerjasama-kerjasama tersebut, Rosan masih enggan untuk bercerita lebih jauh. ”Yang jelas untuk pembangunan perumahan itu nilai investasinya mencapai USD 2 miliar, health care investasinya sekitar USD 100 juta, sisanya masih belum diketahui besarannya,” tambah Rosan.
Ketua Komite Timur Tengah Kadin Indonesia Fachry Thaib menyatakan bahwa MoU ini masih sebagai langkah awal, artinya belum ada realisasi yang ditempuh. ”Dengan kedatangan Raja Salman, kami mengharapkan MoU tersebut dapat bergulir. Mudah-mudahan investasinya beneran datang. Soal implementasi itu pasti masih lama,” ujar Fachry.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan bahwa MoU tersebut masih akan dilakukan join study untuk mengambil langkah selanjutnya. ”Ya kita masih join study, nanti akan ada kontraktor yang diundang ke sana (Arab Saudi, Red). BUMN akan kita dorong, tetapi kalau ada swasta yang berani juga akan kita dorong,” ujar Enggar.
Sementara itu di tempat lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menambahkan bahwa pihaknya memastikan kerjasama dengan pihak Arab Saudi tidak hanya pada penandatanganan MoU terkait investasi Saudi Aramco dan Pertamina untuk kilang Cilacap.
Jonan menuturkan, Arab Saudi juga tertarik unuk investasi yang lebih besar dari Arab Saudi di proyek kilang di Indonesia. Mulai dari Refinery Development Masterplan Program (RDMP) Dumai, Balongan dan Bontang.
‘’Yang Balongan sedang dibicarakan (oleh Pertamina dan Saudi Aramco),’’ ujarnya saat ditemui di JS Luwansa, Jakarta, Kamis (2/3).
Dia melanjutkan, pemerintah Indonesia akan benar-benar memanfaatkan momentum kunjungan rombongan Raja Arab Saudi untuk mempererat kerja sama di berbagai sektor, khususnya sektor energi.
‘’Sudah ada satu kerja sama antara Saudi Aramco dengan Pertamina untuk pengembangan refinery di Cilacap nilainya mungkin USD 5,5 sampai USD 6 miliar,’’ katanya.
Saudi Aramco yang merupakan perusahaan pelat merah milik pemerintah Arab Saudi sebenarnya sempat berminat bekerja sama di proyek RDMP Balongan dan RDMP Dumai. Namun, kerja sama itu batal setelah Head of Agreement (HoA) untuk RDMP Balongan dan Dumai tak kunjung ditandatangani setelah melewati batas waktu pada 26 November 2016.
Pembatalan kerja sama pembangunan RDMP dengan Saudi Aramco disebabkan karena ada ketidaksepahaman dalam target pembangunan. Pertamina menginginkan proyek Kilang Balongan dipercepat 2 tahun dari target awal tahun 2022 menjadi tahun 2020.
Saat ini kapasitas terpasang seluruh kilang Pertamina mencapai 853 ribu barel per hari (bph). Sedangkan kebutuhan minyak Indonesia tercatat sebesar 1,57 juta bph. Apabila seluruh RDMP ini selesai, maka kapasitas keempat kilang itu akan naik dari 820 ribu bph menjadi 1,61 juta bph.
Jonan juga menampik adanya tanggapan bahwa harga investasi Indonesia lebih rendah dibandingkan Malaysia. Menurutnya, ke depan masih ada potensi investasi yang lebih besar dari pihak Arab Saudi di Indonesia. ‘’Tidak juga, kita tidak (lebih rendah),’’ katanya.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak mengatakan bahwa Saudi Aramco akan menginvestasikan USD 7 miliar (Rp 93,33 triliun) untuk pembangunan proyek kilang minyak raksasa Petronas di proyek Refinery and Petrochemical Integrated Development (RAPID) di Pengerang, Johor. (Jawa Pos/JPG)