Sah-sah Saja Punya Idola, Kalau Kalah Ya Sudah

Dari Dialog Menelisik Sosok Pemimpin Kalbar 2018

BICARA DEMOKRASI. Koordinator Presedium KAHMI Nasional, Mahfud MD, diwawancarai usai memberikan perspektif ihwal memilih pemimpin terbaik dalam dialog di Grand Mahkota Hotel, Pontianak, Kamis (29/12). DESKA IRNANSYAFARA

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Memilih pemimpin di negara demokrasi semestinya tidak hanya menomorsatukan popularitas. Kemampuan memimpin seorang kandidat yang mencalonkan diri lah yang seharusnya dikedepankan. Kesetiaan kepada Si Calon pun sebaiknya tidak membabi buta.

“Yang begitu itu tidak sehat. Di dalam demokrasi itu, loyalitas mesti terhadap sistem,” tutur Koordinator Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Prof. Dr. M. Mahfud MD, kepada sejumlah wartawan di Hotel Grand Mahkota, Pontianak, Kamis (29/12).

Hal tersebut dikatakannya usai mengisi acara Kalbar Local Leaders Dialogue (KLLD) besutan Majelis Wilayah KAHMI Kalbar yang dirangkai dengan sosialisasi empat pilar MPR. Dialog bertajuk ‘Menelisik Sosok, Menggagas Ide, Menuju Era Baru Pemimpin Kalbar 2018’ tersebut juga menghadirkan Wakil Ketua MPR RI, Dr. Oesman Sapta Odang (Oso).

Bagi Mahfud, sah-sah saja rakyat punya tokoh idola diperjuangkan habis-habisan. “Tetapi harus disalurkan melalui sistem, kalau kalah ya sudah. Serahkan kepada yang menang, itu konsekuensi dari demokrasi,” ucapnya.

Ia mencontohkan, dirinya yang dalam Pemilu Presiden 2014 berseberangan dengan Joko Widodo (Jokowi). Namun, ketika pilpres usai dan Jokowi menang, dia mendukung Jokowi sebagai presiden.

“Kita berhenti di titik itu, peperangan dihentikan, sekarang saatnya pembangunan,” tegas Mahfud.

Artinya, siapapun pemenang dari sebuah demokrasi harus dihormati karena merupakan hasil pilihan rakyat. “Negara ini harus berjalan, yang didukung harusnya sistem. Tidak bergantung pada orang,” tukasnya.

Lanjut dia, membangun sikap toleran dalam perbedaan merupakan hal penting. Setiap calon yang maju dalam kontestasi pemilihan kepala daerah harus memiliki itu. Sebab, perbedaan itu keniscayaan, fakta yang tidak bisa terhindarkan.

“Ketiadaan sikap toleransi inilah yang menjadi penghambat utama pembangunan, bukan sekedar permasalahan-permasalahan teknis,” terang Mahfud.

Pasalnya, teknis-teknis pemerintahan seperti perencanaan infrastruktur dan sebagainya seyogianya semua bisa dikonsep. Apabila kurang kemampuan untuk mengonsep, bisa mengundang ahli.

“Tetapi yang sifatnya kejiwaan seperti kebersatuan di dalam keberagaman itu yang menjadi sangat penting,” serunya.

Selain itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini juga menyebut pentingnya seorang pemimpin memenuhi rasa keadilan. “Begitu tidak adil, akan hadir kerusakan-kerusakan susulan,” jelas Mahfud.

Ia menambahkan, ketidakadilan hanya akan berujung pada dua hal. “Perlawanan atau hadirnya ketidakadilan-ketidakadilan lanjutan yang akan berujung pada kehancuran,” pungkasnya.

Sementara itu, dalam sambutannya di depan peserta diskusi, Wakil Ketua MPR, Oso mengaku dulu sering bertemu dengan aktivis Kelompok Cipayung, kelompok yang menghimpun HMI, PMKRI, GMNI, GMKI, dan PMII. Kelompok organisasi mahasiswa yang terdiri dari beragam latar agama, ideologi, dan kepentingan.

“Kelompok yang berbeda asal usul, warna kulit, dan agama,” tuturnya, seperti dirilis oleh Humas MPR RI.

Meski berbeda, menurut Oso, Kelompok Cipayung bisa bersatu. Ia memuji anak-anak muda yang mempunyai komitmen persatuan, pun dirinya rindu pemimpin yang bisa menyatukan dan memberi kesejukan.

Kepada Kelompok Cipayung, Oso mengaku sering memberi nasihat bahwa mereka boleh demonstrasi asal tidak anarkis. Bahkan disarankan mereka datang dan membawa konsep.

Dalam kesempatan itu, ia memuji KAHMI yang peduli dengan seleksi kepemimpinan di Kalbar. “Ini kebangkitan KAHMI karena acara seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya, menyeleksi pemimpin untuk membangun daerah ke depan,” tutur senator asal Kalbar ini.

Ketua Umum Partai Hanura tersebut mengungkapkan, level demokrasi di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Hal itu bisa dilihat dan dirasakan dari aksi demonstrasi massa yang terbilang besar namun berjalan damai.

Senada, senator asal Kalbar lainnya yang hadir dalam dialog, Abdul Rahmi. Ia menilai KAHMI sebagai perhimpunan kaum intelektual harus berperan aktif dalam memberikan ide-ide segar pembangunan Kalbar kedepan.

“Kalau melihat jumlah dan kualitasnya, KAHMI seharusnya bisa menjadi pasar ide untuk Kalbar,” ujarnya.

Apalagi, menurut dia, kader KAHMI tersebar di berbagai lini masyarakat. Jika potensi ini dimaksimalkan, tentu dapat memberikan dorongan besar untuk kemajuan Kalbar. Sebagai salah satu alumni HMI dan pernah menjadi ketua cabang, Abdul Rahmi berpesan agar seluruh kader dan alumni HMI bisa mengambil peran dalam pembangunan bangsa.

Ia menilai tahun-tahun politik yang menjelang dalam beberapa waktu kedepan harus disikapi positif sebagai momentum untuk perbaikan pembangunan di Kalbar. Abdul Rahmi menyebut pembangunan infrastruktur di Kalbar mengalami kemajuan signifikan, namun demikian masih banyak pekerjaan rumah yang harus menjadi perhatian.

“Salah satunya soal Indeks Prestasi Manusia kita yang relatif stagnan, saya rasa dari sisi itu kita masih belum puas,” terangnya.

Ia juga menyebut permasalahan sosial di Kalbar harus menjadi perhatian siapapun pemimpinnya kelak. Artinya, pemimpin Kalbar harus peka dengan permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

“Jangan dikira Kalbar adem ayem dan aman, karena konflik sosial ini biasanya munculnya tiba-tiba,” ungkap Abdul Rahmi.

Lanjut dia, konflik-konflik sosial tersebut kadang hanya butuh pemicu untuk tiba-tiba membesar. Meski penyebab sesungguhnya seperti kecemburuan sosial justru sudah ada sebelumnya.

“Pemimpin Kalbar kedepan harus jeli melihat permasalahan seperti ini,” tandasnya.

ADA DIALOG LANJUTAN

Masih di Hotel Grand Mahkota Pontianak, Ketua Panitia KLLD, Budi Rahman menyampaikan, kegiatan ini sengaja dirangkaikan dengan sosialisasi empat pilar MPR RI dan menghadirkan Oso dan senator asal Kalbar lainnya. “Ini semua merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pelantikan pengurus Majelis Wilayah KAHMI Kalbar,” tutur Budi, kepada Rakyat Kalbar.

KLLD sendiri dilatarbelakangi berbagai pertimbangan. Salah satunya, Kalbar hendak menggelar pesta demokrasi. “KAHMI sebagai salah satu Ormas yang menghimpun alumni HMI yang berkecimpung di berbagai bidang seperti ekonomi, sosial dan politik merasa terpanggil untuk membuat suatu kegiatan yang bisa memberi manfaat untuk rakyat Kalbar. Khususnya di bidang politik,” paparnya.

Ketika ditanya manfaat apa yang bisa dirasakan masyarakat dengan adanya kegiatan ini, Budi menjawab, “Bisa dirasakan dengan adanya tawaran dan solusi bagi masyarakat untuk memilih calon gubernur atau kepala daerah di tahun 2018 nanti”.

Menurut dia, memilih pemimpin bukan hanya sekadar melihat figur. Tapi rakyat tentunya ingin menggali ide dan gagasan para calon kepala daerah tersebut.

“Selama ini mungkin banyak diantara kita yang mendengar, melihat, menyaksikan tokoh-tokoh yang tampil di ruang publik sebagai calon kepala daerah. Tapi kita belum menemukan ide dan gagasan tokoh yang bersangkutan untuk bagaimana memajukan Kalbar ke depan,” terang Budi.

Tambah dia, “Selama ini kita kerap terjebak pada personalitas, tidak pada konsep. Kedepan, harapan kami dari KAHMI, Kalbar dapat dibangun dengan ide, konsep, serta gagasan yang jelas. Dan masyarakat punya akses untuk mengingatkan pemimpinnya”.

Dengan adanya acara ini, diharapkan masyarakat bisa mengetahui secara mendalam dan utuh bagaimana gagasan maupun figur yang akan mencalonkan diri sebagai kepala daerah. “Hari ini baru permulaan. Selanjutnya kita akan mengadakan KLLD kembali untuk mempertajam dan memperkaya ide dan gagasan soal bagaimana Kalbar yang ideal ke depan,” ulasnya.

Selain tokoh-tokoh seperti Mahfud, Oso, dan Abdul Rahmi, beberapa elite politik Kalbar tampak hadir dalam kegiatan tersebut. Ada Wali Kota Pontianak Sutarmidji, Anggota DPR RI Michael Jeno, mantan Bupati Sintang Milton Crosby, mantan Bupati Landak Adrianus Asia Sidot, dan Ketua Gerindra Kalbar Abang Tambul Husin.

 

Laporan: Deska Irnansyafara, Iman Santosa

Editor: Mohamad iQbaL