eQuator.co.id – Beberapa waktu lalu, Pak Dahlan Iskan menulis artikel tentang perlunya sistem informasi bagi rumah sakit. Sistem itu untuk memudahkan para pasien dalam mengakses layanan kesehatan di klinik dan rumah sakit.
Tulisan yang terbit di website DI’s Way itu bersumber dari pertemuan Pak Dahlan dengan salah satu familinya yang mengalami gangguan jantung. Sudah berminggu-minggu pasien itu menunggu panggilan rumah sakit untuk pemeriksaan jantungnya yang bermasalah. Padahal, pasien itu tinggal di luar kota. Sementara sistem antrian rumah sakitnya masih manual. Keluarga pasien harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menanyakan kapan mendapat giliran diperiksa.
Sistem palayanan konvensional bagi pasien rumah sakit memang kurang praktis. Tapi, pada ‘zaman itu’, hanya itulah satu-satunya sistem yang tersedia. Beda dengan ‘zaman ini’ yang pemanfaatan teknologi informasinya sudah sangat maju. Yang menjadi persoalan adalah, ternyata masih banyak rumah sakit pada ‘zaman ini’ yang masih menggunakan sistem pelayanan ‘zaman itu’.
Selasa lalu, saya mengikuti presentasi sistem informasi rumah sakit yang disediakan ACiS, perusahaan penyedia solusi berbasis teknologi informasi. Kebetulan, perusahaan saya bermitra dengan ACiS, dalam pemanfaatan teknologi live video streaming dan live video conference. Presentasi dilakukan secara online. Saya sedang menunggui ibu saya di rumah sakit di Purwodadi, Jawa Tengah. Pak Nurganda, CEO ACiS, di kantornya, di Jakarta Selatan.
Secara umum, kata Pak Nurganda, sistem informasi rumah sakit sekarang telah tersedia dalam satu paket aplikasi yang lengkap. Sistem tidak hanya untuk pelayanan rumah sakit kepada pasien, tetapi juga pelayanan rumah sakit terhadap organisasi di dalam rumah sakit itu. Misalnya, dalam manajemen stok obat. Selain itu, sistem juga bisa terkoneksi dengan layanan dari mitra-mitra rumah sakit. Misalnya, asuransi dan BPJS.
Sistem informasi yang disiapkan ACiS juga memiliki fleksibilitas dalam implementasi. Sistem bisa digunakan untuk semua jenis fasilitas kesehatan mulai klinik hingga rumah sakit dengan berbagai kelasnya. ‘’Sistem ini sudah diuji dan bersifat proven. Sekarang sudah ada 15 lembaga pelayanan kesehatan yang menggunakan sistem ini,’’ kata Pak Nurganda.
Usai mengikuti presentasi, muncul gagasan baru di pikiran saya. Bagaimana cara mengintegrasikan sistem itu dengan layanan konsultasi pasien dengan dokter secara live menggunakan video conference. ‘’Oh, untuk telemedicine, itu bisa banget. Kami bisa buatkan sistem integrasinya,’’ kata Pak Nurganda. (jto)
NOTE:
Teman-teman yang ingin melihat demo systemnya, bisa japri dengan menuliskan: Nama, email dan nomor WA. yang instagramable. (jto)