eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak terus melahirkan inovasi. Kali ini, RSUD yang terletak di Kecamatan Pontianak Barat itu secara resmi membuka poli rawat jalan peserta BPJS pada sore hari. Hal ini untuk mengurai antrean pasien yang begitu panjang dan memakan waktu yang lama.
Nantinya, pasien akan dilayani dari pukul 16.00 hingga 18.00 Wib. Sebelumnya, layanan itu hanya tersedia pada pagi hari. Sejak pukul 07.00 hingga 11.00 Wib.
Plt. Direktur RSUD SSMA Kota Pontianak, dr. Johnson menjelaskan, sebenarnya pelayanan sore hari ini telah dibuka pada 1 Juli kemarin. Namun hanya untuk pasien umum.
“Hingga dibukalah sore hari yang merupakan langkah pertama dan satu-satunya di Kalimantan Barat. Per Agustus ini pasien BPJS bisa menggunakan hak pelayanan di rumah sakit ini dari pagi sampai sore hari,” katanya, Rabu (31/7).
Ia menyebut bahwa sejak diresmikan tahun 2012, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak memang sudah menekankan pelayanan terbaik. Hingga kini, rumah sakit itu menerapkan sistem rumah sakit tanpa kelas. Namun untuk memenuhi hak kepesertaan BPJS, akan dibuat ruangan dengan satu, dua, tiga dan enam tempat tidur.
“Namanya ruang Kasturi, Melati, Kenanga, dan Mawar. Karena prinsipnya tanpa kelas. Nanti diresmikan saat ulang tahun 24 Oktober,” katanya.
Rata-rata tiap hari, tambah dia, sebanyak 300 hingga 500 pasien dilayani rumah sakit milik Kota Pontianak ini. Di mana jumlah itu sebagian besar atau 90 persen dari total pasien menggunakan BPJS. Mereka pun bukan hanya berasal dari Kota Pontianak. Namun juga kabupaten sekitar. Lantaran rumah sakit tipe C bisa merujuk ke rumah sakit tipe C lain. Sesuai era rujukan berjenjang BPJS.
“Jadi boleh dikatakan rumah sakit ini, rumah sakit BPJS di Pontianak,” sambung direktur yang baru beberapa bulan menjabat itu.
Layanan di rumah sakit yang dipimpin dr. Johnson ini cukup lengkap. Layanan spesialis penyakit dalam dan bedah syaraf pun ada. Ke depan akan dikembangkan pula layanan poli geriatri khusus lansia. Akan ada pula ruang konsultasi. Sehingga pasien tidak hanya ambil obat, tapi juga dapat penjelasan terhadap obat yang diberikan.
“Kami spesialis ada 13 olayanan) dengan jumlah tenaga 25 (orang). Yang belum ada hanya penyakit jantung. Sementara lagi sekolah. Peralatan akan menyesuaikan dengan ketersediaan tenaga,” lugasnya.
Laporan: Gusnadi
Editor: Ocsya Ade CP