Ribuan Warga Saksikan Sibo Sunsak

Naik Dango ke-XII Bengkayang Ditutup

SIBO SUNSAK. Ribuan warga Bengkayang menyaksikan Sibo Sunsak, acara penutup Gawai Naik Dango di Kecamatan Lembah Bawang, Sabtu (20/5). KURNADI

eQuator.co.id – Bengkayang-RK. Penutupan Naik Dango ke-XII di Samalantan, Bengkayang, pekan lalu, luar biasa. Ribuan warga menghadirinya, mereka penasaran menyaksikan Sibo Sunsak yang diagendakan panitia sebagai acara penutup.

“Sibo Sunsak atau dalam arti cerita diyakini sebagai salah satu permainan para Jubata. Di mana permainan ini sebagai ritual adat dilaksanakan dengan jalan pintas,” kata pembawa cerita Sibo Sunsak, Musa Bandol, dan penulis naskah cerita Lukas Inarko, Sabtu (20/5).

Jalan pintas artinya jalan paling terakhir dalam pengobatan salah seorang yang menderita penyakit sangat parah. Boleh dikatakan, menurut Musa, sudah tidak bisa disembuhkan lagi.

Sehingga, orang yang akan melakukan acara Sibo Sunsak bernazar (berniat) untuk mengambil adat Bari’ (ritual adat pengobatan penyakit) atau Basansa (puasa). Sahut Bari’, ritual adat Sibo Sunsak dapat terlaksana apabila seseorang yang bernazar karena sakit tadi sembuh dari penyakitnya.

Sibo Sunsak, lanjut Musa, diawali dengan ritual adat Baliant atau Bari’ dengan alat kelengkapan berupa uang mahar (Lantant), bambu yang sudah dilicinkan setinggi enam meter, langkang atau alat persembahan untuk simpan sesajian berisi darah ayam, babi, hati ayam, tumpi, poe/pulut, daging babi, sirih, kapur, pinang, gambir/gamer, tembakau, rokok dan air minum. Semuanya sebagai ritual persembahan kepada Jubata (dalam bahasa Dayak Kanayatn/Ahe) dan Nyabata Bawak (dalam bahasa Dayak Bakati).

Rakyat Kalbar pun menyaksikan sendiri, menggunakan adat Baliant atau Bari’, peserta Sibo Sunsak terdiri dari dua orang dengan posisi naik kepala di bawah kaki di atas atau naik terbalik.

“Ini untuk persembahan kepada Jubata Bawagk atau Nyabata Bawakng sebagai ungkapan syukur atas sembuhnya dari penyakit,” tutur Musa.

Kemudian, pemanjat Sibo Sunsak yang berhasil naik hingga ke atas dengan kepala di bawah, pada saat turun juga kepala pada posisi di bawah, berlawanan dengan acara panjat pinang. Setelah selesai dan berhasil memanjat hingga puncak, semua barang dan peralatan yang terikat di atas diturunkan. Kemudian dibagikan kepada seluruh peserta Sibo Sunsak. Mulai dari penari Baliant dan pelaku Baliant atau orang yang melakukan ritual Sibo Sunsak.

“Setelah itu acara pun berakhir,” jelas Musa.

Secara keseluruhan, Naik Dango ke-XII Samalantan, Bengkayang, berlangsung meriah, aman, lancer, dan sukses.
Kali ini memang Kecamatan Lembah Bawang yang menjadi tuan rumah. Panitia pelaksana diketuai Nehemia Lukman, SPd.

Penutupan Naik Dango dihadiri mantan Bupati Drs. Jacobus Luna, M.Si, Bupati Suryadman Gidot, M.Pd didampingi istrinya Ny. Femi, Wakil Bupati Agustinus Naon, Ketua DPRD Martinus Kajot, Wakil Ketua DPRD Fransiskus,Waka Polres Kompol Muhammad Royani serta anggota DPRD, Kepala SKPD, Forkopimda, Camat dan kepala desa di Kecamatan Lembah Bawang. Hadir juga perwakilan peserta dari Kecamatan Samalantan, Monterado, Capkala, Sungai Raya dan Sungai Raya Kepulauan.

Bupati Suryadman Gidot mengajak warganya untuk terus melestarikan adat dan budaya. Sebagai warisan leluhur harus tetap dijaga. “Naik Dango adalah pesta adat dan budaya Dayak yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Mari terus dijaga dan dilestarikan,” kata Gidot yang menutup Naik Dango ke-XII.

Di Kabupaten Bengkayang, selain acara Naik Dango, juga digelar budaya adat Barape Sawa ke-III pada 27-31 Mei 2017. Pesta Adat Dayak Iban pada 1-3 Juni 2017 dan Pesta Adat Dayak Nyobeng atau Nyabang yang akan digelar pada 15 Juni 2017 mendatang.

“Suku Dayak sendiri dengan budaya dan adat sangat beragam. Semua itu kekayaan bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Mari kita terus menjaga persatuan dan kesatuan. Menjaga Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegas Gidot.

“Baru saja kita menyampaikan Deklarasi Damai bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei. Kita tetap sepakat menolak paham radikalisme, terorisme, provokator dan penyebar berita hoax (fitnah),” sambung bupati dua periode itu.

Gawai Naik Dango kali ini dimeriahkan dengan berbagai perlombaan. Diantaranya lomba perisai, tari kreasi, sumpit, gasing, silat, pantun, panco/upan, fashion show, menyanyikan lagu daerah dan lomba menganyam tikar. “Dipuncak acara diselenggarakan acara Sibo Sunsak (panjat pinang dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas),” kata Nehemia Lukman, S.Pd Ketua Panitia Naik Dango ke-XII Bengkayang.

Panitia penyelenggara mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Bengkayang yang sudah mendukung secara moril maupun materil. Sehingga acara ini sukses terlaksana. Begitu juga TNI/Polri yang sudah terlibat dalam pengamanan.
“Terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh peserta yang terlibat dari Kecamatam Lembah Bawang, Samalantan, Monterado, Capkala, Sungai Raya dan Sungai Raya Kepulauan,” ujar Nehemia Lukman.

Dia juga mengucapkan selamat kepada peserta yang menjadi pemenang perlombaan. “Persiapkan peserta dan kontingennya dengan baik, sebab kita akan mengadakan acara serupa pada tahun 2018, sebagai panitia Kecamatan Capkala,” ujar Nehemia Lukman.

 

Laporan: Kurnadi

Editor: Hamka Saptono