Restorasi Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman

Antisipasi Kebakaran, Rumah Sekitar Masjid Dibebaskan

TERAS MASJID. Seseorang sedang berada di teras depan Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman yang belum dipasangi lantai, karena masih dalam proses pengerjaan. Maulidi Murni

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Restorasi Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman Pontianak tengah dikerjakan. Proyek dari pemerintah pusat melalui APBN ini bernilai Rp92 miliar. Restorasi yang dikerjakan tersebut adalah untuk mengembalikan bentuk arsitektur aslinya.
“Sebenarnya ini memperkuat konstruksi, baik dari pondasi, tiang kolom dan atap,” ujar Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, Kamis (4/4).

Edi mengatakan, direstosinya bangunan bersejarah itu, diharapkan fungsi keberadaannya dapat berumur lebih panjang. Mengingat material yang digunakan sebagian besar adalah kayu. “Semoga semakin indah dan bagus dari yang sebelum-sebelumnya,” harapnya.
Edi menjelaskan, restorasi yang dilakukan terhadap masjid tertua di Kota Pontianak itu tidak berubah, tetapi mengembalikan ke bentuk aslinya. Termasuk materialnya. Tapi diakui Edi, ada juga material yang mungkin disesuaikan, karena memang benar-benar tidak ada di lapangan. “Material yang lama sebenarnya masih bagus, seperti kolom, lantai, dinding dan beberapa kusin, namun untuk atap semuanya diganti baru,” kata Edi.
Tidak hanya bangunan, tapi perlengkapan atau fasilitas untuk masjid juga diperbaiki. Misalnya jaringan air bersih, utilitas, lampu, sound sistem, tempat wudhu dan juga halaman.
Lanjut Edi, restorasi tidak hanya di lingkungan masjid. Tapi penataan juga dilakukan di lingkungan luar masjid. Seperti gerbang istana, jalan masuk, pembangunan trotoar di Jalan Tanjung Raya 1, air bersih, TPS 3R Kopel, selter dan pembebasan lahan di sekitar Masjid Jami. “Pembebasan lahan untuk penataan dan menjaga keberadaan masjid,” sebut Edi.
Menurut Edi, Masjid Jami yang berada di daerah padat pemukiman tersebut, rentan jika terjadi kebakaran. Seperti beberapa waktu lalu, kebakaran menghanguskan beberapa rumah di Kampung Beting. “Seperti kejadian kemarin, nyaris juga, kita khawatir jika kebakaran merembet ke masjid, karena bahannya kan kayu,” akunya.
Penataan akan dilakukan di sekitaran Masjid Jami. Sosialisasi akan dilakukan kepada warga sekitar. Terkait pembebasan lahan yang merupakan tanggung jawab Pemkot Pontianak.
Untuk target pekerjaan, Edi mengungkapkan, berdasarkan kontraknya hingga akhir November 2019. Dari laporan yang Edi dapatkan, pekerjaan tersebut telah minus, sehingga akan dilakukan upaya percepatan. “Kendalanya juga ada beberapa hal dari kita, seperti pembebasan lahan dan lokasi TPS 3R,” ungkapnya.
Sementara dari pihak konsultan pengawasan menyebutkan, konsep awal Masjid Jami merupakan bangunan bersejarah, ketika dikerjakan tidak melenceng dari bangunan asal. Hanya saja apabila ada kekurangan akan ditambah. “Kalau nilai arsitekturnya, bahannya tetap mengacu pada bangunan yang ada,” ujar Andi selaku konsultan pengawas
Tapi kekurangan seperti air bersih, landscape, sistem elektrikal mekanikal, dan sarana penampungan air kotor akan ditambah. Sebab, sekarang fasilitas tersebut belum ada. “Akan dibuat sempurna lagi dari sistem pengguna dan manfaatnya,” terangnya.
Proses pekerjaan ini selama 18 bulan. Ini merupakan proyek Multi Years. Yang dimulai pada Mei 2018 dan berakhir pada November 2019. Bahan-bahan yang digunakan dalam pengerjaan pembangunan. Dia menyebutkan, ada ekskavasi dari kajian sejarah. Seperti kayu belian dari Kabupaten Ketapang dan luar Pontianak. “Untuk kesulitan bahan-bahan pasti adalah, karena ini barang langka dan ada perizinan khusus untuk mendatangkan bahannya, kita melalui legalitas, koordinasi bersama instansi terkait bahwa penggunanya bukan untuk bisnis, tapi untuk merestorasi Masjid Jami,” bebernya.
Progres pengerjaan sekarang mencapai 60 persen. Namun, Andi mengaku, ada beberapa kendala yang dihadapi di lapangan. Misalnya, lahan dan persoalan sosial. “Untuk luasan masjid tetap tidak berubah, bahkan lebih memperluas area masjid, dimana bangunan sekitar yang menjadi view tidak enak akan dibebaskan,” kata dia.
Belajar dari pengalaman kemarin, dengan adanya musibah kebakaran, kata Andi, makanya rumah-rumah yang ada di sekitar area masjid akan dibebaskan. Karena kalau masjid itu hilang, seperti terkena musibah kebakaran, maka sejarah juga akan hilang. Dan tidak bisa mengembalikan ke kondisi dan posisi awal.
Sementara warga sekitar Masjid Jami, Iskandar mengaku bersyukur dengan direstosinya masjid tersebut. “Saya ucapkan syukur kepada Allah,” ucap bapak 57 tahun tersebut.
Dalam proses pengerjaanrestorasi masjid  tersebut, dia sangat mendukung serta kelak akan menjaganya. Tapi dia berharap, menjelang bulan Ramadan pekerjaannya sudah selesai. “Inginnya bulan puasa, jadi orang sudah bisa shalat,” harap dia.
Sementara selama pengerjaan tersebut, warga yang akan menunaikan salat direlokasi ke halaman masjid dengan membuat bangunan sementara. “Semoga cepat selesai, sehingga bulan puasa bisa digunakan bersama-sama, berjemaah,” ucapnya.

 

Laporan: Maulidi Murni.
Editor: Yuni Kurniyanto