Jalan Panjang Memulangkan Sri Mulyani

Sri Mulyani Menteri Keuangan di Kabinet Kerja--RAKA DENNY/JAWAPOS

eQuator.co.id – JAKARTA – Reshuffle kabinet jilid II akhirnya terlaksana. Dari sekian banyak wajah baru di Kabinet Kerja, sosok Sri Mulyani menjadi bintang. Kecemerlangannya di level internasional, kepiawaiannya di bidang fiskal, hingga pusaran kasus bailout Bank Century yang pernah membelitnya, menjadikan Sri Mulyani paling menjadi sorotan.

Banyak orang tentu masih ingat, bagaimana pada 2009 dan 2010 lalu, Ani, sapaan Sri Mulyani, mendapat tekanan politik luar biasa dalam kasus Bank Century. Hingga akhirnya, pada Mei 2010, dia menanggalkan jabatan menteri keuangan dan menerima pinangan Bank Dunia untuk menjadi managing director di kantor pusatnya, Washington D.C.

Namun, di Negeri Paman Sam, karir Sri Mulyani justru kian moncer. Bahkan, perempuan kelahiran Lampung 26 Agustus 1962 itu akhirnya dipercaya mengemban tugas ganda, selain managing director, juga sebagai chief operating officer (COO). Praktis, Sri Mulyani pun menjadi pengendali sekaligus orang penting ke dua di Bank Dunia.

Hal itu pula yang membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) kesengsem pada sosok yang pernah dinobatkan sebagai menteri keuangan terbaik Asia pada 2006 oleh majalah Emerging Markets itu. Karena itu, sejak rencana reshuffle kabinet jilid I pada Agustus 2015 lalu, Jokowi dikabarkan sudah meminta kesediaan Sri Mulyani untuk kembali ke Indonesia, menjadi menteri keuangan. Sri Mulyani menolak. Tapi, Jokowi tak menyerah.

Pada 2015 hingga 2016, dinamika perekonomian di Indonesia terus bergerak. Sinyal recovery perlambatan ekonomi masih terasa lemah. Di sisi fiskal, target-target APBN banyak meleset akibat seretnya penerimaan pajak.

Karena itu, nama Sri Mulyani pun terus muncul dalam daftar teratas kandidat menteri keuangan pilihan Jokowi. Kabarnya, komunikasi dilakukan langsung oleh Jokowi maupun Luhut Panjaitan (saat itu Menkopolhukam) kepada Sri Mulyani. Tujuannya, meyakinkan Sri Mulyani bahwa saat kembali ke Indonesia, dia tak akan lagi dipojokkan untuk kasus Bank Century.

Rupanya, angin politik berpihak pada rencana Jokowi. Sudah menjadi rahasia umum, jika salah satu pihak yang dulu sering berseberangan dengan Sri Mulyani adalah Partai Golkar dan kekuatan Aburizal Bakrie. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, peta politik di internal Golkar berubah. Aburizal Bakrie terpental. Lantas, Setya Novanto yang kabarnya mendapat dukungan Istana, menjadi ketua umum.

Selain itu, partai-partai politik yang sebelumnya menjadi oposisi pemerintahan Jokowi-JK, seperti Golkar dan PAN, kini berbalik arah ikut gerbong pemerintah. Praktis, mayoritas kekuatan di DPR sudah dalam genggaman pemerintah. Hal itu menjadi senjata Jokowi untuk kembali membujuk Sri Mulyani agar mau kembali ke Indonesia.

Momen pekan lalu, saat presiden mengumpulkan petinggi kepolisian dan kejaksaan, kemudian menginstruksikan agar aparat penegak hukum tak boleh mempidanakan proses pengambilan kebijakan, tak hanya bertujuan menenangkan para pejabat di pusat dan daerah agar tak ragu menggenjot pembangunan. Tapi, diyakini juga menjadi sinyal kuat yang dikirimkan kepada Sri Mulyani bahwa kebijakannya saat mem-bailout Bank Century, tak akan diseret ke ranah pidana.

Hal itulah yang membuat Sri Mulyani akhirnya yakin kembali ke Indonesia dan bersedia masuk kabinet sebagai menteri keuangan. Setelah prosei pengumuman dan pelantikan di Istana, dia kembali ke rumah lamanya di Kementerian Keuangan, di kawasan Lapangan Banteng, menjalani serah terima jabatan.

Mantan menteri keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro tiba ke Kementerian Keuangan sekitar pukul 16.50 WIB untuk menjalani serah terima jabatan. Dengan menggunakan setelan jas dan dasi merah, Bambang tiba disambut dengan tepuk tangan riuh dari ratusan pegawai Kemenkeu. Sekitar lima menit kemudian, menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati menyusul tiba di tempat yang sama.

Mantan Managing Director and Chief Operating Officer World Bank tersebut tampil anggun menggunakan atasan biru gelap dan bawahan batik lengkap dengan selendang yang melingkar indah di pundaknya. ‘’Siap kerja ya,’’ ujarnya sambil melambaikan tangan kepada seluruh pegawai Kemenkeu dan awak media yang hadir menyambutnya.

Kedatangan dua petinggi tersebut dilanjutkan dengan upacara serah terima jabatan di Aula Djuanda komplek Kementerian Keuangan. Acara sertijab berlangsung pukul 17.09 WIB dan dihadiri beberapa jajaran pejabat diantaranya mantan menteri keuangan Chatib Basri, Wakil Ketua Badan Anggaran Said Abdullah, Ketua Komisi XI Ahmadi Noor Supit, dan lainnya. Usai menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bambang memulai pidatonya.

‘’Saya ingin mengucapkan selamat kepada ibu Sri Mulyani atas jabatan baru tapi lama, karena beliau pernah menjabau sebagai menteri keuangan untuk kabinet sebelumnya. Saya berharap dengan Kementerian Keuangan dipegang oleh ibu Sri Mulyani kondisi keuangan negara dan makro ekonomi lebih baik, denyut ekonomi lebih kencang dan APBN lebih baik,’’ ujar Bambang di awal pidatonya.

Pria yang dulu sempat menjabat sebagai wakil menteri keuangan tersebut mengungkapkan bahwa bukan perkara mudah duduk menjabat di kursi menteri keuangan di masa jabatannya. Sebab, dinamika global yang tengah bergejolak cukup menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Namun, dia berharap dengan kehadiran Sri Mulyani yang kini menduduki posisi menkeu dapat menjadi angin segar karena pengalaman ibu tiga orang anak tersebut yang telah malang melintang di kancah ekonomi baik domestik maupun internasional.

Pidato berlanjut dengan ucapan terima kasih dari Bambang kepada seluruh jajaran di kemenkeu. Dengan suara bergetar menahan haru, Bambang memberikan apresiasinya kepada rekan-rekan yang telah membantunya selama ini.

‘’Saya yakin dengan adanya ibu Sri Mulyani yang juga pernah di Bappenas, kerjasama ini bisa lebih baik dan pak Dirjen Anggaran juga ini penting sekali untuk belanja prioritas dan segenap jajaran semoga tax amnesty bisa sukses,’’ ujarnya menutup pidato diiringi tepuk tangan riuh dan panjang dari para hadirin.

Acara dilanjutkan dengan sambutan yang diberikan oleh Sri Mulyani. Ani, begitu dia akrab disapa, mengungkapkan bahwa kembali menduduki posisi menteri keuangan merupakan sebuah kehormatan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo padanya.

‘’Saya tahu ini adala suatu kepercayaan yang sangat tinggi, dan saya dengan rendah hati ingin membaktikan kemampuan saya dengan pengalaman saya maupun profesionalisme saya bagi tugas yang sangat pening ini,’’ ujar perempuan 53 tahun tersebut.

Ani juga menjelaskan alasannya ‘’pulang’’ ke kemenkeu. Baginya, mengemban tugas menjadi menteri keungan merupakan sebuah amanat dan penghormatan pribadi. ‘’Kenapa saya kembali ini adalah kepercayaan sekaligus penghormatan bagi saya pribadi. Menjalankan tugas membaktikan semua yang saya miliki demi perbaikan di Kemenkeu dari sisi fiskal tujuannya untuk menunjang pertumbuhan ekonomi,’’ jelasnya.

Perempuan yang telah enam tahun menjabat sebagai Managing Director and Chief Operating Officer di Bank Dunia tersebut mengungkapkan beberapa prioritas utama yang akan dilakukannya. ‘’Prioritas, saya rasa yang paling penting sekarang adalah koordinasi di dalam keseluruhan APBN dari sisi perencanaan penganggaran dengan 10 kementerian/lembaga untuk meyakinkan APBN jadi instrumen untuk stimulasi ekonomi sekaligus memperbaiki pondasi perekonomian Indonesia juga akan dilakukan detail, baik dari sisi pembiayaan dan belanja,’’ ujarnya. Kerjasama dengan Bappenas dan diskusi dengan DPR dan dengan kementerian/lembaga juga disebutnya menjadi prioritas.

Sebelum acara serah terah terima jabatan berakhir, Ani dan Bambang juga menyempatkan sesi jabat tangan kepada para hadirin yang ada. Meski sempat menahan haru saat melakukan pidato, tangis Bambang akhirnya pecah  saat sesi jabat tangan dengan pegawai Kemenkeu. Bambang yang kemarin dielu-elukan kehadirannya tersebut juga menyempatkan waktu sejenak untuk beramah-tamah dan berfoto bersama para pegawai Kemenkeu dan awak media yang hadir. (owi/dee)