RAGIL, CTO BERUSIA 19 TAHUN

Oleh: Joko Intarto

eQuator.co.id – Sore yang indah. Jalanan Ibukota belum terlalu macet. Sebagian penghuninya masih terjebak arus mudik. Di sepanjang tol Trans Jawa. Atau di Tol Trans Sumatera. Menunggu ferry.

Sebagian mungkin sudah tiba di rumah. Tapi kecapekan. Setelah mengemudi puluhan jam. Dari acara Lebaran di kampung halaman. Mereka pilih mbolos. Terutama: yang kerja di sektor swasta.

Sekitar pukul lima sore tadi saya baru tiba di Tower H, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Terlambat jauh dari rencana. Karena masih ada meeting sebelumnya. Dengan Pak Guntur Subagja. Pengusaha property dan agrobisnis sekaligus mentor Sekolah Wira.

‘’Saya sudah mau pulang nih,’’ kata Pak Awang saat saya menunggu lift menuju lantai 12A: kantornya.

‘’Tunggu ya. Saya sudah sampai. Masih menunggu lift,’’ jawab saya buru-buru. Sekaligus mengobati rasa kesalnya: kelamaan menunggu.

Keluar dari lift, Pak Awang sudah menunggu di depan pintu kantornya yang keren itu. Sambil memegangi perutnya. Rupanya ia sedang kurang enak body. Perutnya kram. Karena telat makan. Dan kebanyakan ngopi.

Warung makan memang masih banyak yang tutup. Termasuk kantin di gedung itu. Cuma ada Indomaret yang jualan roti. Dan dua coffee shop. Yang juga tidak menjual nasi.

Agar tak buang-buang waktu, Pak Awang segera mengajak saya masuk ke meeting room. Saya tidak hendak presentasi. Lebih ingin mendengarkan apa bisnis perusahaan itu. Kok isinya anak-anak remaja: separo usia saya.

‘’Perusahaan kami membuat banyak sistem solusi,’’ kata Pak Awang.

Ada dua yang dipamerkannya. Traveles: market place untuk paket wisata. Dan satu lagi saya lupa. Namanya agak kearab-araban. Sistem solusi untuk pembayaran zakat. Dua-duanya sedang mendekati fase final. Akan segera launching. Bulan ini juga.

Ragil, remaja itu, yang mempresentasikannya. Saya suka penampilannya. Gayanya. Dan cara menjelaskannya. Seperti bukan remaja lagi. Padahal usianya baru 19 tahun. ‘’Ia CTO di perusahaan ini,’’ kata Pak Awang.

Hah? CTO? Seusia itu? Keren bener… CTO adalah jabatan yang cukup tinggi. Sekelah wakil direktur pada perusahaan konvensional. CTO singkatan dari chief technology officer.

Sebagai pejabat setingkat wakil direktur, CTO bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan teknologi dan informasi yang ada di dalam perusahaan itu.

Saya membayangkan diri sendiri. Saat berusia 19 tahun. Seusia Ragil, saya baru belajar mengoperasikan computer menggunakan DOS. Itu pun karena mendapat beasiswa. Dari lembaga pendidikan teknik computer IPIEMS. Di Semarang. Kampusnya sekarang di samping Blue Lotus Coffee House. Langganan saya setiap ke Semarang. Di perempatan Bangkong.

Hari ini, pada usia 19 tahun, Ragil sudah menjadi CTO. Di perusahaan bonafide lagi.

Perusahaan tempat Pak Awang bekerja, ternyata masih ada hubungannya dengan Astra Internasional. Entah cucunya. Atau cicitnya.

Kantornya ada di tiga negara. Selain di Indonesia juga ada di Malaysia dan Australia. Namanya, maaf, saya lupa. Tepatnya: lupa nanya.

Pembukaan kantor di tiga negara tentu ada alasannya. Agar lebih dekat dengan customer. Harap maklum, perusahaan IT developer sebenarnya adalah perusahaan jasa. Kecepatan pelayanan menjadi penting. Komunikasi yang intensif dengan pelanggan juga penting.

Order pekerjaannya begitu banyak, kata Pak Awang, yang dibenarkan Pak Tris, bossnya. Tapi merekrut tenaga professional di bidang IT developer tidak mudah. ‘’Dalam waktu mendesak ini saja, kami butuh 32 orang. Orangnya tak kunjung didapat,’’ kata Pak Tris.

‘’Apa sulitnya?’’ tanya saya. ‘’Begitu banyak lulusan programmer,’’ lanjut saya.

‘’Kalau hanya bicara kemampuan, jumlahnya segudang. Kalau bicara kemauan, nanti dulu. Skill memang penting. Tapi attitude jauh lebih penting,’’ jawab Pak Tris.

Untuk itu, Pak Tris ingin membuat program pelatihan online. Melalui webinar. Untuk menjaring programmer berpotensi tinggi dengan attitude yang bisa diandalkan.

Lulusan terbaiknya, tentu saja, akan direkrut. Diberi peluang berkarir sebagai professional di lingkungan grup Astra Internasional. Entah di Indonesia. Di Malaysia. Atau Australia.

Duh. Seandainya saya masih berusia 17 tahun. Mau saya!

Anda mau? Gabung di webinar Sekolah Wira yuk. Siapa tahu, dua tahun lagi Anda bertemu saya di Malaysia atau Australia. Syaratnya mau dipimpin boss yang masih remaja. (jto)