Jauh sebelum Quick Management Pontianak berdiri 2012, Muhammad Rizal Edwin, yang kini menjabat selaku Direktur CV Quick Management Pontianak ini sudah mulai menggeluti beberapa usaha, yang dimulai sejak dirinya kuliah di Yogyakarta.
Rizal yang ketika itu sudah menikah dituntut untuk memiliki penghasilan dan kerja. Mulai dari berjualan buku agama dan menjual kaset ruqyah saat praktik ruqyah sedang tren. Rizal juga bekerja sambilan sebagai marketing di sekolah pramugari. Dengan tugas mencari siswa dan mendapatkan bayaran Rp200.000 per siswa kala itu.
Setelah menamatkan S1, Rizal kembali ke Pontianak. Namun tak lama kemudian, dia dipanggil kembali ke Yogyakarta untuk bekerja di sebuah perusahaan kepunyaan anak dari Paku Alam IX, Wakil Gubernur Yogyakarta sebagai marketing. Dia direkrut karena dinilai memiliki pengalaman bekerja sebagai marketing pada saat kuliah semester 2.
Selang beberapa lama, Rizal diminta pulang ke Pontianak dan membantu perusahaan keluarga yang hampir kolaps. Meski akhirnya kolaps. Kondisi ini membuat Rizal harus memutar otak dan dari situlah muncul ide awalnya mendirikan WIM Indonesia dan RE Corp yang kini menjelma menjadi Quick Management.
Hingga tahun-tahun berjalan, pria yang aktif dalam berbagai temu bisnis dan keorganisasian pengusaha muda ini mulai mengembangkan berbagai usaha lainnya. Saat ini disamping menjabat sebagai Direktur CV Era Sukses Muda, dia juga selaku Komisaris PT Almumtazah Jasa Pratama.
Di sela-sela kesibukannya, Rizal kerap meluangkan waktunya sebagai trainer dan motivator bisnis serta penulis buku. Pria kelahiran 27 September 1983 ini juga dosen di Perguruan Tinggi APJ Panca Bhakti dan IAIN Pontianak.
Lebih lanjut, bagaimana kisah perjalanan pria yang juga menjabat Ketua HIPMI Kalbar Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan dan Telekomunikasi serta Bendahara Umum di Asosiasi Manajemen (AMA) Pontianak ini. Berikut wawancara selengkapnya bersama Rakyat Kalbar;
+Mungkin bisa Anda jelaskan lebih lanjut tentang Quick Management?
-Sebenarnya ada beberapa usaha yang saya buat, dari WIM Indonesia yaitu komunitas pelatihan dan seminar, lalu perusahaan lainnya yang saya dirikan ada RE Corporation Divisi Photography dan EO. Namun saya lebur dalam Quick Management.
+Seperti apa proses awalnya?
-Perusahaan yang saya dirikan dari tahun 2012 ini berawal dari kumpul-kumpulnya beberapa mahasiswa yang ingin membuat event, lalu curhat ke saya. Padahal saya saat itu sedang demam. Dan akhirnya saya sampaikan dari pada buat event saja, mending buat usaha dan perusahaan, akhirnya sepakat kami membuat nama Quick Management. Kenapa Quick, karena saat itu saya keceplos bilang harus berpikir cepat, quick.
Awal mula perusahaan hanya bermodalkan Rp10 juta saja, karena saat itu perusahaan didirikan oleh mahasiswa dan saya. Saya ambil langkah asset usaha sebelumnya, saya mergerkan ke Quick Management. Jadi sejarah Quick Management sebenarnya merger perusahaan RE Corp dan Quick Management.
Dengan hanya bermodalkan sebuah komputer PC, printer dan ruang tamu yang saya jadikan tempat usaha, Quick menjelma menjadi sebuah EO yang diam-diam memiliki posisi sendiri meski belum setenar EO besar lainnya.
+Secara umum apa motivasi Anda terjun ke dunia usaha?
-Saya sangat menyukai dunia marketing, lapangan dan berbicara seperti seminar. Awalnya RE CORP bersama WIM Indonesia merupakan perpaduan, di Quick Management inilah semua saya padukan, membuat seminar-seminar kecil dan penulisan baik di online maupun di koran lokal, bahkan beberapa koran nasional.
+Apa yang membuat Quick Management bisa bersaing dengan EO-EO yang ada?
-Quick Management memiliki ciri tersendiri, saya menekankan dalam diri saya, crew dalam setiap pelaksanaan kita harus beda. Kita harus maksimal, kita harus menjadi solusi dan gairah baru.
Kami turut bangga dalam setiap event kami bisa memberikan hasil yang maksimal dan optimal. Karena goal kami adalah kepuasan. Seperti Bujang Dare Pontianak 2012 dan 2013 yang kami gelar. Sebuah kebanggan bagi kami, khususnya saya sendiri sebagai alumni Bujang Pontianak 2009 melihat Budare kembali menggeliat.
+Apa job pertama yang Anda kerjakan?
-Satu yang menarik, event perdana kami adalah rencananya melaksanakan lomba photography di kampus, sesuai dengan ide pendiri yang mahasiswa tadi, ternyata eventnya tak jadi dilaksanakan. Berbekal jaringan dan lobi, saya berhasil menggaet BNI Pontianak sebagai event perdana kita dan ternyata pimpinannya waktu itu minta event lomba photography, seperti gayung bersambut. Event perdana menjadi trigger, semangat bagi kami pada awalnya.
+Sudah berapa banyak event-event yang ditangani oleh Quick Management?
-Berbicara tentang job, kami kebanyakan membuat event sendiri yang kami rancang sendiri. Seperti Kids Day (lomba mewarnai, karaoke dan foto busana daerah serta pameran lukisan), lalu kami punya event regular lainnya, ada beberapa event yang diminta oleh perusahaan atau klien. Seperti konser Opick pada malam tahun baru dan beberapa event nobar artis dan meet and greet.
+Bagaimana Anda melihat prospek atau peluang ekonomi dari usaha yang Anda jalankan?
-Prospek dan peluang bisnis EO cukup baik selama kita komit dan konsisten. Kami menekankan kreativitas serta dapat masuk dalam keinginan klien untuk diterjemahkan dalam sebuah event.
+Apakah Anda pernah gagal?
-Sudut pandang keberhasilan memang pasti beragam. Namun kita harus optimis tentunya dalam memandang apa yang kita gelar. Kegagalan pasti ada, namun kegagalan itu adalah tiket kita untuk belajar dan menjadikannya pengalaman, lebih sigap dan menjadi dasar pijakan kita untuk lebih sukses kembali.
+Apa yang Anda lakukan ketika gagal?
-Bicara kegagalan, saya belajar banyak di bisnis ini bahwa jangan pernah untuk menjual apa yang kita inginkan, tapi juallah apa yang orang butuhkan. EO adalah seperti itu, selain mengemas event secara menarik, pertanyaannya apa yang orang butuhkan sehingga orang lain mau hadir dan membeli event kita.
Dalam dunia EO, kita belajar tidak cukup dengan satu planning, harus ada planning A, planning B, planning C. Intinya fleksible selama tujuan yang kita raih harus sama. Rugi-rugi dikit okelah. Apalagi jika memang event kita adalah event yang dapat mengangkat nama. Karena itu persiapan matang harus dilakukan sebelum eksekusi.
+Sejauh ini seperti apa hambatan yang Anda rasakan?
-Bisnis yang saya jalani terus terang hambatannya adalah di permodalan. Kadang kita dapat event atau kerjaan kan harus nombok dulu alias nalangin dulu. Pertanyaanya kalo event-nya banyak bagaimana? Dan mirisnya bisnis EO ini tidak menjadi idolanya bank untuk memberikan pinjaman atau bantuan modal. Padahal event ini seringkali lebih jelas daripada bisnis lainnya, jelas nilai transaksinya dan tidak lama pengembaliannya. Itulah yang membuat saya sedih.
+Dengan kondisi demikian, solusi seperti apa yang Anda ambil?
-Nah, solusinya adalah dengan bersinergi, membuka kesempatan orang-orang yang mau bekerjasama, menanamkan sahamnya, memiliki visi dan misi yang sama.
Reporter: Fikri Akbar
Redaktur: Andry Soe