Tolak Anggapan Reformasi Gagal
eQuator.co.id – Sintang-RK. Jam di tangan Jarot Winarno menunjukkan jam 9, Ahad (6/3). Sepagi itu, Bupati Sintang ini sudah mendapat tamu, tokoh nasional Amien Rais. Merelakan waktu istirahatnya, Jarot menyempatkan diri berdiskusi kemudian mengantar Amien ke Bandara Susilo untuk mengejar jadwal penerbangan menuju Pontianak pada jam 11 pagi.
Amien ke Sintang hanya mampir, usai mengisi acara dialog kebangsaan di Melawi. Ia pun memuji Jarot. Namun, bukan karena dapat tumpangan gratis ke Bandara. “Kesederhanaan amat dibutuhkan dari sosok pemimpin sekarang,” ujar Amien merujuk kepada sosok Jarot, di Ruang VIP Bandara Susilo Sintang.
Dari Pendopo Bupati Sintang, Amien memang menjajal Toyota Avanza berplat merah KB 1 E yang membawanya menuju Bandara. Kata dia, pemakaian mobil kelas ‘rakyat’ sebagai mobil dinas menjadi daya tarik Jarot.
Tapi, menurut Amien, itu bukan pencitraan, tumbuh secara alamiah, karakter asli. Latar belakang Jarot menjadi acuan statementnya itu. “Dia (Jarot,red) lama mengabdikan diri sebagai dokter di daerah pedalaman Sintang sebelum kemudian karirnya naik,” tutur Amien.
Sebagai bupati, sambung dia, Jarot memang bisa saja menggunakan mobil mewah sebagai kendaraan dinas. “Jangankan (Toyota) Camry. Mercy (Mercedes Benz) saja bisa,” tukasnya.
Menilik kesederhanaan yang dia amati, Amien mengajak semua pihak tetap optimis terhadap reformasi yang penah digulirkannya (beserta kawan-kawan) pada tahun 1998. Amien menolak anggapan reformasi gagal. Pasalnya, ia menilai reformasi merupakan embrio pemimpin di daerah yang mempunyai visi untuk maju.
Tak hanya permintaan untuk tampil bersahaja, Amien juga berharap kepala daerah mampu berinovasi dalam membangun. Pasalnya, daerah seperti Sintang kaya komoditas hanya saja mesti mencari terobosan agar dapat diolah sebelum dijual. Hal tersebut seiring harga komoditas seperti karet dan sawit yang sedang anjlok.
“Luas Sintang sama dengan tiga kali luas DKI Jakarta. Sebenarnya, bagi saya, itu potensi,” jelas dia.
Meski yakin reformasi tidak gagal, Amien tidak menutup ketimpangan pembangunan daerah dengan pusat (Jawa). Lantaran pemerintah pusat sendiri masih setengah hati membuat pemerintah daerah mandiri. “Dana di pusat masih banyak mengendap, tidak dikucurkan secara penuh ke daerah. Akibatnya, pembangunan infrastruktur masih banyak terbengkalai,” pungkasnya.
Terpisah, Bupati Jarot Winarno menjelaskan latar belakang memilih Avanza sebagai kendaraan dinas. Bukan untuk sok-sokan, kata dia. Mobil tersebut dipilih karena ia tidak ingin jauh dari masyarakat. Kemudian, menyadari perekonomian masyarakat yang tengah sulit. Jadi, pejabat tidak pantas jika berfasilitas mewah.
“Saya tidak terlalu suka formalitas. Kami memilih mobil yang efisien, mempermudah kami menyapa masyarakat di pasar dan santai bersama masyarakat di warung kopi. Supaya tidak ada jarak dan perbedaan dengan masyarakat,” tutur Jarot.
Imbuh dia, “Selain itu, kami yakin mobil sekelas Avanza bisa tembus paling tidak ke Nanga Kemangai, Kecamatan Ambalau”.
Bupati memilih mobil sederhana, bahkan bisa jadi kalah kelas dari mobil dinas jajaran SKPD (Mitsubishi Outlander seharga Rp300 jutaan yang digunakan Kepala Dinas PU dan Kesehatan). Karena itu, ia menginginkan di masa pemerintahannya segenap SKPD mampu bekerja keras.
“Jika sampai Juni 2016 tidak mampu serap anggaran secara maksimal, maka anggaran mereka akan kita penalti. Saya juga memastikan untuk menjaga kontinuitas pembangunan, menghormati pendahulu saya seperti Saleh Ali, Elyakim Simon Djalil, dan Milton Crosby. Kita akan lanjutkan programnya,” ungkap Jarot.
Terkait infrastruktur, ia ingin hal itu serius dibenahi. Akses ke wilayah perhuluan mesti diperhatikan. Dinas Pekerjaan Umum pun telah diminta menempatkan satu set alat berat di Nanga Kemangai.
“Kita tidak boleh menganaktirikan Ambalau dan Serawai. Kita akan dorong pembangunan dari hulu bergerak ke hilir. Kami juga akan mempercepat realisasi pemekaran kecamatan supaya pembentukan Kabupaten Ketungau dan Kasera bisa terbentuk saat saya memimpin Sintang,” tegasnya.
Ia menyatakan, segera campur tangan mendorong Listrik Masuk Desa. Caranya, membantu desa dan dusun yang dekat dengan jaringan listrik tetapi belum dialiri listrik.
“Saya sudah ketemu dengan investor yang akan membantu membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Nokan Nayan Kecamatan Ambalau. Mudah-mudahan bisa diwujudkan,” beber dia.
Jarot juga menyatakan bakal mendorong industri hilir (hilirisasi) guna mendongkrak kesejahteraan masyarakat sebagai solusi mendesak atas murahnya harga karet dan sawit. “Kita segera melakukan komunikasi dengan pabrik ban dan pabrik minyak goreng. Efeknya juga bagi penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan harga karet dan sawit,” demikian Jarot Winarno.
KRISIS PERADABAN
Sehari sebelumnya (5/3), dalam acara Musyawarah Daerah (Musda) Muhammadiyah ke III di Pendopo Bupati Melawi, Amien Rais memberikan ceramah umum kepada ribuan muslim yang hadir. Ia menyoroti moral dan kebangsaan yang mulai luntur karena modernisasi. Salah satu yang disinggungnya adalah perilaku menyimpang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
“Ada semacam krisis peradaban. Sekarang muncul style yang jelas-jelas salah bahkan amoral, tapi malah dijadikan model, didukung, dilegalisasikan,” keluhnya, Sabtu (5/3).
Amien mengungkap, dewasa ini sudah 14 negara yang melegalkan hubungan sesama jenis. Tentu, hal itu menyimpang dari ajaran Islam, menyimpang dari ajaran yang dituntun Alquran.
“Bahkan di dunia binatang atau hewan tidak ada itu hewan jantan mengawini hewan jantan. Jadi, kita manusia lebih gawat,” tegas dia.
Parahnya, lanjut Amien, penyimpangan hubungan sesama jenis ini malah dibela oleh kaum intelektual. “Makanya, ketika jaman Nabi Luth, Beliau mengatakan saat terjadi hubungan sesama laki-laki tidak ada umat sebejat itu sebelumnya,” paparnya.
Dikatakan dia, dunia saat ini semakin cerdas. Semakin banyak orang menguasai ilmu dan teknologi. Tapi sebagian malah semakin jahil dan bodoh, tidak paham tuntunan Alquran.
“Jaman Nabi dikatakan jaman jahiliyah, bukan karena tidak bisa berhitung, bukan tidak bisa mengetahui arah mata angin, peredaran bintang. Tapi jahiliyah, bodoh karena tidak bisa memahami kebenaran sesuai petunjuk wahyu Nabi,” ungkap Amien.
Ia mencontohkan pada jaman Firaun. Menurutnya, mana mungkin tidak ada insinyur yang bisa membuat piramid sedemikian tinggi tanpa semen tanpa teknologi apapun yang sampai sekarang masih utuh.
“Tapi kenapa masuk golongan jahiliyah? Karena Firaun menolak kebenaran yang datang dari Allah, kebenaran Ilahiyah,” paparnya.
Lebih dari satu jam mantan Ketua MPR RI itu menyampaikan tausiah yang juga menyoroti persoalan bangsa. “Bicara kebangsaan yang mencolok yakni hakikat bangsa yang telah merdeka 70 tahun tapi keadilan sosial, ekonomi, pendidikan, seperti masih jauh panggang dari api,” tandas Amien.
Laporan: Achmad Munandar dan Dedy Irawan
Editor: Mohamad iQbaL