eQuator.co.id–Pontianak-RK. Bicara soal bisnis lokal sekarang ini tak bisa menepikan hadirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang sebenarnya bisa menjadi peluang sekaligus ancaman untuk para pelaku ekonomi, terutama UMKM serta koperasi di Kota Pontianak. Salah satu syarat agar MEA menjadi peluang adalah kemampuan bersaing di pasar global.
Hal tersebut disampaikan Anton Junaidi dari Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kalbar yang hadir dalam diskusi Titik Temu: Setiap Masalah Ada Solusi, Rabu (14/9) malam, di aula rumah dinas Wali Kota Pontianak, Jalan Abdurrahman Saleh (BLKI) nomor 58.
“Yang kerap kali menjadi kelemahan para pengusaha di Kota Pontianak adalah kontinyuiti (keberlangsungan) produk (usaha) belum. Ada yang produk hari ini rasanya manis, besoknya rasanya berubah. Bahkan tidak sedikit UMKM yang kita dampingi itu ganti usaha tiap enam bulan,” beber Anton.
Padahal, kata dia, secara kualitas para pengusaha khususnya UMKM di Pontianak sangat kreatif. Solusinya, menurut Anton, UMKM dijadikan sentra bisnis. Agar masalah kualitas, kuantitas, dan sustainability (keberlangsungan) produk bisa diminimalisir.
“Dan ya, kalau sudah berkumpul, hendaknya membentuk koperasi, karena lebih enak kalau membentuk koperasi, kan lebih ramai yang ngeroyoknya. Dan akhirnya kalau udah bentuk koperasi, akses permodalan dan Perbankan jadi lebih mudah. Saya yakin seperti itu,” jelasnya.
Selaras disampaikan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Desperindagkop-UKM), Haryadi S. Triwibowo. Ia berharap koperasi dan UMKM dapat bersaing di ranah yang lebih luas.
Menurut dia, anggaran di dinasnya 90% pro pada UMKM dan menargetkan dalam satu tahun akan banyak usaha mikro dan kecil yang meningkat menjadi usaha menengah. Caranya, lanjut Haryadi, bentuk tim usaha rakyat yang bertujuan menjual produk hasil usahanya ke luar negeri.
“Nah, dengan ini kita akan mendorong industri-industri rumah tangga atau industri-industri unggulan Pontianak yang berorientasi ekspor. Karena dengan berorientasi ekspor, kita bisa mendapat devisa melalui produk-produk kita. Perlu saya jelaskan, produk Kota Pontianak sudah di level diversivikasi, standardisasi produk sampai ke hilirisasi produk,” paparnya.
Wali Kota Sutarmidji mengamini. Ia menilai banyak produk-produk lokal yang sanggup bersaing. Salah satu contohnya produk cinderamata. Perusahaan plat merah maupun pemerintah seharusnya bisa memesan dari pelaku UMKM.
“Itu pengrajin kaca (untuk cinderamata) Pontianak pernah saye tanya, yang pesan produk mereka itu dari Australia, Amerika, Belanda. Masa’ kite mau beli lagi dari luar negeri,” tuturnya.
Pria dengan sapaan karib Bang Midji ini menjanjikan tidak akan berhenti mendorong tumbuh kembang UMKM dan Koperasi. “Saye siapkan gedungnye. Tahun depan jadi Graha UMKM. Nanti mau diskusi, pelatihan, mau ape silakan di situ,” beber dia.
Kelak, Graha UMKM yang direncanakannya tersebut juga akan menyediakan outlet untuk menampilkan produk UMKM sendiri. Karena itulah, ia sangat menginginkan UMKM di Pontianak mampu menghasilkan produk yang bisa bersaing di pasar lebih luas.
Dia menegaskan kembali, mindset seorang pengusaha yang tidak kenal menyerah harus dimiliki oleh pelaku UMKM Pontianak jika ingin bersaing dengan usaha yang lebih besar. “Saye tu paling nggak suke kite bersaing dengan orang, tapi kite ngeluh dulu. Harosnye kite liat ape sih yang dibuatnye ni sampai bise bagus kayak gini. Saya harus bisa, pasti bisa,” tukas Bang Midji menyemangati.
Laporan: Iman Santosa
Editor: Mohamad iQbaL