eQuator – Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar memprioritaskan program seribu Hari Pertama Kehidupan 2016. Hal itu penting, karena tidak hanya berkaitan dengan gizi buruk dan kurang gizi, melainkan juga kualitas hidup manusia di masa mendatang.
Kabid Kesga, Gizi dan PSM, Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harry Agung Tjahyadi mengatakan, program seribu hari pertama kehidupan dimulai ketika ibu dinyatakan hamil, kemudian melahirkan dan balita hingga usia dua tahun.
Harry menjelaskan, penurunan angka kematian ibu dan bayi serta masalah gizi menjadi prioritas Pemerintah RI, khususnya di Provinsi Kalbar.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar tak hanya mengurangi gizi buruk dan kurang gizi, melainkan juga semua rangkaian yang berkaitan dengan hidup manusia.
“Jadi gizi ini tak hanya berkaitan dengan berat badan saja, tetapi tinggi tubuh yang pendek atau stunting,” ucap Harry, Sabtu (28/11).
Ia menjelaskan, saat ini tidak hanya berat badan anak yang menjadi perhatian, tetapi juga tinggi badan. Saat ini gizi masih menjadi persoalan di Indonesia.
“Angka prevalensi gizi buruk di Kalbar masih di bawah angka nasional. Ketahanan tubuh anak dan kecerdasan anak juga menjadi prioritas,” timpalnya.
Harry menambahkan, pihaknya tak hanya memperkuat pelayanan kesehatan, melainkan juga pemberdayaan masyarakat. Posyandu dan peran serta masyarakat dalam memelihara kesehatan ibu dan anak terus diperkuat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Andy Jap mengatakan, gizi menjadi prioritas karena menentukan kualitas hidup bangsa di masa mendatang.
“Gizi ini juga berkaitan dengan kemampuan otak. Tentunya semua tidak mau generasi tetap hidup, tetapi kualitas otak tak ditingkatkan,” paparnya.
Andy mengungkapkan, hasil riset kesehatan dasar menunjukkan prevalensi kesehatan gizi buruk di Kalbar terbilang cukup tinggi yakni mencapai lima persen. Angka tersebut berada di atas nasional yang sebesar dua sampai tiga persen. (fie)