-ads-
Home Politik Populer Saja Tidak Cukup

Populer Saja Tidak Cukup

Gibran Masih Perlu Tingkatkan Jam Terbang Politiknya

eQuator.co.id – SOLO –RK. Hasil survei calon wali kota (cawali) Surakarta boleh menempatkan Gibran Rakabuming Raka di urutan kedua secara elektabilitas. Tapi, sejumlah partai memperkirakan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu tak maju dalam palagan politik tersebut.

Sekretaris DPC PDIP Surakarta Teguh menilai, Gibran belum memiliki jam terbang politik. Masih perlu diasah meski memang pemilihan wali kota Surakarta baru dihelat tahun depan.

’’Kalau bicara populer, ya anak-anak muda yang muncul di media sosial itu jauh lebih populer. Saya kira itu saja tidak cukup,’’ kata Teguh yang masuk salah satu kandidat cawali dari internal partai itu kepada Jawa Pos Radar Solo.

-ads-

Politikus senior Partai Golkar Solo Taufiqurrahman juga meyakini sosok Gibran hanya muncul dalam survei. ’’Saya yakin Gibran nggak mungkin maju. Tapi, kalau maju, pasti akan mendekati PDIP,’’ ucapnya.

Gibran, anak pertama Jokowi, bersama sang adik, Kaesang Pangarep, muncul dalam survei calon wali kota Surakarta periode 2020–2025 yang diadakan Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Gibran memiliki elektabilitas 13 persen dari 766 responden.

Angka tersebut menduduki posisi kedua setelah Achmad Purnomo, wakil wali kota Surakarta, yang tingkat keterpilihannya 38 persen. Disusul Ketua DPRD Kota Surakarta Teguh Prakosa dengan elektabilitas 11 persen.

Sementara itu, Kaesang, putra bungsu Jokowi, memiliki elektabilitas 1 persen. Namun, dari sisi popularitas, Gibran mampu mengungguli Achmad Purnomo dengan angka 90 persen, disusul Kaesang dengan 89 persen.

Pada saat bersamaan, menantu Jokowi, Bobby Afif Nasution, juga masuk bursa pilwali Medan, Sumatera Utara. Tapi, suami Kahiyang Ayu itu tak secara tegas menyatakan menolak atau bersedia maju jika dicalonkan.

Ketika dikonfirmasi saat menemani sang ayah di Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu lalu (28/7), Gibran juga tidak secara gamblang menyatakan kesediaan untuk maju pilwali. ’’Wong KPU itu durung (belum) buka pendaftaran (calon wali kota Surakarta, Red). Nanti kabari saya saja kalau sudah buka pendaftaran,’’ kelakarnya.

Ketua DPC Partai Gerindra Solo Ardianto Kuswinarno menyebutkan, Gibran lebih fasih berbisnis ketimbang terjun ke ranah politik. ’’Siapa pun boleh mencalonkan, namun ya harus dikaji lagi. Bukan berarti kalau anak presiden pasti paham politik karena politik kan dinamis sekali,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Solo.

Gibran dan Kaesang memang lebih berkibar sebagai pengusaha kuliner. Pada 2010 Gibran merintis perusahaan katering bernama Chilli Pari. Meski waktu itu Jokowi menjabat wali kota Solo, Gibran tak mau memanfaatkan nama besar ayahnya. Dia memilih meminjam modal usaha dari bank.

Chilli Pari kini tidak melulu mengurusi katering, tapi juga wedding, foto pre wedding, pengadaan suvenir, dan cetak undangan. Pada 2015 Gibran melakukan ekspansi bisnis. Dia membuka usaha Martabak Kota Baru, disingkat Markobar. Dia juga dikabarkan mencoba usaha bisnis kedai kopi dan kuliner ceker ayam.

Sementara itu, Kaesang membuka usaha pisang nugget bernama Sang Pisang pada 2017. Hingga kini Sang Pisang telah memiliki puluhan cabang di berbagai daerah di Indonesia.

Kaesang yang aktif di medsos juga mengeluarkan bisnis clothing line bernama Sang Javas. Dia juga meluncurkan aplikasi jual beli makanan rumahan bernama Madhang.

Setali tiga uang dengan Gerindra, PKS menganggap kemunculan Gibran dalam percaturan Pilkada Solo 2020 memang memunculkan dinamika. Namun, nama yang dihasilkan dari survei tersebut dianggap tidak bisa dijadikan pegangan. ’’Yang mengadakan survei pasti punya misi. Meskipun mereka mempunyai dana sendiri,’’ kata Ketua Fraksi PKS DPRD Solo Sugeng Riyanto.

Sugeng menyatakan, partainya memilih menjalankan mekanisme internal terlebih dahulu dalam menghadapi pilwali tahun depan. ’’Seluruh kader dipersilakan mengeluarkan pendapat terkait sosok yang pantas dijagokan,’’ ujarnya.

Sebelum menduduki kursi kepresidenan, Jokowi merintis karir sebagai wali kota Solo dua periode. Kemudian diboyong partainya, PDIP, ke Jakarta untuk mengikuti pemilihan gubernur. Dan, menang. Dua tahun menjadi gubernur, pria yang dulu pebisnis mebel itu terpilih sebagai presiden pada Pemilu 2014. Kemenangan tersebut dia ulangi lima tahun berselang pada Pemilu 2019.

Lalu, bagaimana jika ternyata kelak Gibran serius ingin maju dalam pilwali? Ardianto mempersilakan. ’’Saya dengar PDIP akan mengusung wali kota dan wakilnya dari kader semua. Kalau mau lewat kami, Gerindra sangat terbuka. Tetapi, memang sampai saat ini kami masih berusaha mencari kandidat dari internal,’’ terangnya. (Jawa Pos/JPG)

Exit mobile version