eQuator.co.id – Belitang Hilir-RK. Dugaan pencemaran di aliran Sungai Ayak, Belitang Hilir, Sekadau, akibat limbah pabrik sawit di sana belum selesai investigasinya, kecemasan lain timbul. Ponton TKG Masa II, yang bermuatan lebih dari 500 ton pupuk, tenggelam di dekat kawasan itu kemarin. Alhasil, pemerintah kecamatan mewanti-wanti warganya untuk tidak mengkonsumsi air dari sungai setempat.
“Karena di sungai menuju hilir melewati beberapa daerah seperti Sungai Ayak 1, Pinyak, Tanjung, Sepantak, Engkedang, dan Sungai Ayak 2. Kita takut kadar air setelah pupuk itu tenggelam bisa berbahaya,” ujar Camat Belitang Hilir, Paulus Misi, dihubungi Rakyat Kalbar, Selasa (26/4).
Informasi yang dihimpun koran ini, Ponton TKG Masa II yang tengah mengangkut 10.411 karung pupuk karam sekitar pukul 04.00 WIB. Dari total 10.411 karung itu, hanya 20 yang bisa diselamatkan. Sementara, sisanya (10.391 karung) langsung tenggelam. Sebelum lenyap ditelan air, beberapa pekerja sudah berusaha untuk menepikan ponton itu. Tapi upaya itu tak berhasil.
“Sebelum sempat tambat, memang udah goyang pontonnya,” ucap Arifin, Kapten Kapal TB Prima Jaya-3 yang menarik ponton tersebut.
Satu karung pupuk yang dibawa seberat 50 Kg, sehingga totalnya lebih dari 520,55 ton. ABK (anak buah kapal) penarik berjumlah dua orang, yakni Bahari dan Markus. ABK ponton juga dua orang, yaitu Hasan dan Jap.
Menurut Arifin, pupuk akan dikirimkan ke perkebunan PT Sinar Mas di Desa Mantun, Kecamatan Semitau, Kapuas Hulu. Dibawa dari Pontianak berdasarkan Surat Pengantar Barang tertanggal 12 April 2016 oleh perusahaan angkutan Cahaya Abadi.
Arifin menyatakan telah berusaha keras menyelamatkan bawaannya, namun sia-sia. “Kita tidak bisa berbuat apa-apa,” tuturnya.
Pjs. Kapolsek Belitang Hilir, Ipda Agus Junaidi mengatakan membenarkan ponton berangkat dari Pontianak. “Awalnya ditarik dengan menggunakan kapal TB Bintang Timur,” ucapnya.
Karena tidak mampu menarik, di Kecamatan Meliau, Sanggau, pada Sabtu (23/4) sekitar pukul 17.00 WIB, Bintang Timur digantikan oleh TB Prima Jaya-3 yang saat itu sedang membawa tongkang kosong menuju Pontianak dari Kapuas Hulu. “Kemudian kapal TB Bintang Timur kembali ke Pontianak membawa ponton yang kosong. Sedangkan TB Prima Jaya-3 kembali ke Kapuas Hulu dengan muatan 10.411 karung pupuk,” beber Agus.
Pada hari Selasa (26/4) sekitar pukul 01.00 WIB, saat berada di Desa Sungai Ayak I, Belitang Hilir, ABK atas nama Jap memberitahu Nahkoda Arifin bahwa ponton bocor. Arifin pun meminggirkan ponton.
“Setelah ponton di pinggir sungai, Arifin merapatkan kapal ke ponton kemudian ABK kapal dan ABK ponton memindahkan pupuk. Karena ponton semakin miring, maka ABK kapal dan ABK ponton naik ke kapal demi keselamatan,” ucapnya.
Ia memastikan pihaknya melakukan penyelidikan intensif atas kasus ini. “Soal penyebab pastinya, masih kita dalami,” tutup Agus.
Atas kejadian ini Camat Belitang Hilir Paulus Misi mengaku sangat prihatin. Ia menyatakan sudah berkoordinasi via telpon dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sekadau mengenai hal ini. “Kedepan kita berharap pihak yang membawa barang memakai tongkang lebih melihat pengawasan dalam perawatan kapalnya,” pintanya.
Sementara, Kepala BLH Sekadau, Yoseph Yustinus enggan berkomentar banyak terkait karamnya kapal pembawa pupuk ini. “Informasi itu sudah masuk ke kita, dari foto tenggelam kapal itu juga ada,” ujarnya kepada sejumlah wartawan.
Saat ditanya lebih jauh, apakah air sungai setempat masih bisa dikonsumsi, Yoseph bersikukuh belum bisa memberikan jawaban dalam wawancara tersebut.
Sedangkan uji laboratorium terhadap indikasi pencemaran sejumlah anak sungai akibat limbah pabrik pengolahan kepala sawit di Sungai Ayak, Belitang Hilir, yang mencuat belum lama ini masih diselidiki. Kepastian tentang ada atau tidaknya pencemaran itu belum ada.
“Soalnya, hasil uji lab terhadap sampel yang kita ambil masih belum keluar,” ucap Yoseph. Ia berjanji akan menyampaikan hasilnya jika sudah selesai diuji.
Laporan: Abdu Syukri
Editor: Mohamad iQbaL