eQuator.co.id – Kreativitas anak muda kristiani kembali terlihat jelang perayaan Natal di Kalbar. Kalau tahun lalu di Pontianak ada pohon Natal berbahan kertas koran bekas, tahun ini dibuat dari CD yang tak terpakai lagi.
Ambrosius Junius, Pontianak
Kerangka besi membentuk pohon Natal menjulang setinggi delapan meter di halaman Gereja Stella Maris Siantan, Jalan Gusti M. Situt, Pontianak Utara. Besi yang dirakit mengadopsi pohon cemara dengan diameter bawah empat meter itu akan dipasang paranet (jaring) yang sudah ditempelkan kepingan compact disc (CD) bekas, Selasa (20/12) siang.
Saat itu, di teras gereja, empat pemuda sedang sibuk memasang kepingan CD di atas para net (jaring) yang dihamparkan. Salah seorang dari mereka, Yustinus Robi, merupakan penggagas membuat pohon natal yang memanfaatkan piringan yang sudah tidak terpakai itu.
Pembuatan pohon yang identik dengan perayaan Natal ini dibuat oleh tangan-tangan kreatif OMK (Orang Muda Katolik) Santo Aloysius Gonzaga. Disebut-sebut bahwa ini pohon Natal tertinggi yang pernah dibuat di Kalbar.
Saking rumitnya, dibutuhkan ketelitian super ketika memasang jaring dan hiasan di pohon tersebut. Sehingga, pembuatannya memakan waktu cukup lama. Aliran listrik diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi korsleting. Sebab, pohon ditaruh di halaman gereja atau alam terbuka.
“Ini juga pertama kali kami buat dari rangka besi, sebelumnya dari kayu setinggi enam meter,” papar Robi.
Disela kesibukannya membuat pohon Natal tersebut, ia menceritakan ide muncul saat melihat kepingan CD di rumah keluarganya yang telah rusak, tidak terurus. Saat rapat bersama persiapan Natal, gagasannya itu disampaikan. Dan disetujui.
“Konsep awal itu kepingan CD bekas ini kita tempelkan pada kain, lalu kita balutkan pada kerangka pohon Natal,” ungkap pemuda asal Ketapang ini.
Kepingan CD itu mereka tempelkan dengan cara diikat menggunakan senar pancing berwarna transparan. Bagian sebelah dalam CD menghadap keluar atau posisi telentang sehingga tampak berkilau saat terkena sinar matahari.
Robi yang sekaligus Ketua OMK Santo Aloysius Gonzaga menjelaskan, ada beberapa pertimbangan menggunakan jaring yang biasa dipakai untuk keramba ikan. Antara lain, ketika diterpa angin, tidak mudah roboh. Sedangkan kerangka sudah dirancang dan disiapkan sejak tiga minggu yang lalu. Pada besi-besi tersebut tedapat pengait yang dilas kemudian dirakit.
“Awalnya kita akan menggunakan kerangka terbuat dari kayu. Besi ini kita pilih karena tahun depan bisa dipakai lagi dan tahan lama,” ujarnya.
Begitu ribetnya menghias pohon Natal tersebut, ia menuturkan, sampai harus dikerjakan 10 orang. Meski, sebenarnya, jika dikerjakan seharian penuh mungkin cepat selesai.
“Rata-rata kami mahasiswa, mengerjakan ini setelah pulang kuliah. Sore baru kawan-kawan ke sini,” beber Robi.
Dan, menjelang sore, para OMK berdatangan. Pekerjaan pun dimulai di posisi masing-masing. Paranet yang telah disusun dengan CD bekas tadi dikaitkan pada kawat yang telah dipasang melingkar pada rangka.
Kerja sama dan kekompakan tim kunci utamanya. Dengan penuh kehati-hatian mereka “membalut” kerangka pohon tesebut dengan kepingan CD yang sudah ditempelkan pada paranet. Pemasangan mulai dari atas, bergantian menaiki tangga.
Karena rangka besi itu didirikan di atas tanah, sangat rentan tangga yang mereka gunakan itu tumbang. Maka salah satunya bertugas memegang atau menahan tangga tersebut.
Pemuda lainnya mempersiapkan instalasi listrik seperti menyambung kabel. Selain menambah nilai estetika, ketelitian saat memasang hiasan lampu juga tetap diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Di sinilah tingkat kesulitannya yang tinggi. Melilit jala dikerjakan dengan teliti. Tak jarang ketika sudah dipasang mau tak mau harus dilepaskan lagi karena kurang rapi. Mereka mencoba menghasilkan karya terbaik.
Meski begitu, candaan santun ciri khas anak muda terdengar sesekali. Di balik keseriusan mengerjakan pohon Natal ini, kadang ada beberapa dari mereka yang mengusili temannya. Ada juga yang membuat lawakan sehingga yang lainnya tertawa terpingkal-pingkal.
“Kalau ada cewek-cewek yang lihat pasti semangat nih,” ucap salah seorang pemuda.
“Iya, kalau ada yang datang kita suruh buat kopi,” seloroh yang lainnya.
Hingga menjelang malam, pengerjaan menghiasi kerangka itu hampir selesai. Namun terhenti karena hujan yang berlangsung cukup lama. Momen itu dimanfaatkan untuk beristirahat sambil diskusi. Ketika hujan reda, dekorasi kembali dilanjutkan, kabel-kabel lampu kecil yang sudah terpasang dicek ulang.
Jelang tengah malam, walaupun pengerjaannya belum seratus persen, lampu-lampu hias di pohon Natal itu dicoba untuk dinyalakan. Gurat lelah di raut wajah mereka berubah ketika semua bisa lampu menyala. Menambah semarak, sebuah bintang dibentuk dari besi dipasang pada puncak pohon tersebut.
“Mulai dari merakit sampai rangka didirikan, menyusun piringan CD bekas, kami lakukan bersama-sama. Jika ada yang bagiannya selesai, membantu perkerjaan lainnya,” ucap Robi.
Salah satu kendala yang mereka hadapi, terang pemuda 22 tahun ini, adalah mencari CD bekas. “Pohon kan tinggi dan besar tentu saja membutuhkan CD bekas yang cukup banyak. Kami kesulitan mencarinya, beruntung ada umat yang mengantarkan langsung kepada kami. Dukungan mereka sangat luar biasa,” ucapnya.
Pembuatan pohon terang itu untuk rangkanya menggunakan beberapa bahan seperti pipa besi 6 meter ukuran 3,5 inci, kemudian 6 meter pipa besi ukuran 4 inci, dan 144 meter besi beton. Sedangkan bahan dekorasinya berupa kawat 50 meter, paranet 50 meter, tali senar 2 roll (200 meter), CD bekas sekitar 3000 keping, lampu slang 80 meter, lampu kawat 100 meter, kabel 50 meter, lampu sorot 5 buah, slinger 40 meter, serta 16 buah terminal kabel.
“Kami memiliki impian tahun berikutnya merubah konsep yang lebih inovatif lagi, namun mudah saat mendekorasinya,” pungkas Robi. (*)