Pingsan Berantai, Melihat Mahluk Halus

Ketakutan, 30 KK Warga Dusun Otak Pantai Mengungsi

DIALOG. Daniel bersama Forkopincam Nanga Pinoh berdialog dengan masyarakat di rumah Kepala Dusun Otak Pantai Desa Tebing Kerangan, kemarin. Bain for RK
DIALOG. Daniel bersama Forkopincam Nanga Pinoh berdialog dengan masyarakat di rumah Kepala Dusun Otak Pantai Desa Tebing Kerangan, kemarin. Bain for RK

eQuator.co.idNanga Pinoh-RK. Sebanyak 36 Kepala Keluarga (KK) Dusun Otak Pantai Desa Tebing Kerangan Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi mengungsi ke sebuah camp perusahaan. Mereka dihantui rasa ketakutan menyangkut kejadian mistis.

Informasi ini menyebar cepat. Akhirnya disampaikan kepada Camat, Polsek dan Danramil Nanga Pinoh. Mendengar itu, Forkopincam turun ke Dusun Otak Pantai. Guna memantau dan mendengar lansung yang dialami masyarakat. Pertemuan dilaksanakan di rumah Kepala Dusun Otak Pantai.

Camat Nanga Pinoh, Daniel menceritakan, warga yang mengungsi sebanyak 108 jiwa. Mereka ketakutan lantaran terjadi beberapa peristiwa janggal. Berawal dari 9 bulan sebelumnya ada seorang warga meninggal dunia. Hasil pemeriksaan petugas medis tidak ditemukan penyakit.

“Nah, terkait dengan itu, terbentuklah dibenak masyarakat bahwa kematian tersebut janggal, dan timbulah keresahan warga,” ujarnya.

Kemudian beberapa waktu lalu, meninggal seorang nenek berusia 72 tahun. Sebelumnya, nenek tersebut sedang santai-santai menonton di rumahnya. Tiba-tiba pingsan, kejang-kejang, rahang terkunci, kaki tangan kaku dan mulutnya mengeluarkan buih. “Lansung meninggal,” sebutnya.

Berselang satu jam, suami sang nenek mengalami gejala yang sama. Pingsan, kejang-kejang, rahang terkunci, kaki tangan kaku dan mulut berbuih. Pihak keluarga berupaya memindahkan kakek tersebut ke rumah lain. Warga berkeyakinan jika dipindahkan ke rumah lain sang kakek bisa diselamatkan.

“Nah, setelah suasana pemakaman selesai, ada ibadah penghiburan, orang lain yang mengalami mengalami hal sama,” kisahnya.

Tak sampai di situ, beberapa waktu kemudian ada lagi mengalami gejala sama. Terjadian tersebut menimpa sekitar enam warga. “Total dua orang meninggal dan 6 orang mengalami, semuanya berjumlah 8 orang,” jelas Daniel.

Kejadian beruntun tersebut membuat warga ketakutan. Mereka menduga, ada sesuatu di kampungnya sehingga timbul kejadian-kejadian aneh. Terlebih, beberapa orang yang mengalami pingsan mengaku melihat sosok seperti mahluk halus. Mahluk tersebut tinggi besar, hitam, serta telinga besar dan panjang.

“Itu sebabnya 108 jiwa itu tidak berani tinggal di kampung dan memilih mengungsi,” ucapnya.

Namun pada saat dikunjungi, hanya 30 jiwa yang masih mengungsi. Pihak Forkompincam melakukan dialog dengan warga guna mengambil langkah antisipasi dan untuk mengetahui keinginan mereka.

“Di tengah cerita-cerita itu mereka sepakat, bahwa masih banyak yang tidak berani kembali dan mempertahankan dirinya atau bersikukuh masih akan tinggal di tempat pengungsian itu,” terangnya.

Warga masih mengupayakan mencari paranormal yang sudah pernah mengusir makhluk halus tersebut. Sementara pengusiran makhluk halus dilakukan paranormal, mereka menjamin menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Termasuk menghilangkan kecurigaan yang sangat berlebihan antara satu sama lain, menghindari sikap-sikap melawan hukum. Misalnya cara main hakim sendiri. “Saya perintahkan tidak ada gerakan yang bersifat personal pribadi,” imbaunya.

Segala sesuatu harus dirapatkan dan dikonsultasikan warga dengan Kepala Dusun. Dan, Kepala Dusun sebelum mengambil sikap harus dilaporkan dulu kepada Camat, Kapolsek dan Danramil. “Nah, itulah beberapa kesepakatan yang kita ambil,” jelasnya.

Daniel mengatakan, memang ada alternatif dan tawaran-tawaran dari pihak Forkompincam kepada warga. Misalnya meminta rohaniawan datang untuk berkomunikasi. Kemudian meminta warga melakukan ronda secara bersama-sama. “Memastikan, melihat seperti apa kejadian-kejadian yang sedang berlangsung,” ungkapnya.

Sebab kata dia, ini adalah pengalaman-pengalaman orang per orang yang tidak melihat secara keseluruhan. Tetapi akibat cerita berantai, pengalaman pribadi-pribadi itu membentuk opini yang sangat meresahkan. “Sehingga membuat warga menjadi tidak berani ada di tempat itu,” tukasnya.

Warga mengunsi malam hari. Sementara siang beraktivitas seperti biasa, bekerja serta mengambil perbekalan manakala persediaan di tempat pengungsian sudah habis. “Dalam waktu yang tidak lama lagi kami pun akan berkunjung ke sana lagi, melihat perkembangan. Kita sudah sampaikan atau berkomunikasi dengan pak Bupati dan Wakil Bupati,” terang Daniel.

Sementara itu, Kapolsek Nanga Pinoh, Iptu M. Sembiring mengatakan, pihaknya hanya berharap warga bisa kembali ke Dusun Otak Pantai. Meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan ronda dan memperketat pengawasan dengan Poskamling. “Kita berharap masyarakat bisa melakukan ronda. Karena itulah salah satu upaya keamanan. Tapi kalau masyarakat tak mau ya sudahlah,” pungkasnya.

 

Laporan: Dedi Irawan

Editor: Arman Hairiadi