Arus globalisasi semakin laju. Manusia di bumi dituntut untuk terus bertransformasi. Apalagi pemerintah, dituntut harus paham akan kemajuan zaman, kemauan serta kebutuhan masyarakat.
Rizka Nanda, Pontianak
eQuator.co.id – Pasar tradisional misalnya. Dulu pagi sekali ikut ibu ke pasar pasti becek-becek. Kini pemerintah merevitalisasi. Becek berkurang lantainya pun cor semen. Dibuat dua tingkat pula. Namun tingkat dua ini malah menambah PR (pekerjaan rumah) bagi Pemerintah Kota Pontianak.
Misalnya saja pasar Jeruju di Jalan Komyos Sudarso Kecamatan Pontianak Barat. Kendati sudah disediakan lapak di lantai 2, penjual malah tetap memilih menggelar dagangannya di pinggir jalan.
“Kita kan berharap jualannya sampai sore. Tapi orang belanja di dalam cuma sampai jam 10 jak (saja). Kalau lebih dari itu sudah sepi,” tutur pedagang nanas di pasar Jeruju kepada Rakyat Kalbar, belum lama ini.
Pria 33 tahun ini mengaku lebih memilih berjualan di pinggir jalan. Ketimbang harus di dalam, apalagi lantai 2 yang kosong. Sebab ia sudah pernah coba berjualan di lantai 2, tapi sepi. Alhasil ia pun turun lagi ke pinggir jalan untuk jual nanasnya yang manis.
“Risiko kita lah kalau udah jual di pinggir jalan seperti ini. Apalagi jual nanas ini, harus sampai sore,” ungkap Muksin.
Berbicara risiko diakui bapak beranak satu ini memang berat. Bila jualan di pinggir jalan seperti itu tak jarang di razia petugas Satpol PP. Karena dianggap buat semak (kumuh) badan jalan.
“Kalau pemerintah memberikan fasilitas yang nyaman di lantai 2 pasti mau. Jadi kita tidak nanggung risiko dan tidak nimbulkan kemacetan,” tandasnya.
Mendengar curahan hati dari seorang pedagang kecil itu, cukup membuat kita paham. Pasar memang sudah di revitalisasi. Namun pemanfaatan kios-kios di pasar belum seratus persen genah.
Jeritan rakyat ini pun dijawab Kepala Dinas Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak, Haryadi S Triwibowo. Selaku pembina para pelaku pedagang khususnya pasar, sekarang pihaknya sedang giat-giatnya mengaktifkan kembali lantai 2 pasar se Kota Pontianak. Untuk menghidupkan lantai 2 di pasar tradisional itu, pihaknya punya program khusus. Lantai 2 pasar tradisonal akan dijadikan pusat kuliner.
Seperti revitalisasi pasar Tengah. Di sana hampir semua blok di lantai 2 di khususkan untuk kuliner. “Alhamdulillah di blok Ciujung daerah Mahakam ada rumah makan terkenal di Pontianak buka di atas,” ujarnya, Sabtu (28/4).
Ia mengatakan sehabis Ramadan nanti, tren kuliner di lantai 2 pasar tradisional akan dimulai. “Ya hampir diseluruh pasar,” jelasnya.
Sebetulnya Diskumdag sudah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada pedagang. Semuanya pun kini sudah menggunakan e-commerce yaitu dagang berbasis internet. Di mana pun mereka berjualan, mau di atas atau di bawah, konsumennya pada mendekat.
“Mereka sudah punya pasar menggunakan e-commerce. Ini yang harus diberikan pemahaman jangan sampai lantai 2 itu dianggap tidak berpengunjung. Pedagang itu bukan lagi tradisional itu sudah menggunakan aplikasi,” tuturnya.
Komunitas pedagang sudah dibentuk. Dari komunitas itulah mereka melakukan sosialisasi. Baik dari media maupun pelatihan dari tingkat bawah sampai menengah. “Di situlah kita sampaikan bahwa lantai 2 itu punya potensi yang luar biasa,” pungkas Haryadi. (*)
Editor: Arman Hairiadi