Peron Penumpang 18 Meter di Bawah Tanah

Menjajal MRT Jakarta

NGETES. Suasana MRT, Jakarta, Rabu (27/3). Radar Banjarmasin Photo

Ketika masyarakat Kalimantan masih menanti kehadiran kereta api, Jakarta sudah punya Mass Rapid Transit (MRT). Sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta listrik. Radar Banjarmasin, Rabu (27/3), mendapatkan kesempatan untuk menjajal angkutan yang baru diresmikan pada 24 Maret 2019 tersebut.

SUTRISNO, Jakarta

eQuator.co.id – Menginap di salah satu hotel yang beralamat di Jalan Mangga Besar, Jakarta Barat, wartawan koran ini memilih untuk menjajal transportasi massal itu melalui Stasiun Bundaran HI. Karena, jaraknya lebih dekat dibandingkan dengan stasiun lainnya. Yaitu, hanya berkisar 7 kilometer.

Sebelum menuju ke stasiun, penulis terlebih dahulu memesan tiket secara online di website www.jakartamrt.co.id/ayocobamrtj secara gratis. Lantaran masih dalam masa uji publik, hingga 31 Maret 2019.

Usai mendapatkan tiket berupa QR Code. Sekitar pukul 08.00 WIB, penulis kemudian menuju Stasiun Bundaran HI menggunakan jasa taksi online. Di sepanjang perjalanan, taksi beberapa kali terjebak macet akibat padatnya kendaraan. Sehingga, sekitar pukul 9.00 WIB barulah sampai di stasiun.

Ketika tiba, penulis hanya mendapati sebuah bangunan kecil terletak tepat di samping Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Bangunan itu memiliki panjang sekitar enam meter dan lebar tiga meter. Di depannya, dijaga oleh seorang satpam.

Saat penulis mendekat dan menanyakan lokasi Stasiun Bundaran HI, satpam tersebut menyuruh agar penulis masuk ke bangunan kecil itu. Kemudian, turun ke bawah melalui anak tangga yang ada di dalamnya.

Ketika tiba di bawah, ternyata stasiun Bundaran HI berada di sana. Tepat di bawah permukaan tanah di samping Jalan MH Thamrin. Padahal, di atas permukaan tanah berdiri sejumlah bangunan tinggi mencakar langit.

Mengutip dari laman www.jakartamrt.co.id/ayocobamrtj, Stasiun Bundaran HI memiliki panjang mencapai 400 meter dan lebar 20 meter. Di mana, area peron penumpangnya berada pada kedalaman 18 meter di bawah permukaan tanah. Sedangkan, bangunan kecil yang ada di atasnya tadi hanyalah penutup untuk menghindari air hujan masuk ke dalam stasiun.

Untuk bisa menaiki MRT, penumpang tinggal memperlihatkan QR Code yang sudah dipesan melalui online ke petugas yang berjaga. Kemudian, menunggu kereta tiba di samping lintasan. Setelah penulis menanti sekitar lima menit, kereta pun tiba untuk membawa penumpang ke 12 stasiun tujuan. Mulai dari Stasiun Dukuh Atas hingga berakhir ke Stasiun Lebak Bulus.

Kereta sendiri memiliki enam gerbong, berukuran panjang sekitar 20 meter dan lebar tiga meter. Di dalamnya terdapat sejumlah tempat duduk di sisi kiri dan kanan. Bagi penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk, bisa berdiri dengan memanfaatkan pegangan yang digantung di atas.

Saat itu, penumpang kebetulan tidak terlalu membeludak. Sebab, hari sudah hampir siang. Sutan, salah seorang penumpang mengatakan, MRT biasanya padat pada jam-jam berangkat kerja. Dari pukul 06.00 sampai 07.00 WIB. “Kalau sepagi itu, antrean masuk ke terminal bisa sangat panjang,” katanya.

Dia mengungkapkan, MRT cukup membantu masyarakat Jakarta. Sebab, mampu memangkas waktu hingga dua kali lipat. “Dari Bundaran HI ke Lebak Bulus kalau naik mobil bisa sampai satu jam. Tapi, kalau naik MRT hanya setengah jam,” ungkapnya.

Selain dapat memangkas waktu perjalanan, MRT juga menjadi alat transportasi mengasyikkan bagi masyarakat. Sebab, lintasannya yang berbeda dengan kereta api pada umumnya. Di mana rel-nya berada di tempat yang tak biasa. Yaitu, di bawah tanah berupa terowongan dan di atas berupa lintasan layang.

Saat di dalam terowongan mungkin tidak ada yang istimewa, karena pemandangan di luar tampak gelap. Namun, jika kereta sudah keluar dan melewati lintasan layang. Penumpang akan melihat keindahan Jakarta berupa gedung-gedung tinggi dari atas ketinggian.

Salah seorang Staf Stasiun Bundaran HI, Teressia Natalia P mengungkapkan, dari 13 stasiun yang tersedia. Tujuh diantaranya berupa lintasan layang, yaitu Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.

Sementara sisanya, berupa stasiun bawah tanah yakni Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, serta Bundaran HI. “Total panjang lintasan sekitar 16 kilometer,” pungkasnya. (Radar Banjarmasin/JPG)