Girry Pratama, satu dari sedikit pemuda asal Kalbar yang berani mengambil langkah terjun ke dunia perfilman.
Dia sangat percaya bahwa anak-anak dari provinsi seribu sungai ini akan mampu mempunyai karya bagus dan diakui di level nasional, bahkan dunia internasional.
Karena di mata pria kelahiran Pontianak, 18 Maret 1986 silam ini, Kalbar sesungguhnya punya potensi yang berbeda, khususnya dari sisi keindahan alamnya. Kalbar memiliki semua tempat indah dan unik yang tidak dimiliki di manapun. Kalbar memiliki apa yang dibutuhkan oleh film.
Langkah Girry untuk memvisualisasikan potensi alam Kalbar dalam bentuk cerita film bukanlah sesuatu yang sederhana. Namun, alumnus S2 Hukum Trisakti Jakarta ini meyakini bahwa seni tidak berbatas dan tidak akan pernah mati.
Tidak ada kamus gagal dalam usaha dan kerja keras pria yang berkecimpung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kalbar ini. Melalui PT Lingkar Karya Pratama yang dibangunnya, dia bertekad akan mewujudkan semua itu.
Baginya seorang pengusaha tak ubahnya seperti pemimpin. Dia harus mampu membangkitkan dan mengakomodir semua sumber daya yang dimiliki demi cita-cita bersama. Karena menurutnya, tidak ada prajurit lemah jika jenderalnya kuat.
Lebih lanjut, seperti apa gagasan dan proses perjalanan Girry membangun cita-citanya dan apa yang membuat pengusaha konstruksi apartemen di Jakarta ini tertarik mendalami dunia film. Berikut wawancara selengkapnya bersama Rakyat Kalbar.
+Sebelumnya, bisa Anda jelaskan tentang PT Lingkar Karya Pratama? Dan sejak kapan Anda mulai merintis masuk ke dunia perfilman?
-PT Lingkar Karya Pratama sendiri baru terbentuk pada Agustus 2015. PT Lingkar Karya Pratama saat ini beralamat di Eighty Eight Kasablanka Office Tower lantai 38 unit A-D Jalan Casablanca Raya Kav 88, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Tapi kalau merintis di dunia perfilman ini, sudah saya jabanin dari zaman saya masih kuliah 2007 silam. Saya sudah belajar tentang dunia perfilman cuman bukan sebagai rumah produksi, tapi sebagai aktor. Namun karena sibuknya kuliah, saya harus meninggalkan dunia peran. Saya fokus ke kuliah. Karena kita tahu dunia perfilman adalah dunia yang memakan waktu tak terbatas, bisa selesai pagi-subuh dan bahkan sampai beberapa hari.
+ Apa motivasi awal yang mendorong Anda terjun ke dunia perfilman?
-Motivasi saya lebih ke ekonomi kreatif anak bangsa. Karena selama ini kalau saya lihat, Indonesia punya peluang bagus di ekonomi kreatif, tapi karena kurangnya modal dan dukungan orangtua akhirnya mereka berhenti.
Sedangkan sekarang kita tahu kalau Indonesia adalah salah satu penonton terbanyak di negara manapun. Bahkan film luar lebih laris di Indonesia dibanding di negaranya sendiri. Kenapa enggak kita memperkaya kratifitas kita dibanding selalu menjadi penikmat. Saya yakin kalau kita mau berusaha dan menciptakan kreatif sendiri pasti akan ada respon positif.
+Tema atau genre film seperti apa yang ditawarkan oleh Lingkar Karya Pratama?
-Kalau tema sekarang kita lagi dalam proses syuting horor, tapi kita buat horor pinter sekalian. Kalau misalkan horor ini diterima masyarakat, berarti masyarakat kita sudah mulai bisa menerima sebauh karya. Saya lebih membuat horor pelajaran. Seperti, setan itu ada, tapi enggak ada setan yang bisa bunuh manusia, setan hanya menyesatkan.
Saya yakin film ini akan jadi bahan omongan di mana-mana, karena secara enggak langsung saya menceritakan kalau semua film horor yang dibuat oleh sebagian PH (Production House) adalah bohong dan enggak pernah ada. Film ini tetap kita buat seram, buat orang takut, bukan dengan kematian tapi suasana. Selain horor, banyak lagi cara dan drama komedi.
+Sejauh ini berapa film yang sudah digarap Lingkar Karya Pratama?
-Setahun ini “Lingkar” masih baru merencanakan empat film setahun. Dua masih proses syuting, duanya masih dalam proses penulisan skenario.
+Menurut informasi Rakyat Kalbar, Anda katanya juga berencana membuka dan mengembangkan “Lingkar” di Kalbar. Kapan dan di mana?
-Insya Allah, kita akan bangun PH “Lingkar” di Kalbar. Banyak tempat-tempat wisata yang belum tersentuh tapi punya keindahan. Tempatnya strategis, banyak yang bisa kita pakai buat lokasi syuting sekalian promosi tempat tersebut.
Tapi kita tetap butuh kerjasama dengan Pemda setempat. Karena banyak juga di Kalbar yang buat film tapi sebagian film mereka enggak dapat tayang di XXI sendiri. Kita harus liat pos produksi juga. Enggak bisa sembarangn karena XXI sendiri sekarang sudah punya standar film yang akan tayang. Jadi kita bisa berbagi ilmu dan tukar pikiran.
+Seperti apa pandangan Anda tentang potensi perfilman di Kalbar?
-Kalau potensi lokasi, Kalbar punya semua tempat indah yang enggak dimiliki di manapun, banyak tempat sejarah yang bisa kita filmkan. Masalahnya hanya di pemain Kalbar, harus banyak belajar bukan cuman akting tapi semua tentang film, bloking dan lain-lain. Harus ada yang berani memajukan Kalbar untuk industri perfilman nasional, karena kita punya potensi besar. Saya siap untuk membantu.
+Dengan begitu bagaimana Anda melihat peluang pengembangannya?
-Kalau bicara prospek, saya yakin dengan apa yang saya kerjakan. Karena saya punya prinsip buatlah usaha dari apa yang kamu tahu, apa yang kamu bisa, apa yang kamu punya. Saya suka seni, menurut saya seni itu enggak bisa dibatasin karyanya. Sekarang saya belajar, di dunia usaha seni adalah usaha yang kita enggak bisa nilai dengan uang, tapi seni itu lebih kepada karya.
+Apa kira-kira hambatan yang Anda rasakan selama ini?
-Kalau hambatan pasti ada, karena untuk buat sebuah film dibutuhkan team yang kuat dan loyalitas tinggi. Untuk menyatukan 70 kepala itu sangat sulit. Jangankan 70 kepala, lima kepala saja sulit. Tapi itulah kepuasan seorang pemimpin, bagaimana dia bisa membut 70 kepala itu walaupun berbeda pendapat, tapi tetap kerja profesional sesuai job-nya masing-masing.
Menurut saya, enggak ada prajurit yang lemah kalau jenderalnya kuat. Semua kembali kepada kita. Kita harus jadi pemimpin yang bukan hanya mikirin diri sendiri, tetapi juga orang banyak.
+Apa sebenarnya cita-cita besar Anda dengan terjun ke dunia film?
-Kalau ditanya cita cita pastilah kita pengen sampai di tingkat tertinggi, bersaing dengan PH-PH besar. Cuman buat sekarang saya berkarya saja. Pengen menunjukkan kalau anak muda sekarang juga bisa membut sebuah karya yang bagus dan diakui oleh orang.
+Sebelum terjun ke dunia film, kabarnya Anda juga membuka usaha lain di bidang properti?
-Sebelum film dan masih sampai saat ini saya cuma pemborong apartemen baru, yang masih berupa tanah sebelum dibangun. Setelah jadi saya jual. Di Jakarta properti sangat menguntungkan, asal kita tahu cara dan bagaimananya dan Alhamdulillah sampai sekarang. Hanya nunggu dua sampai tiga tahun, kita bisa profit dua kali lipat dari harga beli.
+Selama Anda menjalani beberapa usaha, apakah Anda pernah gagal?
– Alhamdulilah, sampai saat ini belum ada satu usaha pun yang gagal. Mungkin berkat doa orangtua dan teman-teman. Kegagalan itu terjadi karena kecerobohan, mau buru-buru dan disiplin yang kurang. Karena saya sebelum membangun usaha, saya akan pelajari sampai ke masalah yang akan terjadi. Saya siapkan cara untuk menyelesaikan masalah itu sebelum terjun ke bisnis tersebut. Itu penting supaya tidak mengganggu apa yang sedang saya kerjakan.
Reporter: Fikri Akbar
Redaktur: Andry Soe