eQuator.co.id – Pontianak-RK. Melenyapkan stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV/AIDS atau disebut sebagai Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), sama pentingnya dengan membangun kesadaran masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit mematikan ini.
“Hal ini penting, karena banyak ODHA meninggal bukan karena sakitnya, tetapi karena menjadi korban stigma dan diskriminasi,” kata Asnaim, Pengelola Monev Komisi Penanggulangan AIDS Kalbar, di sela aksi untuk memperingati Hari AIDS Sedunia, di Tugu Digulis Untan Pontianak, Kamis (1/12).
Asnaim menjelaskan, stigma dan perlakuan diskriminatif dari orang-orang sekitarnya menjadi beban psikologi bagi ODHA. “Mereka bisa depresi dan itu kadang yang menyebabkan mereka jadi lebih cepat meninggal,” katanya.
Kesadaran masyarakat untuk menghilang stigma dan diskriminsi ini, tambah dia, masih rendah. “Kalau dipersentasekan, sekitar 30 hingga 40 persen masyarakat kita masih memandang negatif pada ODHA ini,” beber Asnaim.
Menurut Asnaim, stigma dan diskriminasi terhadap ODHA cukup rendah hanya di kalangan pelajar, mahasiswa atau masyarakat yang memiliki pendidikan cukup tinggi.
Untuk mengikis stigma dan diskriminasi terhadap ODHA itulah, barbagai elemen menggelar aksi sejak pukul 16.00 kemarin. Hujan yang mengguyur, tidak menyurutkan langkah mereka untuk menyadarkan seluruh masyarakat bahwa ODHA juga manusia.
Para peserta aksi tersebut terdiri atas Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Palang Merah Indonesia (PMI), mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) dan Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP), serta berbagai komunitas peduli HIV/AIDS.
Para peserta aksi menyerukan masyarakat Kalbar untuk mewujudkan Tiga Zero, yakni Pertama, Zero Infeksi HIV Baru. Kedua, Zero Stigma dan Diskriminasi, serta Ketiga, Zero Kematian Karena AIDS.
Di antara kerumuman massa tersebut, nampak Duta HIV/AIDS Kalbar 2016, Elsa Aurelia Suci Avilla. Saat ditemui, dia mengaku prihatin atas masih banyaknya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. “Semoga tidak ada lagi diskriminasi, dan masyarakat menjadi mengetahui informasi yang tepat seputar HIV/AIDS,” harapnya.
Menurut Elsa, melalui edukasi yang tepat, masyarakat dapat memutus mata rantai penularan HIV dan menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
“Jadi dengan momen ini orang-orang jadi ingat tentang HARI AIDS SEDUNIA dan jadi lebih aware (waspada) terhadap HIV. Sehingga mereka bisa menjaga kesehatan dan mencegah penyebarannya,” papar Elsa.
Dia berjanji akan terus menggandeng banyak pihak, khususnya pemerintah daerah dalam mensosialisasikan dan memberikan informasi seputar HIV/AIDS kepada masyarakat.
Harapannya, kata Elsa, agar masyarakat khususnya remaja dapat mengetahui apa itu HIV/AIDS, bagaimana cara penularannya dan bagaimana cara pencegahannya. “Semoga dengan begitu epidemic HIV/AIDS di Kalbar bisa berkurang,” pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang ODHA yang telah berjalan kaki ke 18 provinsi, Wijianto juga hadir dalam aksi dalam memperingati Hari AIDS Seduni di Bundanran Untan Pontianak tersebut. “Ini bentuk kepedulian saya terhadap masalah HIV/AIDS khususnya di Indonesia,” ujarnya.
Dia berharap, momen 1 Desember ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang apa itu HIV/AIDS. “Supaya kita paham dan tidak lagi mendiskriminasi ODHA,” pungkas Wijianto.
Laporan: Iman Santosa
Editor: Mordiadi