Penyakitnya Sudah Kebal Terhadap Obat

Revi Agung Pratama

DIRAWAT. Revi Agung Pratama, bocah pengidap Tuberculosis Resisten saat dirawat di RSUD dr Soedarso Pontianak, belum lama ini. Kamarudin for Rakyat Kalbar.

eQuator.co.id – Sekadau-RK. Usianya masih enam tahun. Tetapi, Revi Agung Pratama tidak seperti anak-anak seusianya. Anak sulung Khori dan Evi Juniarti ini menghabiskan hari-harinya di rumah sakit, lantaran mengidap penyakit Tuberculosis (TB) yang sudah resisten (kebal) terhadap obat.

“Dia enam kali masuk rumah sakit, yakni tiga kali ke RSUD Sintang, dua kali RSUD Sekadau dan satu kali RSUD Sanggau,” kata Kamarudin, paman Revi Agung Pratama saat ditemui di Sekadau, kemarin.

Hasil rontgen, di paru-paru bocah yang tinggal di Dusun Sungai Kapar Hulu, Desa Sungai Ringin, Sekadau Hilir ini terdapat bulatan kecil. “Bulatan putih di paru-paru itu antara dua, kankerkah atau flek. Jadi akan dibawa ke Jakarta,” ujar Kamaruddin.

Udin–sapaan Kamarudin–menceritakan, keponakannya itu menderita infeksi paru-paru dan asma akut sejak berusia dua tahun. “Ayah Revi hanya karyawan swasta. Sehingga merasa sangat terbebani untuk membiayai pengobatan anak sulungnya itu,” katanya.

Sementara, ibu Revi hanya seorang ibu rumah tangga yang menghabiskan waktunya untuk merawat sang anak dan adik Revi yang masih berusia satu tahun.

“Revi selalu gagal saat proses penyembuhan dari penyakitnya. Saat menjalani pengobatan TB, sebelum enam bulan masa penyembuhan dia kambuh lagi. Bahkan, saat dirawat di Sanggau, Revi pernah masuk ICU. Namun, setelah tiga hari dirawat di ICU, pihak keluarga meminta tidak lagi dirawat di ICU karena minimnya biaya,” beber Udin.

Saat ini, Revi masih menjalani perawatan di RSUD Soedarso Pontianak. Agar mendapat perawatan lebih baik, akan dirujuk ke RSCM Jakarta. “Namun, waktu rujukan masih belum diketahui oleh pihak keluarga, lantaran dokter yang merawat Revi masih berusaha untuk menanganinya,” jelas Udin.

Sementara itu, sang ayah, Khori selalu berupaya sekuat tenaga agar Revi bisa sembuh. “Meski biayanya ditanggung BPJS Kesehatan, biaya untuk membeli obat dan lainnya terbilang cukup berat,” ujarnya via selular.

Khori menjelaskan, Revi tidak lagi mengkonsumsi obat generik. Sehingga mengharuskan orangtuanya menebus obat di luar rumah sakit. Untuk satu kali menebus obat saja, biayanya sudah sangat mahal, sekitar Rp500 hingga Rp800 ribu.

Selain itu, untuk biaya pengecekan yang dilakukan di luar rumah sakit juga membutuhkan biaya yang sangat besar. “Kemungkinan dia (Revi) TB resisten. Kebal dengan obat, dari kecil dia memang sering batuk-batuk. Tetapi kami belum tahu mengapa. Entah saya nya yang salah karena tidak menjaga anak dengan baik atau apa,” lirih Khori.

Awalnya, kenang Khori, masa kecil Revi tidak ada bedanya dengan anak-anak lain. “Masa kecilnya ceria, ya melompat-lompat seperti anak seusianya waktu itu. Entah bagaimana, dia jadi sering batuk-batuk hingga akhirnya sakit seperti saat ini,” katanya.

Mengenai waktu untuk merujuk Revi ke Jakarta, Khori belum mengetahui secara pasti. “Dokternya bilang masih berusaha memangani Revi. Kami hanya ikut saja, kalau memang harus dirujuk ke Jakarta, ya mau tidak mau kami akan bawa,” ujar Khori.

Proses mengobatan Revi, kata Khori masih panjang. Dia hanya berharap anaknya bisa sembuh total dan bisa beraktivitas seperti anak-anak seusianya. Khori bahkan tidak bekerja sejak sebulan terakhir untuk menemani sang istri menjaga Revi.

“Untuk apa saya bekerja saat anak saya masih sakit. Toh saya bekerja untuk anak dan istri, tetapi anak saya masih dalam kondisi sakit saya terus kepikiran. Lebih baik saya fokus menjaga dan menemani proses pengobatan anak saya saja,” ujar Khori mantap.

Ayah dua ini, tidak memiliki permintaan yang muluk-muluk. Dia hanya ingin melihat Revi sembuh dan tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan. “Hanya ingin melihat anak saya suatu hari nanti tidak minum obat lagi,” harapnya.

Kesedihannya semakin bertambah, manakala Revi hendak berjalan keluar dengan menggunakan kursi roda. Namun, karena keterbatasan yang dimilikinya, Khori belum bisa memenuhi keinginan anak sulungnya itu. “Dia ingin melihat-lihat apa yang ada di luar, pakai kursi roda. Berjalan seperti yang lainnya, tetapi saat ini, kami belum mampu untuk membelikannya,” katanya sedih.

Selama pengobatan Revi, tidak jarang Khori harus meminjam ke sana kemari. Apapun, akan terus ditempuhnya agar buah hatinya sembuh. “Jika anak kami sembuh, kehidupan kami akan dimulai dari minus. Bukan nol lagi,” ucapnya.

Bagi warga yang terketuk hatinya membantu Revi, sangat diharapkan untuk dapat menghubungi langsung pihak keluarga di nomor 082353289818, atas nama Kamarudin, paman Revi.

Laporan: Abdu Syukri

Editor: Mordiadi