eQuator.co.id – Singkawang-RK. Dua hari sudah Kota Singkawang berendam. Air tidak terlalu tinggi, namun belum juga surut. Warga yang mengungsi semakin ramai, sudah 14 kepala keluarga (KK) dengan 38 jiwa di posko pengungsian Aula Kantor Camat Singkawang Barat, Minggu (6/3).
Tidak hanya balita, lansia dan orang dewasa yang ditampung. Bayi laki-laki bernama Satria, baru berusia tiga minggu tak lepas dari gendongan ibunya di pengungsian.
“Air hanya turun sekian centimeter saja. Sebelumnya sedada orang dewasa di Pasar Baru dekat bantaran sungai. Kondisi air masih bertahan,” ujar Korwil Tagana Kota Singkawang, Zulfian Agus di posko pengungsian.
Tim medis rutin mengecek kesehatan para pengungsi. Makan dan minum juga disediakan Pemkot. Bahkan disediakan dapur umum. “Sebaiknya penempatan bayi tidak di posko pengungsian. Memang tidak layak bayi yang umurnya baru tiga minggu berada di lokasi pengungsian. Sebaiknya dirawat di rumah sakit,” kata Zulfian.
Makanan yang tidak higenis juga tempat tidur beralaskan tikar atau seadanya, kurang baik untuk bayi. Sayangnya orangtua bayi menolak anaknya dirawat di rumah sakit. “Jadi, ya sementara di lokasi pengungsian terlebih dahulu,” ujarnya.
Bidan Polindes Pasiran, Chyintia mengatakan, bayi yang berada di posko pengungsian kondisinya sehat.
Kepala Puskesmas Singkawang Barat, Uray Berry mengaku sudah siap memeriksa secara rutin para korban banjir. “Kita sudah siapkan obat-obatan. Diantaranya obat-obatan untuk panas demam, nyeri tulang, batuk-batuk dan gatal-gatal,” kata Berry.
Petugas gizi juga diterjunkan untuk mengecek kondisi para pengungsi. “Bahkan untuk petugas yang ditempatkan, standby 24 jam dari Puskesmas Singkawang Barat. Mereka dibagi tiga ship untuk menetap di posko pengungsian. Kita jadwalkan sampai Selasa mendatang. Apabila banjir belum reda, maka akan dijadwalkan kembali di kemudian hari,” papar Berry.
Hasil pemeriksaan petugas medis, ungkap Berry, ada beberapa pengungsi menderita batuk, filek, demam panas, nyeri tulang dan gatal-gatal.
Sedangkan bayi laki-laki yang berusia tiga minggu dirawat secara intensif. “Kami terus melakukan observasi terhadap bayi, dan kita utamakan agar bayi diberi ASI ekslusif,” katanya.
Tampak para bocah di lokasi pengungsian bermain. Mereka bermain di lorong ruangan Kantor Camat Singkawang Barat karena Minggu libur.
Sebagian balita ada yang membaca buku bacaan anak-anak milik Kantor Camat Singkawang Barat di kursi tunggu pelayanan. Ada juga yang bermain di halaman. Para pengungsi dewasa, terutama ibu-ibu terlihat berbaring, sedangkan suaminya duduk bersantai. Sebagian besar para suami berada di kediaman mereka yang terkena banjir. Mereka tetap menginap di posko pengungsian.
Para petugas termasuk Tagana Singkawang dan PMI serta tim medis sibuk melayani pengungsi yang hendak makan siang. Dengan lauk ikan kaleng, para pengungsi lahap makannya.
Para pengungsi ditempatkan di lantai dua atau aula atas Kantor Camat Singkawang Barat. Mereka dibagi dua bilik, kaum ibu dan bapak dalam satu ruangan dengan dibatasi pemisah tikar. Aula bawah yang biasa digunakan untuk posko pengungsian atapnya bocor.
Salah seorang pengungsi, Sunarni yang juga ibu bayi laki-laki berusia tiga minggu ini mengaku terpaksa mengungsi, lantaran rumahnya tidak dapat ditempati. Banjir sudah menguasai rumahnya, sehingga sangat membahayakan dirinya dan bayinya.
“Saya baru habis melahirkan bayi secara caesar, dan kondisi belum terlalu pulih. Sementara saya di posko pengungsian dulu, saya belum mau dibawa ke rumah sakit untuk perawatan,” kata Sunarni.
Sunarni mengungkapkan, pelayanan terhadap pengungsi sudah baik. Pemkot sangat memperhatikan kondisi pengungsi, baik secara kesehatan, makan dan minum serta kelayakan tidur.
“Suami saya lagi di rumah untuk melihat kondisi rumah, apakah masih bisa menyelamatkan barang-barang akibat banjir dan juga untuk berjaga-jaga. Kalau siang dia pulang ke posko, begitu juga pada malam harinya dia tidur di posko pengungsian ini,” kata ibu enam anak ini.
Berdasarkan data Tagana Kota Singkawang, jumlah pengungsi dewasa sebanyak 21 orang terdiri tujuh laki-laki dewasa dan 14 perempuan. Sedangkan pengungsi anak-anak sebanyak 16 orang.
RS Harapan Bersama
Tidak hanya pemukiman warga yang terendam banjir. Tiga ruangan kelas I Rumah Sakit Umum (RSU) Harapan Bersama yang biasa dikenal dengan rumah sakit
Viktor di Jalan P Belitung, Pasiran, Singkawang Barat juga terendam banjir, Minggu (6/3) sore.
Air meluber, meskipun tidak terlalu tinggi, hanya sekitar mata kaki, namun ruangan tak bisa difungsikan. “Mungkin akibat air pasang dan hujan lebat,” ujar petugas RSU Harapan Bersama kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
Perabot seperti kursi terpaksa dinaikkan, agar tidak basah. Akses menuju ke lokasi RSU Harapan Bersama memang banjir hampir di bawah lutut orang dewasa, namun masih bisa ditempuh kendaraan roda empat, sedangkan roda dua dapat digunakan, apabila memiliki knalpot yang agak tinggi. Pelayanan di rumah sakit ini tetap normal.
“Tadi pagi airnya mulai surut, eh ternyata hujan sekitar pukul dua siang, akhirnya air naik lagi. Namun belum begitu besar pasangnya,” katanya.
Beberapa pedagang di sekitar RSU Harapan Bersama ada yang menutup dagangannya, lantaran banjir. Sedangkan toko-toko di Jalan Kalimantan sudah ada yang tutup karena air masuk ke toko mereka.
Tampak beberapa ruas jalan tergenang air. Diantaranya Jalan Saman Bujang dan Jalan Kalimantan. Beberapa pusat pertokoan, diantaranya di Jalan Budi Utomo tutup lantaran banjir. Sore kemarin Kota Singkawang masih diguyur hujan petir.
Laporan: Suhendra
Editor: Hamka Saptono