Pengin Kalbar Swasembada Pangan

TANAM PADI. Menteri Pertanian Amran Sulaeman (baju putih) menanam padi dalam rangka upsus Pajale Bebehatn, di Desa Sidas, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, bersama Gubernur Cornelis (baju pegawai negeri) dan tamu lainnya, Sabtu (22/10). Humas Pemprov for Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – Entikong-RK. Pemerintah pusat mengklaim impor beras turun mencapai 60 persen. Indonesia lolos dari berbagai bencana seperti Elnino sehingga sudah mulai mengekspor beras.

Hal tersebut dikatakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ketika berkunjung ke sejumlah kabupaten di Kalbar, kemarin. Termasuk ke kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia di Entikong, Kabupaten Sanggau.

“Khusus perbatasan, kita akan surati Menteri Kehutanan untuk alih fungsi lahan khusus pertanian tanaman pangan sekitar 5.000-10.000 hektar. Ini untuk membangun lumbung pangan perbatasan,” ujar Amran, Sabtu (22/10).

Sejumlah pejabat Kalbar terlihat menemaninya. Mulai dari anggota DPR RI Karolin Margret Natasa dan Daniel Johan, juga Gubernur Cornelis serta Bupati Sanggau Paolus Hadi.

Amran juga sempat meninjau Balai Karantina Pertanian di PLBN Entikong dan berdialog dengan pegawai di sana. Ia sempat menegur petugas karena membiarkan printer berdebu dan lemari berisi dokumen yang berantakan.

“Petugas Karantina Pertanian di Perbatasan adalah beranda depan Kementerian Pertanian, ya harus rapi. Dan, bebas dari pungutan liar,” tegasnya.

Di Entikong, Gubernur Cornelis sempat menunjukkan sejumlah lahan pertanian setempat. Ia menyatakan Kalbar memiliki potensi pertanian yang sangat besar dengan berbagai jenis tanaman.

“Ini sagu Pak Menteri, itu kebun lada, potensinya begitu besar di wilayah perbatasan ini. Ada juga sagu yang dibiarkan tumbuh hingga bisa dipanen untuk keperluan pangan masyarakat kita,” ujarnya kepada Amran, didampingi Camat Entikong Suparman.

Selain padi, potensi tanaman lada dan sagu yang tumbuh di kiri kanan jalan memang jadi suguhan pemandangan rombongan pejabat itu berjalan kaki menuju lokasi tanam padi tutup tahun di Desa Semanget, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.

Menurut Gubernur, bawang merah juga sudah bisa ditanam di Kalbar. “Untuk peningkatan produksi berbagai jenis pangan di Kalbar, apalagi sudah menjadi program pemerintah. Untuk Kalbar tidak ada tawar menawar, kita jalankan,” ungkapnya.

Menteri Amran mengakui potensi pertanian yang luar biasa seperti yang ditunjukkan Gubernur Cornelis. Kata dia, lada, beras merah, sagu, dan sebagainya, bisa diekspor ke negeri jiran. Dan, setiap masyarakat perbatasan di Indonesia bisa menjadi penyuplai pangan ke Malaysia.

Potensi ekspor pun, lanjut dia, harus beras dan komoditas organik. “Yang saat ini harganya mencapai 6 Euro perkilogramnya,” tutur Amran.

Setakat ini, lanjut dia, angka ekspor beras merah sudah tercatat mencapai 100 ton. Amran pun meminta petugas Karantina Pertanian mencatat jika ada ekspor beras ke Malaysia melalui perbatasan Entikong.

Ketika mengunjungi Desa Sidas, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Amran kembali mendorong Kalbar menjadi pengekspor beras. Sebab, kata dia, Kalbar memiliki wilayah luas untuk lahan pertanian dan pada 2015 sudah surplus 300 ribu ton beras.

“Kita dorong Kalbar mandiri pangan dan menjadi salah satu sentra ekspor pangan ke negara tetangga Malaysia, kita ingin swasembada pangan di Kalbar,” ujar Amran usai menanam padi dalam rangka Upsus Pajale Bebehatn.

Demi menunjang keinginannya itu, ia akan memberikan bantuan 10 handtracktor dan bibit jagung khusus untuk Landak. Dalam tempo seminggu kedepan, handtracktor tersebut ditargetkan sudah berada di Landak.

Sebelum tanam padi, Gubernur Cornelis bersama Amran melepaskan bibit nila di parit yang mengelilingi sawah. Menurut Sang Menteri, teknologi mina padi adalah keuntungan ganda.

Karena modal 600 ribu rupiah bisa mendapatkan penghasilan 24 juta rupiah. Belum lagi hasil padi yang ditanam dengan teknologi hazton, dan sayur-sayuran yang ditanam di pematang sawah, tentu punya keuntungan tersendiri.

Untuk mencapai target Kalbar mandiri pangan, Amran mengungkapkan akan memperluas lahan pertanian dan membantu bibit serta pemberdayaan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).

“Target lahan pertanian minimal 5.000 hektar seperti yang sudah saya sebut di Entikong tadi. Tahun lalu kurang karena permasalahan area hutan. Tapi kita sudah telpon Menteri Kehutanan, insya Allah bisa dikabulkan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Tinggal disurati saja,” paparnya.

Ia memuji tanam padi dengan teknologi hazton yang ditemukan Pemerintah Provinsi Kalbar. Diakuinya, hazton sudah me-nasional. Sebab, teknik tanamnya mencapai 20 bibit sehingga sulit diserang hama. Metode hazton juga sudah diujicobakan di Jawa Barat dan Jawa tengah.

“Hasilnya meningkat 400 persen. Kita harus bahu membahu meningkatkan produksi pangan,” tegas Amran.

Dan, Gubernur sepakat. Ia mendorong agar masyarakat Kalbar tidak minder jadi petani. Bahkan, diusulkannya, agar masyarakat Kalbar boleh memiliki sertifikat kepemilikan tanah sampai 10 ribu hektar lahan pertanian seperti di New Zealand.

“Kita harap petani bisa mandiri dan bisa makan dari hasil tanah sendiri. Jadi petani itu harapan ada, pasar jelas,” tutup Cornelis.

Laporan: Isfiansyah

Editor: Mohamad iQbaL