eQuator.co.id – ANKARA – Aktivitas penerbangan di Bandara Ataturk Istanbul sudah kembali normal kemarin (30/6). Jejak teror akibat tiga ledakan bom bunuh diri Selasa malam (28/6) waktu setempat nyaris tidak lagi terlihat. Kecuali, beberapa titik yang sengaja disegel karena menjadi fokus investigasi polisi.
Presiden Recep Tayyip Erdogan memang tidak menghendaki masyarakat tenggelam dalam ketakutan dan kesedihan. Bahkan, pemimpin 62 tahun itu langsung memerintahkan razia ke sarang militan Islamic State/Islamic State in Iraq and Syria (IS/ISIS) yang diyakini berada di balik serangan maut tersebut. Kendati demikian, pemerintah tetap memberlakukan tiga hari berkabung nasional untuk mengenang para korban.
Kemarin aparat merazia beberapa lokasi di Kota Istanbul dan Kota Izmir, kota di pesisir Laut Aegea. Termasuk tiga kawasan kumuh di Istanbul. Yakni, Pendik, Basaksehir, dan Sultanbeyli. Kantor berita Anadolu melaporkan bahwa aparat berhasil mengamankan 13 orang yang diduga terlibat jaringan ISIS. Sembilan ditangkap di Istanbul dan empat diringkus di Izmir.
”Mereka diduga ikut mendanai, merekrut, dan menyediakan logistik bagi jaringan ISIS,” terang pemerintah dalam pernyataan resminya. Tidak jelas, apakah mereka yang diamankan itu terlibat dalam aksi teror yang dilancarkan tiga pelaku berbaju hitam Selasa malam lalu. Namun, aparat yakin, serangan bom yang diawali dengan tembakan itu direncanakan sejak lama.
Kemarin surat kabar Yeni Safak melaporkan bahwa pemerintahan Erdogan telah berhasil mengantongi kewarganegaraan tiga pelaku. Tidak ada seorang pun yang berkewarganegaraan Turki. ”Kami sedang bersiap untuk mengonfirmasikan kewarganegaraan para pelaku yang berasal dari Rusia, Uzbekistan, dan Kirgistan tersebut,” kata juru bicara pemerintah tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Tim identifikasi mengaku sulit melacak identitas para pengebom bunuh diri. Sebab, tubuh mereka sudah tidak utuh lagi setelah meledakkan diri. ”Data yang kami miliki sangat sedikit. Kami hanya mengandalkan serpihan tubuh mereka untuk mengorek keterangan tentang nama maupun kewarganegaraan,” terang pejabat kesehatan Turki. Tapi, dia berjanji mengerahkan segala daya untuk mengungkap identitas para pelaku.
Jika pemerintah pelit informasi, tidak demikian halnya dengan media Turki. Kemarin Yeni Safak mengungkap identitas salah seorang pelaku sebagai Akhmed Chatayev. Pria asal Chechnya itu disebut-sebut sebagai otak serangan. Nama Chatayev juga tercantum dalam daftar sanksi PBB sebagai pentolan ISIS yang bertugas memberikan pelatihan kepada militan berbahasa Rusia. Kabarnya, Chatayev juga menjadi buron pemerintah Rusia.
Keterangan berbeda disampaikan koran Hurriyet. Media cetak tersebut mengidentifikasi salah seorang pelaku sebagai Osman Vadinov. Pria tersebut juga berkewarganegaraan Chechnya. Konon, Vadinov baru saja pulang dari Kota Raqqa di Syria yang menjadi jantung ”kerajaan” ISIS. Versi lain menyebutkan bahwa salah seorang pelaku adalah penduduk Dagestan.
Selasa malam lalu tiga pelaku yang masing-masing menyandang senjata tiba di bandara tersibuk Turki itu dengan menumpang taksi. Mereka lantas melepaskan tembakan ke arah para penumpang sebelum akhirnya meledakkan diri. Dua ledakan terjadi di terminal internasional dan satu yang lain terjadi di dekat area parkir. Sebanyak 42 nyawa melayang dan sekitar 239 yang lain terluka.
Hingga kemarin, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas insiden maut di bandara tersibuk ketiga di Benua Eropa tersebut. Tapi, Erdogan tetap yakin ISIS berada di balik serangan tersebut. Karena itu, dia juga mengimbau sekutu-sekutunya di Barat untuk meningkatkan serangan terhadap ISIS. Khususnya sarang ISIS di perbatasan Syria dan Turki. (AFP/Reuters/hep/c10/any)