eQuator.co.id – Nilai ujian nasional (Unas) SMP tahun ajaran 2017-2018 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Hal itu diketahui saat pengumuman nilai kepada siswa, Jumat (25/5). Penurunan itu diakui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
“Dalam hal skor terjadi penurunan dibanding tahun lalu,” kata Muhadjir, kemarin. Namun, mantan rektor UMM itu enggan menyebutkan angka penurunan nilai secara detail.
Menurut Muhadjir, penurunan nilai disebabkan sistem ujian yang berbeda. Kali ini 63 persen SMP/MTS atau 28.620 sekolah sudah menggunakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Jumlah tersebut sebenarnya berada di bawah target Kemendikbud. “Ini sedikit di bawah target, yaitu 70 persen,” tuturnya.
Dengan adanya UNBK, menurut Muhadjir, kualitas proses pendidikan sebenarnya telah meningkat. Perubahan cara itu membuat kecurangan bisa diminimalkan sehingga nilai yang dihasilkan siswa merupakan nilai murni.
“Penurunan skor agregat tersebut juga dipengaruhi adanya penurunan skor yang sangat tajam di sekolah-sekolah yang tahun lalu menggunakan ujian kertas-pensil bergeser ke komputer,” ungkapnya. Muhadjir menilai, tahun lalu banyak sekolah yang memiliki skor Unas tinggi, tapi indeks integritasnya rendah.
Perubahan materi soal juga memengaruhi penurunan nilai. “Hal itu seiring mulai diberlakukannya (materi) soal berpenalaran tinggi (HOTS, Red),” ucapnya. Materi soal model HOTS pada ujian kali ini sebanyak 10 persen dari seluruh soal yang ada. Dengan materi soal tersebut, peserta ujian dituntut untuk menjawab dengan metode penalaran.
Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suryadi juga mengapresiasi kenaikan indeks integritas siswa. Dia menilai, Unas SMP tahun ini lebih baik. “Dari segi pelaksanaan, lebih kondusif dibanding pelaksanaan Unas SMA,” ujarnya. (JawaPos.com/JPG)