Penerimaan Polisi Rentan Suap

Panitia Seleksi Penerimaan Anggota Polri tahun 2016 Polda Kalbar disumpah dan disaksikan Kapolda Brigjen Pol Arief Sulistyanto di Aula Mapolda, Rabu (4/5). BADARUDIN FOR RAKYAT KALBAR

eQuator.co.id – Bukan lagi menjadi rahasia umum, kalau mau menjadi anggota Polri, identik dengan suap-menyuap. Di kepemimpinan Brigjen Pol Arief Sulistyanto, upaya profesionalitas semakin diterapkan dalam penerimaan anggota Polri.

Tak cukup sekedar tanda tangan pakta integritas, Panitia Seleksi Penerimaan Anggota Polri tahun 2016 diminta bersumpah, sebagai bentuk integeritas dalam tugas, terhadap institusi dan Negara serta Tuhan Yang Maha Esa. Beratnya persaingan akan memicu terjadinya kerentanan pada panitia, terutama untuk kasus suap. Apalagi masih ditemukan orangtua atau calon peserta yang ingin menjadi anggota Polri dengan menghalalkan berbagai cara.

“Menjadi anggota Polri dianggap sebagai investasi, sehingga keluarga akan melakukan berbagai hal untuk dapat lolos,” ungkap Kapolda  Arief dalam sambutannya pada acara pengambilan sumpah panitia seleksi anggota Polri, Rabu (4/5).

Pengambilan sumpah dilakukan terhadap 277 panitia seleksi terpadu anggota Polri Polda Kalbar tahun 2016 dilaksanakan di Aula Mapolda Kalbar. Pengambilan sumpah ini melibatkan pemuka agama Islam, Kristen dan Hindu. Acara ini mengambil tema “Sumpahmu adalah janji kepada Tuhan Yang Maha Esa, jika tidak ditepati akan menjadi bara api yang membakarmu kelak di akhirat”.

Proses penerimaan anggota Polri tahun 2016 telah dimulai sejak 7 April lalu. Dengan menyebarkan informasi pembukaan penerimaan anggota dan proses seleksi adminitrasi menghasilkan calon yang ikut seleksi lanjut sebanyak 4.277 peserta.  “Sementara kuota yang ditentukan sekitar 10-15 persen atau 422-642 orang saja. Sehingga akan terjadi kompetisi yang sangat berat bagi peserta,” jelas Kapolda Arief setelah acara pengambilan sumpah.

Sebuah terobosan atau langkah terbaik diupayakan Polda Kalbar dalam menjalankan proses seleksi anggota Polri 2016. Selain melibatkan pengawas internal dari Propam, juga pengawas eksternal dari tokoh masyarakat dan akademisi. Kemudian mengambil ikrar anggota panitianya dalam bentuk pengambilan sumpah.

“Kemarin sudah ada pakta integritas, saya berpikir ini tidak cukup. Saya harus melibatkan Tuhan untuk menyadarkan mereka (panitia), bahwa apa pun yang kita lakukan itu ada yang mengawasi,” ungkap Arief.

Besarnya angka calon yang tidak diterima, cukup menciutkan nyali peserta dan orangtua yang harap-harap cemas atas masa depan anaknya. “Tidak semua orang percaya pada kemampuannya sendiri. Tidak semua orang itu berani untuk bersaing secara jujur,” papar Kapolda Arief sambil tersenyum.

Tanggungjawab besar diemban oleh panitia. Terutama berkaitan dengan proses regenerasi organsiasi. “Ketika panitia salah memilih, maka dampaknya akan sangat besar dan lama,” tegas Arief.

Laporan: Marselina Evy

Editor: Hamka Saptono