eQuator.co.id – Pontianak-RK. Penculik Zahrul Basim, Lurah Bangka Belitung Laut, Pontianak Tenggara pada dinihari Minggu (5/2) sekira pukul 03.00, menyerahkan diri dan dikenal bernama Zulham. Aparat polisi pun sudah menahan dua terduga pelaku lainnya, Selasa (7/2).
“Tersangkanya adalah Zulham, dia menyerahkan diri dan mengakui apa yang dilakukannya terhadap Zulham. Sementara dua lainnya masih kita periksa, hingga saat ini tiga orang yang sudah diamankan,” jelas Kasat Reskrim Polresta Pontianak Kompol Andi Yul kepada wartawan, Selasa (7/2).
Menurut Kompol Andi Yul berdasarkan pengakuan Zulham, kawanan ini mendatangi rumah Lurah Zahrul Basim di subuh buta, lantaran diduga pejabat eselon IV Pemkot Pontianak itu mengetahui keberadaan Zainal.
Nah, Zainal ini adalah orang yang punya utang sebesar Rp500 juta, yang tidak dijelaskan kepada siapa. “Pelaku mengatakan bahwa Zainal tidak ada itikad baik, sehingga Zahrul yang menurutnya mengetahui keberadaan si pengutang didatangi,” jelas Andi.
Kasat Reskrim Polresta ini menegaskan, kesalahan pelaku yang sudah saling kenal dengan korban adalah, mendatangi rumah Zahrul pada Minggu (5/2) dinihari sekitar pukul 03.00 WIB.
“Zahrul dipiting lehernya dan dimasukan ke dalam mobil kemudian dibawa ke TKP, yakni cafe di belakang Kaisar Siantan. Di sana Zahrul mengalami penganiyaan,” beber Kompol Andi Yul.
Masih menurut Andi Yul, dia membantah kalau kasus ini disebut kasus penculikan, walaupun korban yang hanya bercelana kolor kaos oblong diambil paksa dari rumahnya oleh sekawanan orang, diseret ke mobil dan dibawa ke suatu tempat untuk dianiaya.
“Bukan penculikan, tapi ini kasus pengeroyokan pasal 170 KUHP, dimana yang terindikasi melakukan sekitar empat atau lima orang,” kata Andi Yul lagi,
“Zahrul ini dianggap bagian dari kelompok Zainal. Pelaku dan Zahrul kenal,” sambungnya.
Terlepas diculik atau dianiaya sebagai penegasan bahasa, Sat Reskrim Polresta Pontianak yang mendapat laporan dari Zahrul, setelah didrop para penculik dan penganiaya di Polsekta Pontianak Timur, Minggu (5/2), langsung bergerak cepat.
Selasa (7/2) pukul 09.00 Kasat Reskrim Kompol Andi Yul Lapawesean dan Kanit Jatanrasnya Iptu Suryadi berhasil mendapatkan Zulham tersangka utama menyerahkan diri.
Tidak Kenal
Sementara itu, Zahrul Basim ketika didatangi Rakyat Kalbar, mengatakan bahwa pelaku mengira dirinya mengetahui keberadaan orang yang dicari-carinya yakni Zainal dan pacarnya bernama Benti atau Wenti.
“Saya tidak kenal dengan pelaku. Pelaku cari Zainal dan pacarnya bernama Benti apa Wenti. Katanya ada penipuan Rp500 juta. Kemudian pelaku mencurigai uang itu dilarikan ke mobil yang saya mau jual. Memang saya mau jual, saya minta carikan pembeli sama Deni. Tapi hingga saat ini belum ada transaksi, mobil tidak pernah saya serahkan ke orang,” ungkap Zahrul blak-blakan.
Selain menegaskan tidak kenal dengan pelaku, Zahrul menegaskan juga kenal pelaku saat datang langsung menanyakan keberadaan Zainal dan teman wanitanya. Sedangkan orang yang bernama Zainal, diakui Zahrul pernah ketemu tapi ketemu biasa saja. “Ketemu biasa saja, itu teman Deni,” terangnya.
Berkaitan dengan pengakuannya diculik oleh enam orang lelaki tak dikenalnya itu, leher dijerat dengan tali, dibawa ke café di Siantan kemudian dianiaya yang kemudian diantarkan ke Polsek Timur, memang benar adanya.
“Pelaku yang mengantarkan saya sampai ke Polsek Pontianak Timur. Di situ pelaku menelepon Kapolsek, mengatakan bahwa saya sudah ada di Polsek,” ungkap Zahrul menyitir ucapan telepon pelaku.
Anehnya, polisi yang tugas jaga saat itu tidak ada yang menanyakan dirinya diantar siapa dan bagaimana dan mengapa bisa sampai di Polsek Timur dalam kondisi babak belur. “Tidak ada, saya dijemput di Polsek jam setengah lima subuh oleh saudara saya Khalid,” ungkap Zahrul.
Bahkan ia tidak mengetahui adanya dua orang yang diduga anggota kepolisian saat para penculik menganiayanya di Cafe belakang Kaisar Siantan. “Saya di situ dimasukan ke dalam bak air sekitar setengah jam. Kemudian dianiaya oleh para pelaku,” tambah Zahrul.
Kapolsekta Pontianak Timur, Kompol Abdul Hafidz ketika dikonfirmasi Rakyat Kalbar terkait pelaku yang mengantarkan Zahrul ke Mapolsekta Pontianak Timur, dirinya membenarkan. “Benar itu ada,” katanya.
Namun ketika dikonfirmasi berkaitan dengan pelaku yang dikatakan sempat menelpon Kapolsek, Kompol Abdul Hafidz tidak mau menjelaskan. Menurutnya, semua keterangan satu pintu dengan Kapolresta Pontianak Kombes Iwan Imam Susilo. “Satu pintu, tadi Kapolresta sudah memberikan penjelasan kepada rekan-rekan wartawan,” ujarnya.
Ditemui seusai menghadiri acara Polda Kalbar di Grand Mahkota Hotel, Selasa (7/2), Kapolresta Kombes Pol Iwan Imam Susilo mau meluruskan kasus penculikan dan pengeroyokan Lurah Bangka Belitung Laut. “Perlu diluruskan kalau kita bahasanya penculikan kok kayaknya serem sekali,” ujarnya kepada wartawan.
Begini menurut Kapolresta Pontianak, “Untuk kasusnya ini kan berawal dari laporan adanya penipuan dan penggelapan, pada saat itu dilaporkan ke Polsek Timur. Kemudian dilakukan interogasi, pendalaman, di situ disampaikan bahwa masih perlu penyelidikan lebih lanjut,” kata Kombes Iwan.
Tak disebutkannya siapa melapor dan siapa yang dilaporkan, menurut Kombes Iwan, pihak yang dilaporkan ini tidak terima atas pelaporan tersebut. “Sehingga mereka mencoba untuk menyelesaikan persoalan itu di luar pihak kepolisian, sehingga terjadi penjemputan, dan mungkin ada ekses pemukulan ini,” jelasnya.
Masih menurut Kapolresta Pontianak, “Kemudian itu (penculikan dan pengeroyokan) dilaporkan ke Polres pada tanggal 5 kemarin, nah ini sedang kita lakukan penyelidikan,” kata Kombes Iwan.
Kapolresta mengatakan akan terus melakukan penyelidikan kasus ini, namun meminta agar tidak dikembangkan menjadi isu yang besar. “Apalagi sekarang ini suasana lagi sensitif, kita harapkan semua pihak bisa mendukung upaya mewujudkan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,” alasannya.
Saat ditanya apakah ada yang sudah dijadikan tersangka dalam kasus penculikan ini? “Masih kita lakukan pemerikasaan-pemeriksaan, nanti kalau memang terbukti akan kita tetapkan (sebagai tersangka),” janji Iwan.
Mobil Siapa?
Dalam pada itu, menindaklanjuti kasus yang masih teka-teki dalam hal utang, mobil penculik dan lokasi penganiayaan, aparat Polsek Pontianak Utara mengunjungi Cafe Pondok Kapuas di Jalan Selat Bali, Siantan Tengah, Pontianak Utara sekitar pukul 10.00, Selasa (7/1).
Kapolsek Kompol Ridho Hidayat saat ditemui belum bersedia memberikan keterangan karena saat ini penyelidikan masih dilakukan oleh pihak Polresta. “Polsek Utara hanya sebatas melakukan pengecekan lokasi berdasarkan keterangan lisan dari korban,” ujar Ridho.
Sementara itu, Apo, pemilik cafe Pondok Kapuas yang sudah berdiri sejak empat tahun lalu itu mengaku benar-benar tidak mengetahui terjadinya penganiayaan Lurah Zahrul di tempat usahanya.
“Mungkin yang mengetahui kejadian si penjaga malam yang bernama Yadi. Karena saat cafe miliknya ditutup sudah ada penjaga malam yang bertugas menjaga dan memegang kunci pagar,” ungkap Apo.
Istri Apo menjelaskan senada, saat itu mereka sudah tidur di rumahnya No 67 di kawasan cafe Pondok Kapuas. Malam itu ia memang mendengar suara orang yang lalu lalang keluar masuk cafe, namun ia tak menggubrisnya karena sudah biasa.
Yang membingungkan Apo, di lokasi terparkir mobil Nissan Serena warna silver dengan nomor polisi, B 188 NCI, yang terdapat logo kepolisian di sampingnya. Sampai kemarin Apo mengaku tidak tahu siapa pemiliknya. Apo menjelaskan bahwa mobil itu diketahuinya ada di cafenya sejak Senin (6/2) pagi dan tidak tahu siapa yang memarkirnya di situ.
Mobil tidak dipindahkan oleh pemiliknya karena dalam kondisi mogok yang saat sebelum kejadian sempat didorong ke samping rumahnya karena menghalangi jalan masuk cafe. Di tempatnya tersebut memang biasa ada warga yang menitipkan mobil untuk numpang parkir di situ, dan yang menjaga adalah Yadi.
Apo bingung dengan keberadaan mobil tersebut, ia khawatir harus berbuat apa jika nanti ada orang yang mengaku sebagai pemilik mobil lantas membawa pergi mobil itu tanpa sepengetahuannya atau pihak kepolisian.
Syarif Husein, Ketua RT01/RW21 juga tidak tahu siapa pemilik mobil. Ia hanya dapat kabar pelaku penculikan dan penganiayaan di café RT-nya ada enam orang, “Tapi masih belum jelas juga sih,” katanya.
Laporan: Ahmad Mundzirin, Iman Santosa, IGK Yudha Dharma
Editor: Mohamad iQbaL