eQuator.co.id – Penantian 9 bulan itu berakhir. Pak Boss, begitu saya biasa memanggil Dahlan Iskan, akhirnya setuju: menerbitkan buku baru. Disaring dari ratusan artikelnya yang terbit di Disway, blog pribadinya.
Saya tidak sendirian mengelola Disway. Keroyokan. Bersama beberapa kawan. Masing-masing dengan keahliannya. Semua bekerja sukarela. Tidak berhonor. Karena sama-sama menyukai tulisan Pak Boss, eh, Abah Dahlan Iskan.
Achmad Zaini menangani web design, grafis, ilustrasi sekaligus uploader. Zen, begitu panggilannya, seorang seniman. Almuni ISI Jogjakarta. Creative director di perusahaan jasa komunikasi: Doubletape.
Iwan dan Prayit menyediakan server. Sekaligus mengelolanya. Agar tidak down. Lantaran banyaknya aksesor. Kakak beradik ini pengusaha jasa internet: Sewiwi Indonesia atau SwIN.
Ada lagi Julius. Yang membangun website dan mobile apps. Ia dulu bekerja di Indosat. Kemudian berwirausaha. Bersama istrinya membuka usaha penjualan online. Sembari mengerjakan order pembuatan website dan mobile apps.
Saya sendiri menjadi editor. Mengoreksi tulisan Abah sebelum terbit. Hanya koreksi kecil. Umumnya hanya salah ketik. Karena Abah menulis dengan handphone. Sering typo. Atau memberi usul untuk menulis ‘’ini’’ atau ‘’itu’’.
Gagasan menerbitkan buku ini muncul dari diskusi beberapa kali dengan Dr Ir H Indrasakti Wahyu Saidi. Ia alumni ITB. Lalu menjadi pengusaha.
Mengaku sebagai ‘’murid ideologis’’ Dahlan Iskan, ia pernah membuka 420 restoran bakmi. Di dalam dan luar negeri. Dulu. Pada kartu namanya, ia menulis: Wahyu Saidi, Alumni ITB – Tukang Bakmi.
Pak Boss setuju-setuju saja dengan rencana penerbitan buku itu. Tapi, kami diminta menunggu. Sampai naskahnya cukup untuk buku 200 halaman.
November 2018 lalu, Pak Boss tiba-tiba berkirim pesan. Dari Pyong Yang atau Tiongkok. Saya lupa-lupa ingat. Pak Boss membolehkan naskahnya diterbitkan menjadi dua buku. Masing-masing berbeda tema.
Buku pertama bertema pengalaman pribadinya: menjalani operasi selang sepanjang 50 Cm. Untuk menambal aorta jantungnya yang robek. Naskah buku ini sudah selesai. Siap diterbitkan. Kapan-kapan.
Buku kedua bercerita tentang orang-orang yang ditemuinya. Selama menjadi wartawan Disway: wartawan satu-satunya. Pak Boss merasa terinspirasi dari orang-orang itu.
Pucuk dicinta ulam tiba. Gagasan menerbitkan buku disambut penerbit Noura Books. Maka, jadilah buku yang Anda baca. Beredar perdana pada 14 Februari 2019. Diedarkan secara ekslusif oleh Rakyat Kalbar, koran utama di Pontianak. (JTO)
*Joko Intarto, redaktur tamu Rakyat Kalbar