eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Orasi disampikan para orator dari Tugu Digulis Untan hingga ke Kantor KPU Kalbar di Jalan Subarkah, Kota Pontianak, Selasa (21/5). Massa yang mengatasnamakan Gerakan Kedaulatan Rakyat Kalimantan Barat (GKRKB) mengkritisi Pemilu 2019 sebagai yang paling buruk. Pasalnya, banyak penyelenggara pemilu yang meninggal dunia dan sakit.
Suara takbir terus menggema. Mereka tampak berdiri, mengenakan pakaian berwarna putih dan membawa banner yang bertuliskan “Hidup Mulia atau Mati Sahid! Kalimantan Bergerak Menegakkan Kedaulatan Rakyat.”
Aksi tersebut digelar dalam rangka menyikapi proses pemilu yang dinilai mereka curang. “Kita hanya minta ditenggakkan keadilan. Hanya minta ditegakkan kebenaran, dan pasangan calon presiden (Capres) nomor urut 01 didiskualifikasi,” kata salah satu orator yang disambut dengan teriakan takbir.
Tampak Sultan Pontianak, Syarif Machmud Alkadrie dan emak-emak bersama massa pendemo. Sekira pukul 15.48 WIB, massa bertolak ke Kantor KPU Kalbar guna menyampaikan aspirasinya kepada penyelenggaraan pemilu.
Sebelum keberangkatan tersebut, salah stau orator menyampaikan kepada massa, agar menjaga kondusivitas dan keamanan, serta kedamaian di wilayah Kota Pontianak.
Hingga pukul 17.12 Wib, ratusan massa masih berkumpul di depan Kantor KPU Kalbar. Aksi tersebut pun dijaga ketat aparat kepolisan. Pintu pagar Kantor KPU ditutup rapat. Di depan pagar, polisi wanita berbaris memagari massa, agar tak merengsek masuk.
Selain itu, dua unit mobil panser TNI juga nampak disiagakan. Satu unit panser berjaga di depan masuk Jalan Subarkah. Sementara satu unit lainya disiagakan didepan Kantor KPU Kalbar.
Satu unit mobil bak terbuka dijadikan panggung orasi. Dua corong toa ditujukan ke kantor KPU. Orasi yang disampaikan secara bergantian oleh pemimpin-peminpin aksi pun terdengar begitu lantang dan menggema. Sultan Pontianak, Syarif Machmud Alkadrie ikut menjadi orator.
Menggunakan jubah putih, pria yang karib disapa Malvin itu, gegap gempita menyampaikan kritik terhadap proses pemilu, yang dinilai sarat kecurangan. “Pemilu kali ini adalah yang paling buruk,”kata Malvin, dengan lantang saat beroasi didepan Kantor KPU Kalbar.
Didepan para aparat yang berjaga, Malvin menuding KPU sebagai penyeleggara pemilu, abai terhadap sejumlah pelanggaran pemilu. “Laporan kecurangan tidak pernah digubris. Tidak pernah diteruskan,” ucapnya.
Diakhir orasinya, Malvin mendesak KPU Kalbar bisa bersikap. Dalam meneggakan keadilan. Dan menemui massa yang hadir. Jika tidak, ia mengancam massa akan kembali melakukan aksi susulan serupa. “Kalau tidak ditegakkan, besok (hari ini, red) kami akan mendatangi kantor KPU lagi,”pungkasnya.
Aksi diwarnai teriakan kalimat takbir mereda menjelang waktu berbuka puasa. Begitu azan berkumandang, massa berbuka puasa dan melaksanakan salat Magrib di depan Kantor KPU Kalbar.
Tuntutan pendemo ditanggapi Ketua KPU Kalbar, Ramdan. Dia mengapresiasi adanya aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat terkait Pemilu 2019, sebagai hak warga negara yang diatur berdasarkan undang undang dan aspirasi ini menjadi bagian dari pesta demokrasi.
Terkait aspirasi yang disampaikan oleh ratusan warga yang hadir di KPU Kalbar atas tuntutan keadilan yang, berkaitan dengan mekanisme penyelanggaraan pemilu, setelah ditetapkan dan diumumkan bersangkutan sengketa hasil bisa diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) sesuai dengan tahapan bahwa pengajuan itu 3×24 jam setelah ditetapkan dan diumukan. “Jadi ada waktu sampai tanggal 24 Mei proses pengajuan, dan proses pengajuannya di pusat,” jelasnya
Kemudian, KPU Provinsi Kalbar juga menunggu proses dari perseta pemilu tingkat pusat yang mengajukan ke MK dan akan disampaikan KPU RI. Kemudian, KPU RI tentu akan memerintakah, menyampaikan, mengokodir KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota. “Kami tinggal menunggu waktu, menunggu proses terkait hal tersebut,” ungkapnya
Adanya aspirasi dari mahasiswa dan masyarakat akan tetap dilaporkan ke KPU RI mengenai adanya tuntutan KPU bersikap adil.
Laporan: Abdul Halikurrahman, Andi Ridwansyah, Tri Yulio HP
Editor: Yuni Kurniyanto