Pembentuk “Games for Life” yang Berakhir

Oleh: Dahlan Iskan

Chen Chun Sing

eQuator.co.id – Bagaimana hasil pemilu internal Singapura? Begitulah pertanyaan pembaca Disway. Soal kelanjutan edisi hari Minggu lalu. Ternyata ada juga yang tertarik. Soal tema yang membosankan itu.

“Hasilnya sudah diketahui sejak sebelum pemilu,” jawab saya. Karena itu saya bermaksud tidak perlu menulis hasil pemilu itu.

Tapi baiklah. Kadang kita perlu hal yang membosankan. Agar bisa menghargai hal yang menarik.

Chen Chun Sing, Heng Swee Keat, dan Ong Ye Kung terpilih di pemilu itu. Sudah tahu kan? Sudah ada di Disway pada hari sebelum pemilu kan?

Maka pembaca sudah harus terbiasa menghafal nama Chen Chun Sing. Itulah perdana menteri Singapura di tahun 2021 atau 2022 kelak.

Tentu ada saja yang kecewa. Tapi bukan karena Chun Sing yang terpilih. Lebih karena ini: mengapa tokoh idola mereka tersisih. Padahal tokoh ini amat pintar. Juga amat populer. Termasuk di kalangan mayoritas masyarakat Tionghoa Singapura.

Namanya sulit diucapkan: Tharman Shanmugaratnam. Umur 61 tahun. Agar mudah diucapkan, Shanmugaratnam  diberi nama Tionghoa: 尚达曼. Baca: Shang Da Man.

Jabatannya saat ini adalah deputi perdana menteri. Juga menko. Yang membawahi ekonomi, keuangan, dan sosial.

Kalau saja pemilihan dilakukan dengan cara Indonesia, Shang Da Man akan terpilih. Begitu populernya Shanmugaratnam. Sejak tahun 2011 lalu. Sejak terpilih jadi anggota DPR. Dari dapil Jurong. Yang perolehan suaranya mencapai 79 persen. Padahal ia keturunan Tamil. Leluhurnya dari Srilanka.

Shang Da Man putra profesor terkemuka: K Shanmugaratnam. Ahli pathologi. Perintis banyak hal. Di dunia kedokteran Singapura.

Shang Da Man adalah alumni ekonomi dari London School of Economics. Masih melanjutkan lagi ke Harvard. Dengan kelulusan terbaik.

Ahli keuangan dunia mengakui kehebatannya. Tahun 2007 sudah menjabat menteri keuangan Singapura. Setahun sebelum krisis keuangan dunia.

Shang Da Man lebih populer lagi saat menjabat menteri pendidikan. Ia tanamkan pendidikan kepribadian lewat olahraga. Ia utamakan pembentukan karakter siswa. Lewat kerja sama tim. Dalam permainan olahraga. Ia terbitkan buku wajib ini. Berjudul ”Game for Life: 25 Journeys”.

Kalau pembaca mau, saya bisa tulis yang satu itu. Agar diketahui: apa itu Game for Life. Agar terlihat: ternyata ada juga yang tidak membosankan di Singapura.

Shang Da Man juga pernah menantang debat terbuka. Dengan tema: rumah untuk rakyat. Sebagai jawaban atas kritik seorang anggota DPR. Yang diangkat (bukan dipilih) untuk mewakili kelompok masyarakat kecil: Gerald Giam.

Tahun itu Gerald membuat pernyataan: rakyat kian tidak mampu membeli apartemen. Akibat terus naiknya harga rumah di Singapura.

Shang Da Man menyanggah: keluarga berpendapatan sekecil 1.000 dolar pun dijamin bisa beli rumah. Ada skema untuk kalangan pendapatan terkecil itu.

Pendapatan 1.000 dolar ia sebut terkecil. Entahlah sama dengan berapa rupiah sekarang.

Semua kehebatannya entah akan diabdikan ke mana. Sejak hari Minggu lalu, Shanmugaratnam sudah tidak duduk di Central Executive Committee, partai penguasa lagi. Demikian juga tokoh lain: Theo Chee Hean. Yang juga deputi perdana menteri.

Keduanya mundur. Atau diminta mundur.

Masuklah tokoh muda seperti Mayjen Chen Chun Sing. Yang disebut sebagai pemimpin masa depan. Dari generasi 4G Singapura. Berakhir pula politik dinasti Lee di sana. (dis)