Pelototi Berkas Caleg 16 Jam Sehari, Lupa Mandi, Kurang Tidur, Bawa Anak

Sibuknya Petugas KPU Memverifikasi Peserta Pileg 2019

DICEK BETUL-BETUL. Petugas KPU melakukan verifikasi bakal Caleg di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (20/7). Fedrik Tarigan-Jawa Pos
DICEK BETUL-BETUL. Petugas KPU melakukan verifikasi bakal Caleg di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (20/7). Fedrik Tarigan-Jawa Pos

Proses verifikasi berkas calon anggota legislatif menjadi bagian penting dalam tahapan pemilu. Diperlukan fokus dan ketelitian petugas KPU yang ditunjuk. Tak heran bila si petugas sampai lupa mandi dan kurang tidur.

BAYU PUTRA, Jakarta

eQuator.co.id – Kesibukan di ruang-ruang berukuran 5 x 7 meter di lantai 3A Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis malam lalu (19/7) tampak belum menunjukkan akan berakhir. Padahal, sudah hampir tengah malam. Suasana masih gayeng. Petugas KPU masih harus merampungkan tugasnya memverifikasi ribuan berkas calon anggota legislatif (caleg) dari seluruh daerah pemilihan di Indonesia.

Mereka mesti berlomba dengan waktu. Pasalnya, proses verifikasi itu di-deadline Sabtu (21/7). Sedangkan berkas yang diperiksa tidak sedikit. Total ada 8.269 caleg dari 16 partai peserta Pemilu 2019. Padahal, berkas persyaratan yang harus dipenuhi seorang caleg bisa berlembar-lembar. Sedikitnya ada 11 dokumen yang harus diserahkan. Maka, bila ditotal, berkas yang harus diteliti petugas KPU mencapai lebih dari 91 ribu dokumen.

Berkas-berkas itu dimasukkan di boks-boks plastik berlogo partai politik yang menumpuk di ruang-ruang verifikasi. Setiap ruang dipakai untuk verifikasi berkas caleg dua partai. Sedangkan petugas yang memproses berkas caleg 4–5 orang untuk setiap partai. Sementara itu, untuk memperlancar proses verifikasi, setiap partai diminta menyiapkan enam liaison officer (LO).

Tidak sembarang orang bisa masuk di ruang-ruang verifikasi itu. Sebab, dokumen-dokumen caleg tersebut bersifat personal dan penting sebagai bukti persyaratan.

“Kalau sedang tidak ada orang di ruangan, misalnya istirahat, ruangan itu dikunci,” kata Razi Sabardi, salah seorang petugas verifikasi yang bertanggung jawab melayani caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI), saat ditemui Kamis malam (19/7).

Sebelas dokumen yang harus disiapkan setiap caleg, antara lain, ijazah pendidikan terakhir, KTP, SKCK (surat keterangan catatan kepolisian), surat keterangan sehat, bebas narkoba, hingga riwayat hidup.

“Kalau dia mantan pejabat, dokumennya bisa lebih dari sebelas jenis,’’ terang alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta itu.

Di ruang verifikasi berkas caleg PDIP, misalnya, ada puluhan boks merah dengan logo partai banteng berisi setidaknya 6.325 lembar dokumen yang harus diverifikasi. Tapi, bisa jadi lebih bila ada tambahan dokumen.

Pada Pemilu 2019, PDIP mengajukan jumlah caleg maksimal untuk DPR, yakni 575 orang. Jumlah caleg maksimal juga diambil sembilan partai lainnya.

Sementara itu, di ruang verifikasi PKPI, hanya terdapat satu boks berukuran besar. Partai yang dipimpin Diaz Hendropriyono tersebut memang hanya mengajukan caleg tidak sebanyak PDIP dan sembilan partai besar lainnya. PKPI hanya mengajukan 177 caleg, sehingga bila berkasnya lengkap, minimal ada 1.947 lembar berkas.

Pekerjaan verifikasi dilakukan tim divisi teknis KPU. Seluruh petugas dikerahkan ditambah beberapa personel dari divisi lain. “Mereka bekerja tanpa sif, tinggal bersepakat saja dengan LO partai,’’ terang Komisioner KPU Ilham Saputra.

Meski demikian, tidak berarti mereka bisa mengatur waktu seenaknya. Sebab, ribuan dokumen tersebut harus sudah terverifikasi dalam waktu dua hari.

Ilham menjelaskan, verifikasi dibagi dua tahap. Pertama adalah pengecekan kelengkapan dokumen. Pengecekan dilakukan bersama LO. Tahap kedua verifikasi kebenaran dan keabsahan dokumen. “Di bagian ini, kami sendiri yang mengerjakan. LO kami suruh pulang,’’ lanjutnya.

KPU melakukan cek silang terhadap dokumen. Misalnya, apakah benar kepolisian mengeluarkan SKCK atas nama caleg A atau tidak. Alhasil, waktu kerja menjadi nyaris nonstop. Rabu lalu (18/7) verifikasi dimulai sejak pukul 08.00 setelah pendaftaran caleg ditutup malam sebelumnya. Ada pula yang sepakat dengan LO untuk memulai pukul 10.00. Bila sama-sama mulai lelah, mereka bersepakat dengan LO untuk beristirahat sejenak.

Macam-macam yang dilakukan saat istirahat. Mulai makan, sekadar berjalan-jalan di selasar, turun ke lobi hotel, hingga mencari ruang khusus untuk merokok.

“Ada juga yang sampai keluar ke pinggir jalan raya. Katanya mau lihat keramaian. Tapi, kami tidak boleh ke mana-mana sampai tugas selesai,’’ lanjutnya.

Kadang, di tengah kerja verifikasi, demi mengurangi kebosanan, ada saja yang dilakukan petugas. Misalnya, menyiapkan makanan ringan. “Saya sempat bilang ke LO-nya PSI, ’Mbak, saya puter musik ya’,’’ tutur Razi.

Yang jelas, segala cara dilakukan untuk mempertahankan konsentrasi. Sebab, tidak boleh ada kesalahan sedikit pun saat verifikasi.

Kalau saat ditelaah daftar dokumennya sudah lengkap, tapi petugas lalai memberi tanda ceklis pada salah satu dokumen, buntutnya bisa panjang. Bahkan, bisa terjadi kesalahpahaman antara LO dan petugas KPU.

”Tantangan utamanya memang ketelitian selama 16 jam bertugas ini,” tutur Razi.

Ditambah lagi, tidak semua partai menyusun dokumennya dengan baik. Bahkan, ada yang membingungkan. ”Misalnya, ada yang dikelompokkan di dapil A, namun tercatat di dokumen di dapil B,” urainya.

Ada pula yang dokumennya tidak umum. Contohnya ijazah pendidikan luar negeri. Karena formatnya berbeda dengan ijazah Indonesia, kadang petugas sempat dibuat bingung. Bila itu terjadi, LO harus siap menjelaskan. Meskipun terkadang LO juga tidak bisa memahami 100 persen dokumen yang disiapkan caleg.

Karena terlalu berfokus pada tugas verifikasi, Razi mengaku sempat lupa mandi. ”Khusus untuk tugas verifikasi ini, saya sampai lupa mandi. Jadi, mandinya sehari sekali. Dari kemarin pagi (18/7), baru tadi sore (19/7) saya mandi,” ujar dia, lantas tertawa. Razi dan para petugas verifikasi lainnya memang diinapkan di Hotel Borobudur agar lebih efektif.

Sejak sepekan lalu mereka telah masuk hotel. Tidak ada waktu lagi untuk pulang ke rumah yang lokasinya bisa jadi jauh dari kantor. Bagi Razi yang masih bujang, tentu tidak ada persoalan. Lain halnya dengan yang sudah berkeluarga. Karena itulah, kadang ada yang membawa anaknya ke hotel.

Khusus verifikasi pada Rabu lalu, semua anggota tim verifikator dan LO partai sepakat mengakhiri pekerjaan pukul 01.00. Selebihnya dilanjutkan pada pagi harinya agar fokus tetap terjaga. Sebagian partai juga menginapkan LO-nya di hotel tersebut.

Razi mengungkapkan, selain sebagai petugas verifikasi, dirinya bertugas di bagian help desk. Dia melayani semua LO parpol yang memerlukan informasi. Tidak jarang mereka menanyakan hal yang sama berulang-ulang. Misalnya, apakah dalam tahapan tertentu bisa mengganti calon atau mengganti nomor urut.

Dampaknya, ponsel Razi pun tidak berhenti berdering. Bahkan saat dia tidur.

”Semalam saya tidur jam 2, bangun jam 6. Saya tinggal sarapan, ternyata sudah ada 35 missed call. Entah siapa saja itu,” ucapnya.

Begitu pula halnya saat melayani verifikasi. Kadang dia abaikan saat sedang sibuk memverifikasi. Namun, bila terlihat urgen, dia meminta izin kepada LO untuk menerima panggilan telepon.

Sementara ini, tugas Razi dan tim verifikasi selesai. KPU akan mengembalikan dokumen-dokumen yang perlu perbaikan kepada parpol.

”Partai bisa memperbaiki sampai 31 Juli nanti,” ujar Ketua KPU Arief Budiman. (Jawa Pos/JPG)