eQuator.co.id – Pontianak-RK. Rekaman adegan mesum dalam toilet, yang diperankan siswa berseragam sekolah, menghebohkan masyarakat Pontianak dan sekitarnya, beberapa hari belakangan ini. Dugaan sementara, lokasi pengambilan video itu berada di sebuah fasilitas umum di Kabupaten Kubu Raya.
Informasi yang diperoleh Rakyat Kalbar, pelakon siswi perempuan merupakan pelajar salah satu SMP negeri di Kota Pontianak. Sedangkan pemeran pria dalam video tersebut hampir serupa dengan salah seorang anak yang bersekolah di SMP Negeri 4, Desa Kapur, Kubu Raya.
Ditemui di kantor Dinas Pendidikan Kubu Raya, Kepala SMPN 4 Desa Kapur, Kubu Raya, SP Supardi menyambut baik upaya media yang melakukan konfirmasi. “Sekilas yang laki-laki memang mirip dengan siswa kita yang duduk di kelas IX. Sejauh ini kami tidak bisa memastikan, lantaran belum dapat keterangan langsung dari yang bersangkutan,” bebernya, Rabu (8/11).
Lanjut dia, seragam yang digunakan siswa mirip yang biasa dikenakan pelajar di sekolahnya. “Saat kita lihat, ternyata ceweknya menggunakan jilbab putih. Berarti dipastikan bukan siswa kita, saya merasa lega,” ungkap Supardi.
Dikatakannya, setelah mendapat file rekaman gambar hidup beradegan mesum tersebut, pihaknya langsung menggelar rapat. Kemudian coba memanggil orangtua yang anaknya sekilas mirip dengan pemeran video itu.
“Namun tidak datang. Makanya, sebelum ada kejelasan langsung, baik dari orangtua maupun pihak kepolisian, kami anggap ini belum pasti. Kami pasrahkan semuanya ke pihak kepolisian,” paparnya.
Ia sangat prihatin dengan peristiwa tersebut. Semuanya di luar kemampuan para pengurus sekolah.
“Karena kami hanya bertanggung jawab terhadap siswa selama jam sekolah dan dalam lingkungan sekolah. Tapi kejadian ini di luar jam sekolah,” terang Supardi. “Hanya saja tetap akan menjadi bahan evaluasi kita dalam hal pengawasan, terlepas nanti apakah memang murid sekolah kami atau bukan,” sambungnya.
Konsekuensinya, kata dia, siapa saja siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib tetap akan mendapatkan sanksi. Termasuk memberhentikan si siswa.
“Tapi mengeluarkan secara hormat,” pungkas Supardi.
Adegan tidak pantas tersebut terindikasi dilakukan di toilet Taman Bhayangkari, Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Dalam video, dua pelajar melakukan seks oral. Rakyat Kalbar menelusuri lokasi tersebut beserta sejumlah media.
Sebuah bangunan berdinding kaca berdiri tepat di sebelah kanan pintu masuk utama fasilitas umum itu. Di belakang bangunan itulah toilet berada.
Sebelah kiri bangunan banyak semak belukar, seperti dalam rekaman video yang beredar. Toilet tidak tertutup sepenuhnya. Tidak beratap dan dindingnya berkerawang.
Dari sebuah lobang di kerawang tersebut lah si perekam merekam adegan tak senonoh dua pelajar tersebut. Toilet itu sendiri tidak beratap, lantainya jorok dan banyak tergenang air.
Bangunan itu dekat pinggir jalan raya. Tidak jauh dari keramaian, hiruk pikuk lalu lalang kendaraan terdengar jelas.
Kabid Pembinaan Sekolah Menengah Pertama dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kubu Raya, Syarif Muhammad Firdaus pun prihatin atas beredarnya video mesum tersebut dalam media sosial. Semakin masygul karena peristiwa itu melibatkan siswa berseragam yang diduga berlokasi di fasilitas umum Kabupaten Kubu Raya.
“Kedepannya kita akan meningkatkan pengawasan kepada sekolah,” tuturnya.
Untuk dugaan seorang dari dua pemeran video mesum merupakan murid salah satu SMPN Kubu Raya, ia belum bisa memastikannya. “Kita sudah kontak sejumlah sekolah. Memang ada yang mengakui satu dari pelaku mirip dengan muridnya. Namun kebenarannya belum bisa dipastikan, sebab sekolah belum bertemu dengan yang bersangkutan secara langsung,” papar Firdaus.
Tapi, lanjut dia, tetap saja peredaran video itu jadi bahan evaluasi pihaknya. Tentunya evaluasi tersebut harus mendapat dukungan dan peran semua pihak. Terutama para orangtua.
“Tanpa adanya dukungan dari orangtua, upaya dalam pengawasan ini tidak akan berjalan optimal. Harapan kita, orangtua bisa mensupport, khususnya untuk di luar jam sekolah,” pintanya.
Terpisah, Kepala Disdikbud Kota Pontianak, Mulyadi belum mendapatkan informasi terkait video tersebut. “Sampai sekarang tidak ada laporan, tidak ada, saya sudah cek kepada seluruh Kepala SMP, saya sudah cek tidak ada. Itu bukan,” ujarnya, Rabu (8/11).
Ia menambahkan, sejauh ini, semua SMP di Pontianak telah melaksanakan pendidikan karakter. Untuk pelajar yang muslim dibiasakan membaca Alquran. Yang nonmuslim tentunya membaca kitab suci masing masing.
“Ada literasi-literasi yang lain, sudah berjalan,” terang Mulyadi.
Senada, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Pontianak, Darmanelly. Ia menyatakan, untuk mencegah terjadinya kenakalan dan permasalahan anak, pihaknya sudah memberikan sosialisasi kepada orangtua perihal bagaimana menghadapi anak-anak zaman sekarang.
Karena perbedaan zaman, ia menjelaskan, berbeda pula perlakuan terhadap anak. Zaman dulu lebih kepada nasihat orangtua atau menceritakan kisah inspiratif dan ada juga dengan membacakan dongeng kepada anak. Sedangkan untuk anak zaman sekarang cukup menuliskan apa yang ingin dicarinya di Google, atau media sosial, maka banyak hal didapat.
“Nah, mungkin sebaiknya kita kasih info ke anak-anak agar cerdas dalam memanfaatkan teknologi informasi ini. Anak-anak harus pandai memilah apa yang terbaik bagi dirinya,” sebut Darmanelly.
Kemajuan teknologi tak bisa dihindari, kata dia. Untuk itu orangtua dan lingkungan yang baik sangat diperlukan untuk membinanya.
“Karena yang namanya anak-anak kan meniru dan lebih senang dengan hal-hal yang baru. Misalnya kita bilang jangan lakukan, itu justru mereka ingin tau melakukan yang jangan tadi itu,” jelasnya.
Orangtua dan kalangan dewasa pun, ia menyebut, harus memberikan contoh yang bagus kepada anak-anak. “Karena ya itu tadi, anak-anak sifatnya meniru,” tukas Darmanelly.
Selain itu, harus juga menyampaikan kepada anak-anak bahwa bermedia sosial ada aturannya. Misalnya tidak boleh membuli, mengupload foto atau gambar-gambar porno, kekerasan, maupun bersifat mengganggu kestabilan NKRI.
“Kominfo juga harus lebih menggencarkan internet cerdas. Karena mereka (anak-anak dan remaja,red) terkadang lebih pintar dari orang dewasa dalam menggunakan internet,” jelasnya.
Untuk menghindarkan anak dari pergaulan bebas, dijelaskannya, Pemerintah Kota Pontianak mempunyai program dan kegiatan. Salah satunya Forum Anak yang ada dari tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota. Semuanya merupakan agen-agen perubahan bagi anak-anak.
“Jadi kita titipkan kapasitas pengetahuan kepada anak-anak bagaimana tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga anak-anak lebih bertanggung jawab untuk memelihara kesehatan reproduksinya,” tutur Darmanelly.
Imbuh dia, “Dan anak-anak kan cenderung untuk berkomunikasi sebaya, jadi kita bentuk juga namanya pendidik sebaya dan konselor sebaya. Mereka mungkin akan curhat sesama anak”.
TINDAKLANJUTI PENYEBAR
KONTEN DI DUNIA MAYA
Di sisi lain, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kalbar, Alik R. Rosyad mengaku telah berkoordinasi dengan institusi terkait. Dalam hal ini kepolisian, untuk menindaklanjuti beredarnya video mesum tersebut.
“Kita belum bisa memastikan dan menyimpulkan, ini masih kita dalami mengenai pemeran ataupun TKP (tempat kejadian perkaranya)-nya,” ujar dia, dihubungi Rakyat Kalbar, Rabu (8/11).
Jika itu benar, KPAID akan melakukan pendampingan, mengunjungi sekolah siswa bersangkutan. Tujuannya memberikan penyadaran bahwa apa yang telah dilakukan tersebut merupakan hal yang salah.
“Karena nanti akan mendapatkan tekanan dari lingkungan sosialnya,” tutur Alik.
Ia juga meminta aparat terkait mencari orang yang menggunggah video tersebut di dunia maya. Agar si oknum penyebar dijerat oleh hukum.
“Menindaklanjuti penyebar konten itu, baik pelakunya dewasa maupun bawah umur, dan tentunya beda perlakuan hukumnya,” terangnya.
Sebenarnya, terungkap atau tidak, beredar atau tidak, ia menyebut perilaku anak-anak tersebut sangat miris. Ironis memang, anak seusia itu telah sedemikian jauh berperilaku seperti halnya orang dewasa.
“Sangat prihatin tehadap benteng moral yang sudah rapuh, berseragam SMP apalagi di area publik. Ini yang terdokumentasikan (direkam), belum lagi yang tidak,” papar Alik.
Ia meminta hal ini jadi perhatian bersama semua pihak. Peran orangtua untuk membentuk pertahanan diri anak di luar rumah sangat diperlukan. Anak harus kuat dan tangguh menghadapi lajunya perkembangan teknologi setakat ini.
“Kita mengingatkan orangtua untuk memantau pergerakan anaknya,” tutupnya.
Sementara itu, Polresta Pontianak belum menerima laporan terkait video mesum tersebut. “Belum ada, ndak ada yang lapor,” tutur Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol M. Husni Ramli. Imbuh dia, “Polda sedang membahas kasus ini”.
INDIKASI KERUSAKAN DI
BAGIAN FRONTAL KORTEKS
Psikolog Pontianak, Maria Nofaola, menganalisa dua rekaman video yang belakangan menghebohkan. Pertama, video kekerasan di SMK Bina Utama Pontianak dan video anak tak berbuat senonoh ini. Peristiwa tersebut dilihatnya dari sudut pandang keilmuan.
Kata dia, otak Amygdala pada remaja berkembang lebih dahulu dibandingkan korteks frontalnya. Reaksi instink remaja berpusat di Amygdala, termasuk untuk respon takut dan perilaku agresif.
“Ini kondisi remaja,” ujarnya dihubungi Rakyat Kalbar, Selasa (7/11).
Tugas korteks frontal adalah berpikir logis dan menanggapi berbagai hal beserta sebab akibatnya, serta memutuskan tindakan. Korteks frontal akan lebih baik saat masa dewasa.
“Frontal korteks itu bagian otak yang mempertimbangkan, menganalisa perilaku, baik atau tidaknya,” ungkap Maria.
Remaja, dikatakan Psikolog di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie ini, lebih cenderung action dulu dibanding mempertimbangkan perilakunya. Mereka melakukan banyak hal cenderung karena emosi sesaat.
“Mensyuting tindakannya tanpa memikirkan efeknya dari rekaman itu,” tukasnya.
Menurut dia, tidak semua orang yang pada saat remaja melakukan kekerasan atau perbuatan yang melawan hukum, setelah dewasa nantinya menjadi pelaku kriminal. Sebab, dengan pembinaan dan bimbingan, mereka nanti bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
“Kondisi saat ini, mereka tidak berpikir panjang, kalau marah ya marah, kalau pengen mukul ya mukul. Tapi dengan binaan yang baik, pendidikan formal maupun agama mereka menjadi lebih baik lagi,” jelas Maria.
Terkadang, ada juga seorang anak berperilaku baik di rumah. Tapi, di luar rumah justru menjadi kasar. Maria berpendapat, banyak hal yang menyebabkan itu. Ada banyak tekanan dalam keluarga yang membuat anak tidak berani mengepresikan perasaannya.
Nah, ketika si anak di luar, ia memiliki power. Merasa lebih besar dibandingkan orang lain. Akhirnya, mengepresikan perasaannya, berperilaku kasar terutama dengan orang yang dianggapnya lemah.
“Jadi belum tentu anak yang kasar di luar itu, di rumah juga kasar. Bisa jadi sebaliknya,” ucap Maria.
Perbedaan mental dan perilaku anak di dalam dan di luar keluarga ini dapat diselesaikan dengan konseling, terapi perilaku. Sama hal dengan kasus Asusila. Dikatakan Maria, remaja tersebut mungkin saja sudah ada masalah dengan pornografi sebelumnya.
Tindakan asusila tersebut, lanjut dia, pasti ada pencentusnya. Jika sampai perbuatan tersebut semakin berat, artinya sudah ada masalah dengan moral dan etika mereka. Berarti sudah ada sedikit kerusakan di bagian frontal korteksnya. Akibatnya, mereka tidak mampu mengontrol dan memikirkan bahwa tindakan itu berbahaya.
“Kemungkinan besar seperti itu. Jadi tidak semata-mata langsung melakukan, tapi paling tidak dia pernah melihat gambar, pernah menonton video (porno),” demikian Maria Nofaola.
Laporan: Syamsul Arifin, Ambrosius Junius, Maulidi Murni
Editor: Mohamad iQbaL