Pejuang Sahur yang Tak Tidur

Demi Membangunkan Warga Rasau Jaya

PEJUANG SAHUR Keliling Desa Rasau Jaya, Kecamatan Rasau, Kabupaten Kubu Raya, Sabtu (18/5) para pejuang sahur membangunkan warga agar tidak telat makan sahur. Tri Yulio/Rakyat Kalbar

Setiap pukul 02.00 WIB selama bulan suci Ramadan 1440 Hijriah, puluhan remaja Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, berkeliling kampung. Mereka membangunkan warga agar tidak telat untuk makan sahur.

Tri Yulio HP, Kubu Raya

eQuator.co.id – Berbekal segala macam alat pukul dan pengeras suara, mereka membangunkan warga untuk segera sahur. Mereka boleh dibilang pejuang sahur. Bahkan, beberapa diantara mereka, tidak ada yang tidur. Demi bisa membangunkan warga agar bisa makan sahur tepat waktu.

Bermodalkan niat, aktivitas ini sudah dilakukan sejak tahun 2013. Tak ada bayaran atau gaji bagi mereka. Hanya mengharapkan pahala dari Sang Ilahi.

Gustian, satu diantara pejuang sahur mengatakan, setelah salat Tarawih, mereka masih berkumpul di Masjid Baitur Rahman. Sebagian yang telah lelah pilih tidur di dalam masjid. Sebagai yang tidak mengantuk melakukan beragam aktivitas di sekitar masjid, Tepat pukul 02.00 WIB, waktunya untuk membangunkan sahur. Meski cuaca hujan, tidak mematahkan semangat mereka untuk keliling kampung. “Walaupun lelah, kami semua tetap semangat. Inilah cara untuk mengumpulkan kawan-kawan,” kata Gustian

Hari ke-15 puasa, Rakyat Kalbar mencoba mengikuti aktivitas para pejuang sahur. Dalam keadaan mata yang sayu, masih ngantuk harus terjaga. Semangat agar bisa merasakan bagaimana menjadi pejuang sahur mematahkan rasa kantuk.

Seru. Apalagi ketika meneriakkan, sahur…sahur.. sekencang-kencangnya, dan berjoget joget sesuai irama.

Saat membangunkan warga agar sahur, pembagian tugas dilakukan. Siapa yang menabuh gendang dari drum bekas, kaleng, dan ember disertai sorak. Mengandalkan gerobak yang ditarik sepeda motor, membawa 3 orang pemukul alat berirama.

Setelah selesai mengelilingi Desa Rasau Jaya, rombongan pejuang sahur kembali ke masjid. Irama gendang berubah menjadi alunan musik yang dinyanyikan para pejuang sahur, tidak peduli suara sudah habis, yang penting mereka merasa senang.

Sampai di masjid, para pejuang sahur langsung menyimpan peralatan. Mereka bergegas menuju rumah masing-masing untuk sahur bersama keluarga.

Editor: Yuni Kurniyanto