-ads-
Home Ekonomi Pasokan Cabai Aman Pasca Lebaran

Pasokan Cabai Aman Pasca Lebaran

Ilustrasi. Net

eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan saat ini ketersediaan aneka cabai aman. Salah satu indikatornya, Jawa Timur sebagai sentra produksi budidaya “Si Pedas” tersebut terpantau sedang melimpah karena petani sedang panen.

 

Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi, menegaskan di lapangan produksi cabai secara nasional memadai. Hingga saat ini, panen masih terus berlangsung di sentra produksi, bahkan di Jawa Timur kemarin berlimpah.

-ads-

 

“Bulan Juni ini saja secara nasional kita surplus banyak. Cabai merah surplus sampai 36 ribu ton dari kebutuhan 65 ribu ton. Produksinya sampai 101 ribu ton. Untuk rawit merah kita surplus sampai 37 ribu ton dari kebutuhan 77 ribu ton. Produksinya sampai 115 ribu ton,” kata Suwandi di Jakarta, Senin (17/6).

 

Oleh karena itu, Suwandi menekankan kalau memang kekurangan produksi, harga sudah mahal terus sejak sebelum Ramadhan kemarin hingga saat ini. Bahkan Lebaran bisa melambung tidak terkontrol harganya.

 

“Tapi faktanya harga cabai secara nasional normal. Pertanaman dan tata niaganya telah diatur sehingga ketersediaan dan harga cabai aman,” ujarnya.

 

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab menambahkan pihaknya telah mengawal ketat pengaturan pola tanam cabai di semua daerah terutama sentra produksi. Ketersediaan produksi cabai untuk Lebaran ini sudah diatur sedemikain rupa 4 bulan kebelakang.

 

“Jadi kita sudah prognosakan, kebutuhan nasional butuh berapa ton, terus kita proyeksikan, harus ada pertanaman berapa hektar 3 sampai 4 bulan sebelumnya,” katanya.

 

Ismail menjelaskan kalau bulan Juni 2019 ini prognosa produksi cabai merah 115 ribu ton, maka harus ada cabai yang ditanam seluas 43 ribu ha periode Januari sampai April. Cabai rawit merah pun seperti itu, yakni kalau bulan Juni prognosa produksi 101ribu ton, maka harus ada yang ditanam seluas sekitar 38ribu ha periode Januari sampai April.

 

“Cabai kan bisa dipanen berulang. Itulah cara kami menstabilkan pasokan. Padahal secara kebutuhan jauh dibawah prognosa produksi. Jadi tidak ada kekurangan produksi karena tidak ada pertanaman untuk dipanen,” jelasnya.

 

Faktanya, sebut Ismail, dalam dua bulan terakhir ini yaitu Mei-Juni 2019, rata-rata pasokan cabai yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) yaitu cabai merah keriting 22 ton per hari dan cabe rawit merah 34 ton per hari. Kemudian pasokan bawang merah pun aman yakni mencapai 50 ton per hari.

 

Pada hari ini tanggal 17 Juni 2019 pasokan cabai merah masuk ke PIKJ, cabai merah besar 5 ton per hari, cabai merah keriting 35 ton per hari, cabai rawit merah 59 per har, dan 16 ton per hari cabe rawit hijau. Begitu pun pasokan bawang merah sangat memadai kebutuhan yakni 66 ton per hari.

 

“Jumlah pasokan tersebut meningkat dari biasanya. Terpantau beberapa hari terakhir ini bahwa pasokan cabai dan bawang merah stabil dan tidak terjadi penurunan dalam jumlah yang berarti,” ucapnya.

 

“Pasokan cabai di PIKJ sebagai konsumsi untuk warga DKI Jakarta dan sekitarnya, pasokan selalu stabil berkat upaya Pemerintah salah satunya yaitu sudah terlaksananya penambahan sentra sentra wilayah produksi cabai dan bawang merah yang menyebar di seluruh pulau Indonesia,” pinta Ismail.

 

Sementara itu, Juhara, salah satu seorang champion cabai asal Bandung menuturkan bahwa Bandung sebagai salah satu buffer zone cabai jabodetabek terus ada panenan. Pola Tanam Nasional diatur oleh Ditjen Hortikultura, petani yang eksekusi di lapangan.

 

“Jadi tidak ada masa produksi yang terputus. Baik off season maupun musim tanam secara umum. Kami champion koordinasi aktif dengan dinas dan penyuluh pertanian lapangan,” katanya.

 

Juhara menegaskan hal ini dapat dicek di lapangan, di mana Bandung selalu ada pertanaman cabai. Jadi kebiasaan petani harus bisa rubah, jangan giliran harga bagus baru ramai ramai tanam. Kalau pertanaman sudah diatur, harga juga akan stabil, karena pasokannya juga stabil.

 

“Hari ini cabai keriting tingkat petani sekitar Rp 18 ribu per kilogram. Kalau rawit merah sekitar Rp 10 ribu per kilogram,” akuinya.

 

Hal senada juga disampiakan Suyono, Ketua Paguyuban Petani Cabai Indonesia Kabupaten Kediri. Ia mengatakan menjaga stabilisasi pasokan kuncinya ada di kepatuhan dalam pelaksaan Manajemen Pola Tanam Cabai. Sudah tiga tahun petani berusaha keras menjaga pola tanam yang sudah diatur oleh Ditjen Hortikultura.

 

“Alhamdulillah, hasilnya sangat memuaskan. Konsumen bisa memperoleh cabai dengan harga yang bersahabat, petani juga bisa menikmati keuntungan. Bahkan saat ini panenan cabai di Jawa Timur melimpah,” sebutnya. (*/ril/ova)

Exit mobile version