eQuator.co.id – Pontianak-RK. Pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah mengarahkan banyak kebijakan untuk membawa perekonomian Indonesia lebih cepat. Di tengah keterlambatan beberapa negara yang selama ini menjadi boster pertumbuhan ekonomi dunia.
Kepala Kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Wilayah Kalbar, Taufan Febiola mengatakan pada level ini, pemerintah memberikan arahan dan ekspektasi kepada BEI secara sistem terkait langsung dengan sektor rill. Di mana perusahaan-perusahaan industri menengah dan besar selama ini memang sudah melakukan alternatif pendanaan melakui BEI dengan melakuka IPO, saham dan obligasi yang kepemilikannya bisa dimiliki oleh masyarakat Indonesia di semua lapisan.
“Ketika negara lain telah berkompetisi dan memiliki daya saing tinggi terhadap industri dan produk-produk yang dihasilkan, kita memang baru memulai untuk mengejar ketertinggalan dan daya saing kita. Apalagi kita sudah memasuki Masyarakat Ekonomi Asean,” terangnya, baru-baru ini.
Oleh sebab itu, kata Taufa, kebutuhan daya atau cost of fund yang rendah menjadi kemutlakan dan kunci utama Indonesia, apakah bisa bersaing dengan produk negara lain.
“Untuk itu kebijakan pemerintah terhadap tingkat suku bunga perbankan dipastikan akan terus turun, ditekan turun dengan policy-policy sedemikian rupa untuk menunjang itu. Dan di sinilah peran pasar modal untuk lebih berperan, karana selama ini biaya yang dikeluarkan untuk mencari pendanaan bagi pengusaha dan perusahaan lewat pasar modal sangat terjangkau sekali,” paparnya.
Selama 2015 saja, lanjut Taufan, untuk biaya melakukan IPO secara total cost net-nya hanya 4 persen dari total dana yang di founding. Sementara memasuki tahun 216 ini biayanya turun menjadi 3,7 persen.
“Jadi tren biaya pasar modal yang sudah murah akan semakin murah. Ini tentunya untuk mendorong sekror rill kita, agar memiliki daya saing yang lebih kuat kedepannya,” lugas Taufan.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Arman Hairiadi