eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Festival Paret 4.0 dan Pentas Seni yang digelar pada 23-24 Maret 2019 di Sungai Putat, Kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara sudah berakhir.
Ketua Kreasi Sungai Putat (KSP) Syamhudi mengatakan, pesta rakyat digelar ini merespon keadaan parit yang ada di Kota Pontianak. Selain itu juga mendorong bahwa parit bagian dari ruang publik yang perlu perhatian.
“Tidak hanya di daratan saja. Ikon Pontianak itu selain Kota Khatulistiwa, tetapi Kota Seribu Paret (Parit, red). Gambut hilang kota hilang, paret hilang peradaban hilang. Festival ini tahun ke empat,” kata Syamhudi, Selasa (26/3).
Syamhudi menjelaskan, ke depan pihaknya akan menyuguhkan data terkait Sungai Putat. Konsep kegiatannya yaitu untuk menyuguhkan suasana desa di tengah kota. “Kita dorong masyarakat yang punya kemampaun, kita berikian panggung. Sebab selama ini warga yang aktif di sanggar agak jarang diakomodir oleh pemerintah kota. Mari sama-sama untuk mengembalikan paret dan menjaga kebersihannya,” ujarnya.
Pesta rakyat itu menggelar berbagai kegiatan. Diantaranya, dialog ide kota masa depan, kota rasa desa, pameran inovasi: pertanian, kuliner khas umkm, kerajinan dan peluncuran invovasi Kelurahan Siantan Hilir Sutan Betapa (Sungai Putat Yang Bersih Tanpa Sampah).
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, mengaku bangga karena kegiatan tersebut berasal dari ide warga. Dia sangat mengapresiasinya.
“Ini adalah inisiasi dari kelompok masyarakat di Sungai Putat. Saya mengapresiasi kegiatan ini karena bergerak dalam menjaga lingkungan dan seni budaya,” ucap dia.
Kata Edi, parit sangat dekat dengan kehidupan yang berfungsi sebagai drainase. Karena, air akan pasang dan surut, air sangat dekat dengan kehidupan dan sebagai peradaban di Kota Pontianak. “Masalah pencemaran parit oleh limbah, industri maupun rumah tangga menjadi PR kita bersama,” kata Edi.
Sementara Camat Pontianak Utara, Aulia Candra menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah tiap tahun dilaksanakan dan akan terus dilakukan. Tujuannya untuk mengembalikan marwah parit dan mengembalikan kecintaan warga kepada parit.
“Kita berharap parit di Kota Pontianak ini jangan sampai tertutup jangan sampai tercemar,” kata Aulia Candra.
Kemudian dengan adanya inovasi yaitu Sutan Betapa Aulia berharapa Sungai Putat ini bersih tanpa sampah. Dalam hal ini, mereka juga rutin mengadakan gotong royong.
“Kita mendorong mereka dan memunculkan inisiasi mereka untuk membersihkan parit. Untuk anggaran kegiatan dari pemerintah, kelurahan dan swadaya masyarakat,” pungkasnya.
Sementara warga Kelurahan Siantan Hilir, Bambang Riyanto, menilai, sekarang ini Kota Pontianak telah masuk ke revolusi industri 4.0. Maka permasalahan urbanisasi tidak bisa dibendung. “Nanti akan banyak orang-orang akan datang ke Pontianak Utara selain menjadi wilayah terluas di Kota Pontianak juga terbanyak penduduknya. Secara geografis selain luas, Pontianak Utara juga masih dilintasi kehijauan,” kata Bambang.
Sementara itu dia mengatakan, dengan adanya Taman Sungai Putat maka itu harus dijaga dan kembangkan. Bambang berharap, sungai dan parit bisa terus terjagan sampai ke anak-anak cucu. (lid)