Para Korban Berlatih Selam

Mulai Rancang Evakuasi Bertahap

eQuator.co.idMAE SAI–RK. Dibutuhkan waktu sepuluh hari untuk menemukan 12 bocah Thailand yang raib bersama pelatih sepak bola mereka sejak 23 Juni lalu. Kini, setelah menemukan, tim penyelamat internasional butuh waktu lebih lama untuk mengevakuasi mereka dari Tham Luang Nang Non, salah satu gua terpanjang di perbukitan Doi Nang Non.

Gubernur Chiang Rai Narongsak Osottanakorn menjadi jujukan media sejak Senin (2/7). Pemimpin Provinsi Chiang Rai itu terus dikerubuti sejak Rick Stanton dan John Volanthen menemukan 12 personel tim sepak bola remaja Mae Sai beserta pelatihnya.

”Saya hanya bisa mengatakan bahwa semua orang yang terlibat dalam misi ini sedang bekerja keras. Mereka bahkan belum beristirahat sejak hari pertama,” ujar Narongsak.

Dalam jumpa pers kemarin (4/7), sang gubernur menegaskan bahwa proses evakuasi akan menguras waktu dan tenaga. Juga, emosi. Sebab, jika tim penyelamat memilih skenario paling aman, keluar dari gua dengan berjalan kaki, mereka harus menunggu sampai sekitar empat bulan lagi. Tepatnya, sampai musim hujan berganti. Di Thailand, musim hujan berlangsung sampai Oktober.

Namun, Gary Mitchell dari British Cave Rescue Council (BCRC) mengatakan bahwa keluar dari gua dengan cara menyelam adalah opsi paling populer.

Itu juga menjadi solusi yang dipilih keluarga korban dan sebagian besar masyarakat Thailand. Kemarin bocah-bocah itu mulai menjalani latihan selam bersama unit khusus Angkatan Laut (AL) Thailand, Seal.

”Mereka bisa saja mengeluarkan anak-anak itu secara bertahap. Yakni, menyelam ke lokasi lain yang lebih dekat dengan mulut gua dan berhenti di sana. Demikian terus sampai mulut gua. Itu butuh proses panjang,” papar Mitchell kepada Associated Press.

Opsi menyelam bertahap itu, menurut dia, hanya akan berjalan lancar jika genangan air banjir di dalam gua tidak bertambah tinggi.

Hujan deras yang bisa datang tiba-tiba menjadi ancaman yang paling serius dalam misi evakuasi para korban dari perut gua yang kaya stalaktit dan stalagmit tersebut.

Selain berlumpur, genangan air banjir di dalam gua juga berarus deras. Karena itu, Seal tidak bisa sembarangan mengajak para korban nekat menyelam menuju mulut gua. Apalagi, sebagian anak-anak itu tidak bisa berenang.

Kemarin tim khusus Seal melatih anak-anak itu cara memakai peralatan selam. Terutama, menggunakan masker oksigen. Tapi, latihan dasar tersebut belum lengkap. Sebab, anak-anak itu seharusnya berlatih membawa peralatan selam dan bernapas dengan masker oksigen di dalam air. Padahal, arus banjir sedang deras-derasnya kemarin.

Rencananya, tim penyelamat membawa anak-anak itu keluar secara bertahap. Namun, tidak seperti skenario Mitchell, Narongsak mengatakan bahwa anak-anak itu tidak akan keluar bersama-sama. ”Mereka yang paling siap dan kondisi fisiknya paling kuat akan keluar lebih dahulu,” ujarnya.

Sementara menunggu anak-anak itu siap, tim penyelamat bergantian mengirimkan makanan kepada para korban. Seorang dokter dan seorang perawat bahkan ikut menginap di lokasi para korban terperangkap pada Selasa (3/7). Setelah mendapat makanan cair berupa gel penambah energi, kemarin anak-anak itu mengonsumsi ketan dan daging serta susu.

Kemarin Wakil Perdana Menteri (PM) Prawit Wongsuwan berkunjung ke gua di Mae Sai, Provinsi Chiang Rai, tersebut. Dia kagum pada semangat para korban yang mampu bertahan dalam kondisi sulit selama sepuluh hari. Dia juga mengapresiasi tim penyelamat yang bekerja tanpa mengenal lelah.

Mayjen Bancha Duriyaphan, seorang petinggi militer, mengatakan bahwa tim penyelamat akan segera menyambungkan kabel telepon ke lokasi para korban terperangkap. Dengan demikian, anak-anak itu bisa berbincang dengan keluarga yang menunggu di luar. Sayang, upaya tersebut belum berhasil kemarin.

”Setelah ada sambungan telepon, ketegangan akan berkurang. Anak-anak itu bisa bertukar kabar secara langsung dengan keluarga mereka,” ungkap Mayjen Chalongchai Chaiyakum, jubir militer Thailand. Jika anak-anak itu tidak lagi tegang dan tertekan, dia yakin upaya evakuasi akan menjadi lebih mudah.

Senin lalu Stanton dan Volanthen membutuhkan waktu tiga jam untuk menuju lokasi terperangkapnya para korban. Untuk kembali ke pintu utama gua dari lokasi para korban, mereka membutuhkan waktu sekitar tiga jam lagi. Jarak dari mulut gua ke lokasi para korban 2–4 kilometer.

Alex Daw yang menjabat komandan Pasukan Pemadam Kebakaran West Midlands pernah menjadi supervisor Stanton selama enam tahun. Sebelum bergabung dengan BCRC, Stanton adalah personel pemadam kebakaran. Oleh timnya, dia dikenal sebagai sosok yang teliti, penuh perhitungan, dan tidak mudah panik. (Jawa Pos/JPG)