Panji : Jangan Ada Lagi yang Menggali Batu di Bukit Matuk

Lebih 3.000 Warga Terdampak Banjir di Sekadau

TINJAU LOKASI. Bupati Melawi, Panji (mengenakan peci), meninjau ke lokasi kejadian longsor di Bukit Matuk, Desa Pemuar, Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Jumat (1/3). Dedi Irawan-RK

eQuator.co.id – Melawi-Sekadau-RK. Pascalongsor di Bukit Matuk, Desa Pemuar, Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, aktivitas lalulintas berjalan normal. Setelah sejumlah alat berat dikerahkan. Mengangkut dan menggeser material tanah bercampur batu. Yang menutupi ruas jalan Melawi-Sintang.

Proses pembersihan jalan memakan waktu lebih kurang delapan jam. Oleh anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Melawi, TNI/Polri, BS-PBK, dan Tagana.

Ditemui Sabtu (2/3), Kasat Lantas Polres Melawi, AKP Aang Permana mengatakan, pengguna jalan harus tetap hati-hati. Karena jalan di lokasi longsor itu masih licin. Meskipun sudah dibersihkan menggunakan alat pemadam kebakaran oleh BS-PBK.

“Akses jalan sudah mulai terbuka kurang lebih sekitar pukul 01.00 WIB, namun sisa-sisa tanah masih membuat jalan menjadi licin, setelah disiram oleh BS-PBK sudah agak berkurang, namun harus tetap hati-hati,” pintanya.

Kejadian longsor tersebut tak terlepas dari kerusakan alam yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia. Seperti aktivitas galian batu yang kerap dijumpai jika melintasi bukit Matuk. Sehingga banyak pihak meminta agar aktivitas penggalian batu oleh warga sekitar tidak lagi dilakukan.

Bupati Melawi, Panji, yang memantau langsung ke lokasi pun kembali meminta masyarakat tidak lagi menggali batu di daerah tersebut. Ia mengatakan, seharusnya bila sudah dilarang pemerintah, janganlah larangan tersebut diabaikan.

Larangan galian batu tentu ada alasannya. Yakni demi keamanan dan kenyamanan masyarakat itu sendiri.

“Kalau kita taat dan mengikuti apa yang dilarang, maka kejadian ini tentu tidak akan terjadi, maka jadikan kejadian ini sebagai momen yang mengajak kita untuk sadar, untuk keselamatan bersama dan kepentingan bersama, jangan kedepankan ego kita untuk kepentingan pribadi,” tegas Panji. Ia pun berharap, kasus longsor bukit Matok ini merupakan yang terakhir kalinya terjadi.

Terkait wacana pembuatan peratutan daerah (Perda), pemerintah kabupaten akan mempelajari berbagai aturan yang ada. Baik dari sisi undang-undang maupun aturan lainnya.

“Kalau memang harus ditindaklanjuti dengan Perda, maka kita buatkan Perda, tapi kalau tidak mungkin ada surat larangan, kalau itu dilanggar, maka bisa proses hukum,” terangnya.

Imbuh Panji, “Kalau dari undang-undang lingkungan hidup, kan sudah jelas ini (galian) melanggar, hanya selama ini kita tempatkan para pelaku dan pekerja yang ingin kita hormati, bukan harus diburu-buru, kita minta ya sadar bersama, mari pahami betul, berhentilah menggali”.

Ia menyatakan, langkah antisipasi harus dilakukan. Diantaranya dengan menyiagakan alat berat bila terjadi longsor susulan.

“Kita kemarin setelah ada kejadian jalan yang nyaris putus di Sayan, memang memperkirakan akan ada beberapa tempat yang bisa longsor, ternyata terjadi longsor di bukit Matok ini, ini teguran agar kita tidak merusak alam,” demikian Bupati Melawi.

WARGA SEKADAU DIMINTA

TETAP WASPADA BANJIR

Sementara itu, ratusan kilometer jauhnya, meski sudah berangsur surut, banjir yang menerjang tiga kecamatan di Sekadau, Jumat (1/3) hingga Sabtu (2/3), berdampak besar bagi warga. Tak kurang 3.000 warga terkena dampaknya.

Pemerintah Kabupaten Sekadau langsung turun tangan. Wakil Bupati Sekadau, Aloysius, bersama Plt. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Sekadau, Afronius Akim Sehan, turun ke lokasi.

Bersama sejumlah pejabat terkait, wakil bupati yang karib disapa Aloy itu berkunjung ke tiga kecamatan yang diterjang banjir, Sabtu pagi (2/3). Tiga kecamatan yang dikunjungi, masing-masing Kecamatan Nanga Mahap, Nanga Taman dan Sekadau Hulu.

Di beberapa titik yang terendam banjir, Aloy bersama tim BPBD-PK Sekadau harus mengendarai perahu karet. Ia sempat turun ke rumah warga yang terendam banjir.

Aloy berpesan agar masyarakat tetap berhati-hati. Meningkatkan kewaspadaan. Karena ditakutkan air kembali naik. Terlebih saat ini, potensi curah hujan juga masih cukup tinggi.

“Kita sudah arahkan semua pihak agar berkoordinasi menanggulangi banjir ini. Kita juga sudah membantu kebutuhan warga,” terangnya.

Dalam kunjungan itu, Pemkab langsung menggelontorkan bantuan seperti mie instan dan lainnya. Juga terus melakukan pendataan warga yang terkena banjir.

Berdasarkan data yang dihimpun, banjir membuat ratusan rumah, sejumlah sekolah dan rumah ibadah, di Kecamatan Nanga Mahap, Kecamatan Nanga Taman, dan Kecamatan Sekadau Hulu, terendam banjir. Dengan ketinggian air mencapai 2 meter. Banjir juga membuat hampir seribu kepala keluarga dengan lebih dari 3.000 jiwa terdampak.

BPBD-PK Kabupaten Sekadau mencatat, di Kecamatan Nanga Mahap, banjir merendam beberapa desa. “Diantaranya Desa Nanga Mahap, Tembesuk, Batu Pahat, dan beberapa desa lainnya,” kata Edy Prasetiyo, Sekretaris BPBD-PK Sekadau.

Banjir juga merendam beberapa desa di Kecamatan Nanga Taman dan Sekadau Hulu. “Data sementara yang kita himpun, ada ribuan warga yang terdampak banjir tersebut,” pungkasnya.

Seperti diketahui, hujan lebat yang mengguyur Kabupaten Sekadau sejak dua hari terakhir, mulai berdampak terjadinya banjir. Tak kurang tiga kecamatan, masing-masing Kecamatan Nanga Mahap, Nanga Taman dan Sekadau Hulu diterjang banjir sejak Jumat dinihari (1/3).

Daerah terparah dilanda banjir adalah Desa Nanga Mahap, Kecamatan Nanga Mahap. Selain menggenangi rumah warga, banjir juga memutus akses trasportasi jalan, seperti jalan dari dusun Tanjung Melati menuju pusat Kecamatan Nanga Mahap. Sehingga kendaraan tidak bisa melintas.

Selain itu, satu sekolah di dusun Tanjung Melati, seperti SD Negeri 19 juga tergenang banjir sehingga aktivitas belajar mengajar di sekolah ini diliburkan. Hingga kemarin, sekolah tersebut juga masih diliburkan karena lumpur akibat banjir belum dibersihkan.

 

Laporan: Dedi Irawan, Abdu Syukri

Editor: Mohamad iQbaL