eQuator.co.id – JAKARTA—RK. Pelaku penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto, Sayhril Alamsyah, diduga kuat terafiliasi dengan kelompok teroris. Yakni Jamaah Ansharut Dulah (JAD), khususnya ranting Bekasi.
Penusukan terhadap Wiranto terjadi pukul 11.55. Saat Wiranto turun dari mobilnya, dua ajudannya telah berada di samping kiri dan kanan. Kapolsek Menes Kompol Dariyanto juga telah berada di samping Wiranto.
Pelaku menyerobot masuk dari belakang mobil, lantas menusuk mantan Panglima TNI tersebut sebanyak dua kali. Semua orang di sekitarnya coba melindungi Wiranto. Pelaku lantas menyerang secara brutal, melukai tiga orang lain, yakni Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, Staf Kemenkopolhukam Fuad Sauki dan seorang ajudan Danrem.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan, Menkopolhukam terluka di bagian perut kiri. Terdapat dua luka karena tusukan tersebut.
”Kondisinya diharapkan stabil,” paparnya.
Kapolsek mengalami luka di bagian punggung. Luka itu dialami saat mencoba menghalangi tusukan pelaku ke arah Wiranto.
”Makanya luka di punggung, menghalangi agar tidak tertusuk lagi,” jelasnya.
Untuk dua korban lainnya, Dedi belum bisa mengkonfirmasi kepastiannya. Dedi menjelaskan bahwa pihaknya baru menerima informasi bahwa korbannya dua.
”Kalau korban lainnya, mungkin ada,” tuturnya.
Pelaku penusukan, setelah diamankan, langsung dilakukan pemeriksaan. Hasilnya, diduga kuat terafiliasi dengan JAD Bekasi. Pelaku bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara, yang direkrut oleh Abu Zee, amir JAD Bekasi.
”Sudah kuat dugaannya ke JAD,” ungkapnya.
Lalu, ada seorang perempuan yang berinisial FA yang juga diamankan. Dedi menuturkan bahwa FA ini beradai di dekat pelaku penusukan tersebut.
”Kemungkinan besar ada hubungan tertentu, entah keluarga atau bagaimana,” paparnya.
Diketahui, Abu Zee sendiri telah tertangkap 8 Mei 2019 lalu, karena merencanakan aksi teror. Selain itu, Abu Zee diketahui juga sebagai penyandang dana kelompok tersebut. Informasi yang diterima Jawa Pos, Abu Zee ini yang menikahkan Syahril Alamsyah dengan FA alias Fitri.
Apakah masih ada anggota JAD yang masih membahayakan? Dedi menjelaskan bahwa Densus 88 Anti Teror bekerja keras untuk mendeteksi anggota kelompok tersebut. Sehingga, siapapun anggotanya yang masih terapapar paham terorisme akan diproses hukum.
”Tentu dideteksi terus,” jelasnya.
Setelah dirawat di RSUD Pandeglang, Wiranto lantas dibawa ke Jakarta untuk dirawat di RSPAD. setibanya Wiranto di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Presiden Joko Widodo langsung memantau kondisinya. Usai bertemu Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono, Jokowi menemui Wiranto. Dia ditemani Kepala BIN Budi Gunawan, Mendagri Tjahjo Kumolo, Mensesneg Pratikno, Mensos Agus Gumiwang, dan Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin.
Usai menjenguk, Jokowi mengatakan Wiranto dirawat dalam kondisi stabil dan sadar. Namun, masih dalam perawatan tim dokter RSPAD.
“Masih dalam penanganan oleh tim dokter di RSPAD dalam proses operasi,” ujarnya.
Terkait penanganan kepada pelaku, Jokowi mengaku sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Kepala BIN Budi Gunawan yang didukung TNI untuk melakukan pengusutan. Bukan hanya sebatas pelaku, namun juga jaringan terorisme yang terkait aksi tersebut.
“Jaringan ini harus dikejar dan dituntaskan, diselesaikan,” imbuhnya.
Selain itu, untuk memaksimalkan keselamatan para pembantunya di kabinet, Jokowi akan meminta Kapolri untuk meningkatkan pengamanan. Mantan Walikota solo itu tidak merinci, namun dia menekankan harus lebih baik.
Terakhir, kepada masyarakat, Jokowi mengajak untuk terus memerangi radikalisme dan terorisme. “Hanya dengan upaya bersama, terorisme dan radikalisme bisa kita selesaikan dan berantas dari negara yang kita cintai,” tuturnya.
Insiden penyerangan terhadap Wiranto sendiri diduga berkaitan dengan kelompok terorisme. Meskipun belum dipastikan lewat pemeriksaan mendalam, namun Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menegaskan siap mendampingi korban terkait pengungkapan jaringan tersebut.
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Soebroto. Dia menjelaskan Wiranto dalam kondisi baik. ’’Insya Allah dokter di sini sangat berpengalaman,’’ katanya. Wiranto dioperasi untuk proses penyembuhan.
Terkait dengan pengawasan atau pengawalam Menteri, JK mengatakan sudah ada prosedurnya. Pengawalan dilakukan oleh peronel kepolisian. Dia menuturkan kasus yang menimpa Wiranto benar-benar tidak disangka.
’’Ini (kasus, Red) pertama kali. Ada orang yang memang mencederai pejabat dengan tikaman,’’ jelas politisi senior Partai Golkar itu.
Menurut JK kasus yang menimpa Wiranto jelas akan menjadi bahan evaluasi. Dia mengatakan bahwa di Indonesia kelompok radikal itu masih ada. Masih berkeliaran.
Namun JK menuturkan kasus ini tidak memengaruhi pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. JK mendoakan supaya Wiranto selesai menjalani operasi bisa segera pulih kembali. JK menuturkan ketika dia menjenguk posisi Wiranto masih di kamar operasi. Dia meminta masyarakat ikut mendoakan penanganan medis Wiranto.
Menteri Kominfo Rudiantara tidak mau berandai-andai bahwa pelaku penikaman ke Wiranto imbas dari kebebasan internet. ’’Saya tidak mau berspekulasi,’’ katanya usai mendampingi JK dalam proses topping off Gedung Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Jakarta. Dia menegaskan ada lembaga yang lebih berwenang dari pada Kementerian Kominfo untuk melakukan analisi kasus itu.
Terkait dengan pengamanan dirinya selaku Menteri, Rudiantara menuturkan jika pengamanan terlalu ketat nanti dianggap tidak mau dekat dengan rakyat. Sebaliknya jika pengamanan terlalu longgar, terjadi kasus yang tidak diinginkan. Apakah dia lantas menjadi was-was, Rudiantara mengatakan yang pasti was-was adalah teman-teman ajudan. Dia menegaskan kasus penikaman itu adalah kasus yang tidak manusiawi.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Saadi mengutuk keras penyerangakan terhadap Wiranto di alin-alum Menes, Pandeglang itu. Menurut Zainut, apapun alasannya tindakan brutal seperti itu tidak bisa ditoleransi. ’’Ajaran agama manapun tidak membenarkan tindakan kekerasan, menebar ketakutan, dan mencelakai orang yang tidak berdosa. Apalagi sampai membunuh,’’ tuturnya.
Zainut mengatakan MUI menduga pelaku kasus itu anggota dari jaringan terorisme yang masih beroperasi di Indonesia. Dugaan ini menyadarkan masyarakat bahwa Gerakan paham radikan dan terorisme masih aktif di Indonesia. Sehingga menuntut kewaspadaan bersama. MUI meminta polisi untuk mengusut kasus ini sampai tutas dan ditemukan motifnya.
Kepala LPSK Hasto Atmodjo menjelaskan saat ini pihaknya berkoordinasi dengan kepolisian dan menunggu ekspos hasil penyelidikan. “Kami masih menunggu ekspos apakah kasus penyerangan terhadap Menkopolhukam dikategorikan sebagai serangan terorisme,” terang Hasto kemarin (10/10).
Dia menyayangkan penyerangan yang ternyata sampai menargetkan pejabat sehingga perlu diusut tuntas karena juga berbahaya bagi masyarakat biasa. Menurutnya, cara-cara kekerasan seharusnya tidak terjadi karena sudah ada hukum yang berlaku untuk menyelesaikan permasalahan. Dengan kekerasan itu sendiri justru akan menambah korban jiwa.
“Kalau nantinya perbuatan pelaku penusukan dikategorikan terorisme, LPSK siap melindungi dan memenuhi hak-hak korban,” lanjutnya. (Jawa Pos/JPG)