eQuator – JAKARTA – Kondisi kebanyakan politisi Indonesia makin memprihatinkan dengan kian minusnya moral mereka. Buktinya sudah banyak, baik di pusat maupun di daerah-daerah.
“Apa yang dilakukan MKD DPR dan penunjukan Setya Novanto sebagai ketua fraksi Golkar, harus dikatakan politisi makin minus moral,” sindir Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, dalam diskusi “Menjaga Ingatan: Ekonomi dan Politik 2015” di Menteng, Jakarta, Sabtu (19/12).
Dia juga menyebutkan fenomena para calon kepala daerah mantan terpidana. Menurut Ray, para bekas terpidana itu tanpa malu mencalonkan diri kembali hanya berbekal pemberitahuan dan permintaan maaf kepada publik di media massa.
Namun yang menarik, di tengah kondisi para politisi yang seperti itu, ada keuntungan politik yang sedang dituai Presiden Joko Widodo. “Jokowi sebagai politisi yang kemarin masih terlihat mengambang-ambang, justru di penghujung tahun ini Jokowi mampu mengkonsolidasikan kekuasaan. Dia mulai atur menteri. Menterinya mulai ngeri-ngeri sedap dengan dia,” terang Ray.
Makin lemahnya kekuatan oposisi di parlemen dengan berbagai “cibiran” publik membuat oposisi tidak mendapat legitimasi politik yang kuat. “Setelah reshuffle jilid pertama itu pintu cukup baik bagi Jokowi melakukan konsolidasi. Makanya dia mengakhiri tahun ini dengan ketawa-ketiwi dengan para pelawak. Itu sinyal bahwa ‘saya mulai lepas landas’. Lawan politiknya mulai tertinggal,” katanya.
Seperti diketahui, pekan ini Presiden Jokowi dua kali mengundang kelompok pelawak dan komedian yang biasa tampil dalam stand up comedy dalam acara santap bersama.(ald)