eQuator.co.id – Siapapun harus berolahraga agar sehat dan bugar. Sekalipun itu pasien diabetes. Apalagi saat ini, masyarakat banyak terpapar makanan berkalori tinggi sehingga pasien diabetes tipe II meningkat jumlahnya. Diabetes tipe II yakni penyakit yang diakibatkan gaya hidup dan pola makan tak sehat.
Ternyata, dengan olahraga, pasien diabetes tipe II memiliki kualitas hidup lebih baik. Bentuk latihan fisik (exercise) untuk mendukung tatalaksana DM tipe 2 telah diteliti dan diketahui dapat menurunkan biaya kesehatan. Namun demikian implementasi latihan fisik dalam penatalaksanaan DM tipe 2 masih rendah. Terutama disebabkan belum lengkapnya petunjuk rinci program latihan maupun acuan pelaksanaannya.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Nani Cahyani melakukan penelitian latihan untuk pasian diabetes tipe II. Penelitian dengan dua tahap dilakukan perancangan latihan fisik berbasis kondisi pasien diabetes tipe II yang kemudian dievaluasi efeknya dengan randomized controlled trial (RCT).
Dengan demikian, dapat diperoleh program latihan yang dipastikan aspek keamanannya, selain juga efektif dan bermanfaat sebagai pilihan penyandang diabetes tipe II. “Dengan latihan yang kami terapkan, tubuh pasien mengalami peningkatan kebugaran, perbaikan pengendalian glikemik, dan penurunan stres oksidatif. Kualitas hidup akan lebih baik,” katanya baru-baru ini.
Program latihan dirancang mengombinasikan high intensity interval training (HIIT) tiga kali dan latihan beban dua kali per minggu. Studinya tersebut dilakukan selama 12 minggu dengan responden yang tepat sasaran, yakni 33 penderita diabetes. Responden yang mengikuti kegiatan ini kisaran usianya mulai 18-64 tahun. Mereka terdiagnosa diabetes tipe II, yang mana kadar gula darah terkendali sedang.
Selama jalannya penelitian, latihan HIIT itu dikombinasikan dengan latihan intensitas tinggi dan rendah. Responden melakukan latihan HIIT sebanyak tiga kali per minggu.
Latihan ini dilakukan selama satu menit, kemudian diikuti dengan latihan intensitas rendah selama empat menit. Pada saat itu, pasien berlatih menggunakan treadmill dan sepeda stasioner dalam situasi terkontrol.
Mereka giat berlatih di dalam ruangan dengan suhu ruangan ber-AC. Studi tersebut rupanya dilakukan selama 6 bulan tanpa putus.
Di samping latihan HIIT, para responden juga mengikuti latihan beban dua kali per minggu. Latihan beban terdiri atas 9 latihan untuk batang tubuh, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah. Beban yang digunakan seberat 2 kilogram.
“Semoga penelitian ini dapat berkontribusi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak,” tegasnya. (JawaPos.com/JPG)