Obama Berjibaku Amankan Suara

Sebut Donald Trump Tak Hormati Pekerja

eQuator.co.id – Suara massa yang memadati FIU Arena, Florida International University, Miami, langsung bergemuruh begitu melihat seorang personel Secret Service memasang seal presiden AS di podium. Melekatnya tanda bergambar American eagle yang mencengkeram batang zaitun dan 13 anak panah itu merupakan sinyal bahwa Barack Obama segera tiba.

Obama, yang telah dua kali merebut suara Florida, berusaha keras mengarahkan suporternya untuk mendukung Hillary Clinton. Selain Kamis (kemarin WIB), Obama akan kembali ke Florida pada Minggu (6/11). Dua hari menjelang hari H pemilu itu juga berbarengan dengan berakhirnya masa early voting di negara bagian paling tenggara Negeri Paman Sam tersebut.

Sepanjang lima hari menjelang puncak pemilihan presiden, Obama juga melakukan rally di battleground lain. Misalnya Charlotte (4/11) dan New Hampshire (7/11). Sebagai puncaknya, Obama dan first lady, Michelle, akan bergabung dengan Hillary, Bill Clinton, dan Chelsea dalam penutupan kampanye di Philadelphia, Negara Bagian Pennsylvania, pada Senin malam (7/11).

”Kita harus berusaha menuntaskan apa yang kita mulai delapan tahun lalu,” kata Obama. Kepada tak kurang dari 4.500 pendukung yang menyimaknya dengan saksama, Obama membeberkan kelebihan Hillary Clinton yang pernah menjadi menteri luar negerinya. ”Dia (Hillary Clinton, Red) bekerja keras saat membantu saya,” kata presiden keturunan Afrika-Amerika pertama di AS itu.

”Dia berada di Situation Room (ruang kendali di Gedung Putih, Red) saat penyergapan (Osama) bin Laden, keliling dunia sebagai Menlu, dan mendapatkan respek dari para pemimpin dunia,” tutur ayah dua anak tersebut.

Dia lalu berbicara tentang kandidat dari Partai Republik Donald Trump. ”Orang itu menghabiskan 70 tahun atau seumur hidupnya terlahir dengan sendok perak (orang kaya, Red). Dia tak menghormati orang yang bekerja keras,” ujarnya.

Obama juga menyebut Trump menghabiskan lebih banyak banyak waktu dengan para selebriti dan orang-orang superkaya. Dia menilai Trump tidak bersama para pekerja, meskipun itu adalah orang-orang yang membersihkan kamar atau memotong rumput di klub golf milik Trump sendiri.

”Jika kamu semua seorang pekerja, kamu semua ingin orang ini menang? Come on!” seru Obama, disambut seruan massa. ”Boooooo!” teriak mereka. ”Jangan! Jangan boo!” seru Obama.

”Vote!” Massa kembali berseru. Kali ini Obama tersenyum puas.

”Kamu tak bisa hanya boo. Dia (Trump, Red) tidak akan mendengar ejekanmu. Tapi, dia bisa mendengar pilihanmu,” kata Obama. ”Donald Trump itu uniquely tidak kompeten menjadi presiden,” ucap Obama. Publik di FIU Arena –yang sebagian dipenuhi anak muda– terkikik saat mendengar ucapan presiden gaul tersebut.

”Aku tidak bercanda. Hei, kamu jangan tertawa. Aku tak bercanda. Temperamennya tak layak menjadi commander in chief,” kata Obama dengan serius.

Obama menuturkan, AS saat ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan 2008, tahun ketika dirinya kali pertama memenangi pemilu. Itu juga merupakan masa krisis finansial yang membuat tingkat kemiskinan di AS terburuk sejak 1968. ”Kita telah menciptakan 15 juta lapangan kerja baru. Sebanyak 20 juta orang punya asuransi kesehatan, hal yang sebelumnya tak mereka punya,” ujarnya.

Secara teori, Hillary Clinton seharusnya bisa menang di Florida. Negara bagian itu memiliki populasi Latin hampir 30 persen. Itu terjadi, sekali lagi secara teori, jika mayoritas warga Hispanik tersebut membenci Trump.

Eduardo, 40, yang telah dua kali memilih Obama, mengatakan tidak ingin Obamacare dihabisi Trump. ”Tidak ada pilihan lain, kecuali memilih Clinton,” katanya. Laura, 19, tertarik untuk memilih Clinton karena program pendidikan yang ditawarkan. ”Dia sudah terbukti memperjuangkan itu sejak menjadi senator,” katanya.

Rally di Florida yang digalang dengan sangat intensif selama tiga hari terakhir ini memberikan angin segar buat Clinton. Jajak pendapat terbaru mengatakan bahwa mantan first lady itu telah mencapai limit angka dukungan yang empat tahun lalu diraih Obama. Sekaligus membuatnya memenangi Florida, yang merupakan battleground terbesar. Polling dari Univision News menyebut Clinton mendapatkan suara lebih dari 60 persen warga Hispanik. (*/c11/ca)