Dari awal berdiri pada 31 Januari 1926, Nahdlatul Ulama bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sekarang, NU terus bersuara agar Indonesia tetap berbentuk negara kesatuan.
Kamiriluddin (Sukadana), Kiram Akbar (Sanggau)
eQuator.co.id – Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalbar, Hildi Hamid, menghadiri Tabligh Akbar Podorukun Bersholawat di Desa Podorukun, Kecamatan Seponti, belum lama ini. Pria yang juga menjabat Bupati Kayong Utara ini meluncur ke sana juga untuk memperingati Hari lahir NU yang ke-91. Sebagai penceramah dipilih lah KH. Anwar Zahid dari Bojonegoro, Jawa Timur.
Mereka disambut hangat warga Kecamatan Seponti. Bahkan jamaah yang menghadiri kegiatan ini pun ada yang berasal dari luar Kecamatan Seponti dan Kayong Utara.
Dalam sambutannya, Hildi menyebut banyak persoalan-persoalan yang dihadapi di negeri ini dikarenakan demokrasi yang kebablasan. Juga munculnya pertentangan-pertentangan yang dapat memecah belah persatuan, serta gesekan-gesekan sosial di masyarakat. Bahkan, sambungnya, penggunaan teknologi yang tidak tepat sasaran turut mempengaruhi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ia mengajak semua kalangan untuk bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. “Meskipun mayoritas, kita perlu menjaga dan memelihara kultur yang kita miliki. Apalagi hampir sembilan puluh lima persen adalah warga nahdliyin. Oleh karena itu, ini harus diorganisir dengan baik karena warga nahdliyin terkenal dengan sopan santunnya yang baik,” ujar Hildi.
Menyikapi persoalan-persoalan yang terjadi di negeri ini, ia mengimbau agar seluruh rakyat Indonesia merapatkan barisan, menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. “Ayo, Kita jangan sampai kalah dengan kejahatan-kejahatan terorganisir,” serunya.
Di antara ceramahnya, KH. Anwar Zahid menyampaikan pesan kepada para pepimpin di negeri ini. “Bahwa, pemimpin itu haruslah berusaha agar menyejahterakan terlebih dahulu masyarakatnya. Selain itu, juga menyerukan agar keadilan hukum di negeri ini benar-benar ditegakkan. Jangan hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas,” tegasnya.
Tekunnya upaya NU menjaga keutuhan NKRI memunculkan kekaguman di kalangan umat kristiani. Salah satunya dinyatakan Bupati Sanggau, Poulus Hadi. Ia terang-terangan menyatakan kekagumannya kepada NU. Menurut dia, NU bersama dengan ormasnya (Banser dan Ansor) merupakan perekat bangsa untuk menjaga kedamaian, persatuan, dan kesatuan NKRI.
Poulus Hadi mencontohkan, ketika pelaku yang hendak mengebom gereja pada saat umat kristiani tengah beribadat di malam Natal di Mojokerto. Salah seorang anggota Banser yang sedang mengamankan misa Natal dengan sigap memeluk bom hingga terlempar sejauh seratus meter dan gugur seketika.
“Itu luar biasa.!,” ungkapnya, pada acara pembaretan Banser di Desa Tunggal Bhakti, Kecamatan Kembayan, Sanggau, Jumat (24/2).
Ia berharap, Banser dan GP Ansor dapat bekerja sama dengan berbagai ormas lainnya. Baik antar agama dan suku. Khususnya yang ada di Kabupaten Sanggau.
“Ayo bangun Sanggau ini, kita ingin besar bukan karena kelompok atau golongan tertentu, tapi karena kebersamaan,” ujar pria yang karib disapa PH ini.
Di saat yang sama, Pimpinan Cabang GP Anshor Kabupaten Sanggau, Hamka Surikati, kembali menegaskan bahwa Banser NU tak lepas dari empat pilar kebangsaan. “Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,” kata dia.
Sementara itu, Muhammad Nurdin, Pimpinan Wilayah GP Ansor Kalimantan Barat juga menyampaikan, Banser telah ada sejak sebelum kemerdekaan negara Indonesia yang langsung didirikan NU. Banser atau Barisan Ansor Serbaguna merupakan tenaga inti GP Ansor sebagai penggerak, pengemban, dan pengamanan program-program sosial kemanusiaan. Ia menuturkan, Ansor yang lahir dari ‘rahim’ NU dari dulu selalu konsisten menjaga NKRI tetap utuh dan jaya.
“Itu kenapa Ansor masih tetap eksis hingga sekarang, bagi kami NKRI itu harga mati,” ungkapnya.
Ansor, lanjutnya, didirikan dan dididik untuk mengabdi pada agama, ulama, pemerintah, dan negara. Ia meminta kepada seluruh kader Banser dan GP Ansor untuk mendukung program pemerintah, mulai dari tingkat dusun hingga kabupaten/kota. Selain itu, Banser dan GP Ansor juga harus bergandengan dengan ormas manapun untuk menjaga kedamaian. (*)