eQuator.co.id – Ini murni masalah ukuran. Tapi berkembang menjadi persoalan percaya diri, lalu merepet-repet kepada harga diri. Minyak kemiri, minyak rambut, silikon, minyak kasuari, sampai butiran-butiran kecil jadi bahan utama yang disuntikkan ke Mr P.
Memang, ada kalanya hubungan seksual tak seindah ekspektasi. Hal sepele seperti Mr P berukuran mini, kerap membuat sebagian pria kurang percaya diri (pede). Di Kaltim, tak sedikit yang memilih jalan pintas. Banyak cara dilakukan bagi yang tak puas dengan ukuran alat vitalnya. Mulai ramuan tradisional hingga suntik penis. Semuanya berujung di rumah sakit.
Lihatlah pengalaman Andi, bukan nama sebenarnya, yang tak percaya diri dengan ukuran penis alias Mr P-nya. Baginya dengan ukuran itu, dia tak bisa memuaskan pasangan dalam hubungan intim. Berpikir singkatlah dia memilih pengobatan alternatif. Informasi mengenai praktik memperbesar ukuran kelamin diperoleh dari seorang teman.
“Ini seperti Mak Erot-nya Samarinda. Ayo coba,” ujar Andi menirukan ajakan kawannya.
Mendapat secercah harapan, dia langsung melesatkan sepeda anginnya ke kawasan Samarinda Ulu. Kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group), Andi berujar lokasi praktik memperbesar penis ini tak menentu. Sebab “sang ahli” sering berpindah tempat tinggal.
Tindakan itu dilakukannya awal 2017. Setelah sampai, dia menunggu sekitar 1,5 jam. Seingatnya, ada dua pria tiba setelah dia datang. Tujuan mereka serupa, ingin memperbesar “senjata”.
“Saat giliran saya, ditanya lebih dulu mau sebesar apa? Kemudian penis saya dipijat. Lalu disuntik cairan. Katanya itu ramuan khusus,” ucap Andi.
Tak perlu menunggu lama dengan sedikit rasa sakit, dia telah mendapatkan yang diinginkan. Dalam sekali kunjungan itu, Andi membayar Rp 500 ribu. Dia pun kembali ke rumah dengan senyum terkembang. Pekerja di salah satu perusahaan swasta itu telah bangga dengan ukuran alat vitalnya yang baru.
Namun, malang tak dapat ditolak. Hanya enam bulan dia merasakan manfaat. Beragam keluhan muncul sejak itu.
“Saat berhubungan dengan istri, kelamin saya sering sakit. Seperti ada yang mengganjal. Rasanya juga kadang panas dan gatal sekali. Sampai akhirnya luka dan saya periksa ke dokter,” terangnya. Ketika diperiksa, barulah ketahuan penis Andi telah meradang akibat infeksi. Dia pun menjalani pengobatan dengan operasi.
Rupanya, minyak yang disuntikkan itu mengeras. Tubuhnya pun memberikan perlawanan karena masuknya benda asing, sehingga menjadi bengkak. Andi kerap mengalami demam.
“Proses pemulihan setelah operasi lumayan lama. Sekarang sudah normal, sih. Jujur saya kapok. Biar saja seperti ini. Toh, istri saya sebenarnya tidak pernah menuntut lebih,” kata dia.
Secara medis, ukuran penis dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya genetik, ras, obesitas, dan hormon. Belum ada studi yang meneliti ukuran penis rata-rata orang Indonesia. Namun, umumnya tidak jauh berbeda dengan ukuran penis yang ditemukan khususnya bagi orang Asia, yaitu 8–11 sentimeter saat tidak ereksi dan 12–14 sentimeter saat ereksi dengan diameter 3,2 sentimeter.
Memperbesar penis dengan cara suntik memang memberi efek secara kasatmata. Namun, apa sebenarnya yang terjadi ketika Mr P disuntik cairan minyak?
Segera setelah cairan disuntikkan, minyak terkumpul di lapisan subcutan/bawah kulit penis. Minyak dimungkinkan mengalir sampai scrotum atau kantung zakar. Nah, dalam banyak kasus, timbul reaksi radang karena minyak notabene “benda asing” yang secara alamiah akan berusaha dikeluarkan tubuh.
Reaksi radang dalam jangka panjang menyebabkan timbulnya jaringan ikat. Maka, elastisitas dari kulit penis akan jauh berkurang. Kulit penis pun mengeras.
Dari banyak kasus yang dijumpai, kulit penis dan scrotum dapat sampai sekeras kulit kelapa. Kulit penis yang mengeras memberi nyeri saat ereksi. Ereksi pun sulit dirasakan maksimal oleh pria.
Terlebih, penyuntikan yang tidak steril bakal menyebabkan infeksi, yang kemudian memberi luka terhadap kulit penis. Sering kali, luka tersebut sulit disembuhkan karena infeksi bersembunyi di jaringan ikat yang keras dan sulit dicapai antibiotik. Dalam jangka panjang, kelainan tersebut dapat menyebabkan gangguan dalam berhubungan seks. Maka, nyeri akan dirasakan pihak pria, maupun pihak perempuan.
Dikatakan dr Boyke Soebhali SpU, hingga kini, tidak ada cara efektif untuk memperbesar penis, termasuk tindakan operasi. Sedangkan metode serta produk yang disebut dapat menambah ukuran Mr P justru bisa merusak organ vital.
”Paling banyak saya temui yakni menyuntik minyak ke alat kelamin agar membesar. Ini tindakan salah,” kata dokter yang bertugas di RSUD AWS Samarinda itu kepada Kaltim Post. Dikatakan, hasil dari tindakan nekat itu adalah penile paraffinoma. Lebih 300 kasus pernah dia tangani bersama tim.
Minyak kemiri, minyak rambut, silikon, minyak kasuari, dan lain-lain jadi bahan utama yang disuntikkan dalam Mr P. Setelah disuntik, alat kelamin akan mengalami reaksi peradangan.
Hal itu yang membuat kulit penis mengeras. Tak selamanya menyenangkan. Boyke mengatakan, efek tersebut menimbulkan nyeri saat berhubungan intim.
“Pada beberapa kasus, malah bisa menimbulkan kanker,” sebutnya.
Boyke mengatakan, ada dua tahap operasi untuk menangani penile paraffinoma. Pertama, membuang semua bagian yang mengeras. Kemudian, penis ditanam ke dalam kantong zakar selama 3–6 bulan. Setelah itu, dilakukan operasi tahap kedua untuk mengembalikan bentuk atau rekonstruksi. Pria berkacamata itu menyebut, ada jeda waktu dari operasi satu ke dua. Itu sengaja dilakukan untuk menghilangkan peradangan.
Dari latar belakang pekerjaan pasien, jelas Boyke, paling banyak adalah karyawan pertambangan. Ada juga dari aparat. Bahkan, pemuda yang masih duduk di bangku SMA. Sebab, terang dia, tim di rumah sakit tersebut menangani penderita penile paraffinoma berusia 19–66 tahun.
Fenomena suntik penis untuk memperbesar ukuran juga banyak dijumpai psikolog. Menurut Yulia Wahyu Ningrum dari Biro Psikologi Mata Hati Samarinda, salah satu penyebab pria melakukan tindakan tersebut adalah kurang memilki rasa percaya diri tinggi.
Ketidakpercayaan diri bisa timbul karena berbagai faktor. Tapi satu yang cukup umum, adalah keluhan istri yang merasa tidak puas ketika berhubungan badan. Padahal, secara psikis tidak selamanya demikian. Hanya pria yang dirasa kurang memahami pasangan.
Dikatakan Yulia, perempuan pada dasarnya ingin disayang. Jadi, dalam berhubungan seksual, perempuan lebih mengharapkan perilaku istimewa sebelum berhubungan di luar foreplay dan sesudah berhubungan, misalnya dengan berperilaku ramah dan romantis.
“Kebanyakan perempuan di Indonesia mengatakan, satu dari 15, kerap orgasme ketika berhubungan. Sisanya tidak pernah atau jarang sekali. Jadi, lebih banyak ke teknik dibanding ukuran,” urainya.
Selain untuk memuaskan istri, praktik memperbesar alat kelamin juga dipicu tontonan video porno. Tayangan dewasa yang menyuguhkan aktor pria Eropa dan Amerika, rata-rata memiliki ukuran penis lebih besar. Tontonan itu pun menimbulkan persepsi atau pandangan bahwa pria akan nyaman dengan ukuran penis yang besar.
“Pria melihat ekspresi para pemain perempuan puas dengan ukuran penis dan tidak tahu hal yang sebenarnya,” tambah Yulia.
Masalah ketidakpuasan di ranjang memang rentan bikin waswas pria. Salah-salah, kebersamaan justru berakhir dalam perceraian. Bisa jadi hal ini pula yang dihindari kaum adam hingga mencari penyelesaian dengan jalan pintas.
Diungkapkan Panitera Muda PA Samarinda Muhammad Rizal, masalah fisik dan seksual juga tak jarang menjadi penyebab perceraian. Pada 2017, penyebab perceraian karena cacat badan memang hanya empat. Angka ini rendah, mengingat ada beberapa masalah fisik yang tidak bisa dibuktikan secara kasatmata. Misalnya, perceraian akibat mandul atau impotensi.
“Kalau kondisi begitu, biasanya mereka kurang harmonis, kerap cekcok dan jadinya masuk ke kategori pertengkaran terus-menerus,” imbuh Rizal.
Pada 2017 ada 674 perceraian yang terjadi karena pertengkaran terus-menerus. “Pertengkaran ini beragam masalahnya. Dari yang berat sampai yang sepele tetapi berlarut-larut. Jadi, sebenarnya masih bisa dijabarkan lagi. Tetapi, pada intinya mereka bertengkar terus dan tidak ada kecocokan,” terang Rizal.
Urusan ranjang, memang tak sedikit yang jadi masalah besar. Dalam pernikahan, istri berhak mendapatkan nafkah lahir dan batin. Jika nafkah batin tak terpenuhi dengan baik, maka berisiko terhadap gangguan keharmonisan keluarga. Untuk itu, diharapkan tiap pasangan yang menikah hendaknya bersikap jujur terhadap kondisinya. Selain itu, ketika sudah menikah dan menemui masalah kesehatan, baiknya segera mencari solusi bersama. Sehingga, kata perceraian bisa dihindari. (Kaltim Post/JPG)